Sufisme: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k →Sejarah Aliran Sufisme: Saya tukar posisi "Definisi Sufisme" dengan "Sejarah Aliran Sufisme". |
→Sejarah Sufisme: menambahkan beberapa kisah dan referensinya. |
||
Baris 8:
== Definisi Sufisme ==
Banyak ulama jaman dahulu dan sarjana modern mencoba memberikan definisi tentang tasawuf atau sufisme. [[Hamka|Buya Hamka]], salah satu ulama nasional, mendefinisikan tasawuf sebagai "kehendak memperbaiki budi dan men-''shifa'''-kan (membersihkan) batin
Sementara itu ulama-ulama masa awal juga memberikan beragam pengertian atau definisi. Dimyati Sajari mengidentifikasi bahwa hingga abad ke-3 Hijriah, sebagaimana disitir oleh Ibrahim Basyuni dalam Nasy'at at-Tashawwuf al-Islami, sudah terdapat empat puluh definisi.<ref name=":0">{{Cite journal|last=Sajari|first=Dimyati|date=2015|title=Keotentikan Ajaran Tasawuf|url=https://jurnaldialog.kemenag.go.id/index.php/dialog/article/view/40|journal=Dialog Journal|volume=38|issue=2|pages=145-156|doi=10.47655/dialog.v38i2.40}}</ref> Beberapa definisi dari ulama-ulama terkemuka dirangkum oleh Abu Nashr al-Thusi (w. 377 H/988 M) di dalam kitab Al-Luma' sebagai berikut:<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|last=as-Sarraj|first=Abu Nashr|date=2009|url=https://risalahgusti.wordpress.com/2009/10/28/al-luma-rujukan-lengkap-ilmu-tasawuf/|title=Al-Luma'|location=Surabaya|publisher=Risalah Gusti|url-status=live}}</ref>
== Sejarah Aliran Sufisme ==▼
* Muhammad bin Ali al-Qashshab: tasawuf adalah akhlak mulia, yang tampak jelas di zaman yang mulia, yang berasal dari orang mulia, beserta kaum yang mulia.
* Junaid al-Baghdadi (w. 298 H/911 M): tasawuf adalah hendaknya engkau bersama Allah tanpa menyertakan yang selain-Nya.
* Ruwaim bin Ahmad (w. 303 H/915 M): tasawuf adalah mengarahkan diri bersama Allah atas apa yang dikehendaki-Nya.
* Sumnun bin Hamzat: tasawuf adalah hendaknya engkau merasa tidak memiliki sesuatu dan tidak dimiliki oleh sesuatu.
* Abu Muhamad al-Jariri (w. 311 H/921 M): tasawuf adalah masuk ke dalam setiap akhlak yang mulia dan keluar dari setiap akhlak yang hina.
* Amr bin Utsman al-Makki: tasawuf adalah hendaknya seorang hamba melakukan sesuatu yang utama di suatu waktu tertentu.
* Ali bin Abdul Rahman al-Qannad: tasawuf adalah menempuh ''maqam-maqam'' (tahapan-tahapan) dan mempertahankannya dengan melanggengkan berkomunikasi dengan Allah.
Berbagai pengertian dan definisi tentang tasawuf pun bermunculan, namun terdapat benang merah yang menghubungkannya, yaitu akhlak, sebagaimana dinukil Al-Hujwiri yang mengaitkan tasawuf dengan akhlak.<ref>{{Cite book|last=Al-Hujwiri|first=Ali Ibnu Utsman|date=2015|title=Kasyful Mahjub|location=Bandung|publisher=PT. Mizan Pustaka|isbn=978-979-433-876-6|url-status=live}}</ref> Terkait hal ini, Abu Hasan al-Nuri mengatakan bahwa tasawuf itu bukan bentuk dan bukan pulai ilmu, melainkan akhlak, atau dalam kalimat berbeda Abu Muhammad Murta'isy mengatakan ''at-tashawwuf husnul-khuluq'' (tasawuf adalah penghalusan akhlak).<ref name=":0" />
Pendapat lain menyebutkan tasawuf muncul ketika pertikaian antar umat [[Islam]] pada zaman [[Khalifah]] [[Utsman bin Affan]] dan [[Ali bin Abi Thalib]], khususnya karena faktor [[politik]]. Pertikaian antar umat Islam karena karena faktor politik dan perebutan kekuasaan ini terus berlangsung dimasa khalifah-khalifah sesudah Utsman dan Ali. Munculah masyarakat yang bereaksi terhadap hal ini. Mereka menganggap bahwa politik dan kekuasaan merupakan wilayah yang kotor dan busuk. Mereka melakukan gerakan ''‘uzlah'', yaitu menarik diri dari hingar-bingar masalah duniawi yang sering kali menipu dan menjerumuskan. Lalu munculah gerakan tasawuf yang di pelopori oleh [[Hasan al-Bashri|Hasan Al-Bashiri]] pada abad kedua [[Hijriyah]]. Kemudian diikuti oleh figur-figur lain seperti [[Sufyan ats-Tsauri]] dan [[Rabi'ah al-Adawiyyah|Rabi’ah al-‘Adawiyah]].<ref>Solihin, M. Anwar, M Rosyid. ''Akhlak Tasawuf'' (Bandung: Nuansa 2005) hlm. 177</ref>▼
