Kesultanan Sumbawa: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Alamnirvana (bicara | kontrib)
Tag: Menghilangkan referensi VisualEditor
Baris 53:
}}</ref> Keberadaan ''Tana Samawa'' atau wilayah Sumbawa, mulai dicatat oleh sejarah sejak zaman Dinasti Dewa Awan Kuning, tetapi tidak banyak sumber tertulis yang bisa dijadikan bahan acuan untuk mengungkapkan situasi dan kondisi pada waktu itu. Sebagaimana masyarakat di daerah lain, sebagian rakyat [[Suku Sumbawa|Sumbawa]] masih menganut [[animisme]] dan sebagian sudah menganut agama [[Hindu]]. Baru pada kekuasaan raja terakhir dari Dinasti Awan Kuning, yaitu Dewa Maja Purwa, ditemukan catatan tentang kegiatan pemerintahan kerajaan, antara lain bahwa Dewa Maja Purwa telah menandatangani perjanjian dengan [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa]] di [[Sulawesi]]. Perjanjian itu baru sebatas perdagangan antara kedua kerajaan kemudian ditingkatkan lagi dengan perjanjian saling menjaga keamanan dan ketertiban. [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa]] yang pengaruhnya lebih besar saat itu menjadi pelindung Kerajaan Samawa.
 
Kerajaan-kerajaan: Seran, Taliwang, dan Jereweh masing-masing merupakan kerajaan vasal dari kerajaan Sumbawa. Raja Samawa yang pertama dari kerajaan (kecil) Sampar Kemulan bernama Maja Paruwa, dari dinasti Dewa Awan Kuning yang telah memeluk agama [[Islam]]. Setelah meninggal, Maja Paruwa diganti oleh Mas Cini (Dewa Mas Pemayam) putra raja selaparang.

Kemudian Mas Cini di ganti oleh Mas Goa. Mas Goa tidak lama memerintah karena pola pikir dan pandangan hidupnya masih dipengaruhi ajaran [[Hinduisme]].

Pada tahun 1637 Mas Goa digantikan oleh putera dari saudara perempuannya, bernama Mas Bantan. Lama pemerintahannya, dari tahun 1675 s.d. 1701. Mas Bantan adalah putera [[Raden Subangsa]], seorang [[pangeran]] dari [[Banjarmasin]].<ref name="Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat">{{id}}{{cite book
|first=
|last=
Baris 64 ⟶ 68:
|page=
|isbn=
}}</ref>hasil pernikahan dengan saudari perempuan Mas Goa yaitu Amas Penghulu
}}</ref>
Setelah Dewa Maja Purwa [[wafat]] ia digantikan oleh Mas Goa, yang masih menganutdi agamaberhentikan [[Hindu]].karena Ia dianggap telah melanggar salah satu perjanjian damai dengan [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa]], maka ia terpaksa disingkirkan bersama pengikut-pengikutnya, kira-kira ke wilayah [[Kecamatan]] [[Utan-Rhee, Sumbawa|Utan-Rhee]] sekarang. Ia diturunkan dari tahtanya karena mangkir dari kesepakatan pendahulunya dengan [[Kesultanan Gowa|Kerajaan Gowa]]. Tidak disebutkan apa pelanggaran yang telah dilakukan Mas Goa, namun campur tangan Raja Gowa di [[Sulawesi]] sangat besar. Pemberhentian secara paksa ini terjadi pada tahun [[1673]] sekaligus mengakhiri pengaruh Dinasti Dewa Awan Kuning di [[Sumbawa]].<ref>[http://alanzuhri17.blogspot.com/2013/01/kerajaan-di-sumbawa.html Alan Zuhri: Kerajaan di Sumbawa.]</ref>
 
== Sejarah Kesultanan Sumbawa ==
Baris 90 ⟶ 94:
|year= 2008
|page=35
|isbn=
}}</ref>
 
Raja Samawa yang pertama dari kerajaan (kecil) Sampar Kemulan bernama Maja Paruwa, dari dinasti Dewa Awan Kuning yang telah memeluk agama [[Islam]]. Setelah meninggal, Maja Paruwa diganti oleh Mas Goa. Mas Goa tidak lama memerintah karena pola pikir dan pandangan hidupnya masih dipengaruhi ajaran [[Hinduisme]]. Pada tahun 1637 Mas Goa diturunkan dari tahta oleh rakyatnya, sebagai penggantinya diangkat Mas Cini. Pada tanggal 24 Desember 1650 Mas Cini kawin dengan Keraeng Panaikang, puteri [[raja Tallo]] . Sejak itu terjadilah hubungan raja-raja Sumbawa dengan raja-raja Gowa dan Bugis melalui hubungan perkawinan. Mas Cini digantikan oleh saudaranya, Mas Bantan. Lama pemerintahannya, dari tahun 1675 s.d. 1701. Mas Bantan adalah putera [[Raden Subangsa]], seorang [[pangeran]] dari [[Banjarmasin]].<ref name="Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat">{{id}}{{cite book
|first=
|last=
|author=
|url=https://books.google.co.