Meskipun secara esensi dipraktikan sejak awal mula Islam, namun ilmu ''tasawuf''—sebagaimana ilmu ''fiqh'' dan ilmu ''kalam''—tidak dikenal pada masa kehidupan Nabi Muhammad saw dan para sahabat. Istilah ini baru dikenal ketika '''Abu Hasyim al-Kufi''' (w. 160 H/776 M) mencantumkan kata ''al-Sufi'' di belakang namanya,<ref>{{Cite book|last=Syukur|first=HM. Amin|date=1999|title=Menggugat Tasawuf: Sufisme dan Tanggung Jawab Sosial Abad 21|location=Yogyakarta|publisher=Pustaka Pelajar|isbn=979-907-572-6|pages=7-8|url-status=live}}</ref> namun bukan berarti dia adalah sufi pertama karena sebelumnya sudah ada tokoh-tokoh sufi terkenal seperti [[Hasan al-Bashri|Hasan al-Basri]] (w. 110 H/728 M). Sebelum istilah tasawuf dikenal di masa awal, menurut Reynold A. Nicholson sebagaimana dikutip Dimyati Sajari, bentuk-bentuk tasawuf pada mulanya adalah gerakan kejuhudan (asketis) yang merupakan bentuk tertua dari sufisme.<ref name=":0" /><ref>{{Cite book|last=Nicholson|first=Reynold A|date=1963|url=https://archive.org/details/dli.ernet.6216|title=The Mystics of Islam|location=London|publisher=Routledge & Kegan Paul Ltd.|url-status=live}}</ref>
[[Hasan al-Bashri]] (w. 110 H/728 M), seorang [[Tabiin|tabi'in]] yang hidup di abad ke-8 Hijriah, merupakan murid dari [[Hudzaifah bin al-Yaman|Huzaifah bin al-Yaman]] yang merupakan sahabat sekaligus kepercayaan Nabi Muhammad saw dengan julukan ''Shahibu Sirri Rasulullah'' (Pemegang Rahasia Rasulullah). '''Hasan al-Bashri''', yang sangat terkenal dengan kehidupannya yang sederhana dan zuhud, membuatnya didaulat dikenal sebagai tokoh awal sufisme.<ref>{{Cite book|last=Nashr|first=Seyyed Hossein|date=2008|title=The Garden of Truth: The Vision and Promise of Sufism, Islam's Mystical Tradition|location=San Francisco|publisher=HarperOne|isbn=978-0061625992|pages=168|url-status=live}}</ref> Namun, hidup sederhana dan zuhud bukanlah hal asing di masa itu, karena [[Muhammad|Nabi Muhammad saw]] dan [[Sahabat Nabi|para sahabat]] adalah tokoh-tokoh awal yang menjalani kehidupan seperti demikian. Bahkan di masa-masa sebelum Islam, Muhammad muda kerap berkhalwat di [[Gua Hira]] untuk mensucikan dirinya dan menjauh dari masyarakat jahiliyah.
Tokoh sufi lainnya yang hidup sejaman dengan Abu Hasyim al-Kufi adalah [[:en:Ibrahim_ibn_Adham|Ibrahim bin Adham]] (w. 165 H/782 M). Kisah pertobatan '''Ibrahim bin Adham''' sangatlah terkenal dan menjadi legenda sufi, dari seorang Pangeran Balkh menjadi seorang yang hidupnya sangat zuhud. Sebagaimana diceritakan oleh Abu Nuaim, Ibrahim bin Adham sangat menekankan pentingnya uzlah dan tafakur.
Seiring dengan munculnya berbagai cabang ilmu dalam Islam di abad ke-2 dan ke-3 Hijriah, maka berkembang pula Ilmu Tasawuf. Berbagai ajaran tentang tasawuf pun bermunculan, namun akhlak adalah benang merah dari semua ajaran yang ada,<ref name=":0" /> dan hal ini dapat dipahami sebagai akhlak kepada diri sendiri, akhlak kepada sesama, dan akhlak kepada Allah. Hal ini dikembangkan dari tiga pilar agama dalam Islam, yakni ''iman''-''islam''-''ihsan''; di mana yang terkahir, ''ihsan'', merupakan landasan sekaligus tujuan dari praktik sufisme yang ingin dicapai ketika seorang sufi berserah diri seutuhnya kepada Allah.<ref>{{Cite book|last=Chittick|first=William C.|date=2007|title=Sufism: A Beginner's Guide|publisher=Oneworld Publications|isbn=978-1851685479|url-status=live}}</ref>
== Pertentangan ==
Banyak pendapat yang pro dan kontra mengenai asal usul ajaran tasawuf, apakah ia berasal dari luar atau dari dalam [[Islam|agama Islam]] sendiri. Sebagian pendapat mengatakan bahwa paham tasawuf merupakan paham yang sudah berkembang sebelum [[Nabi Muhammad]] menjadi Rasulullah,<ref>[http://media.isnet.org/islam/Qardhawi/Fatawa/HakekatTasawuf.html Hakikat tasawuf oleh Qardhawi]</ref> sedangkan sebagian lainnya berpendapat bahwa asal usul ajaran tasawuf berasal dari zaman Nabi Muhammad saw.
▲
=== Sufisme Berasal dari Islam ===
|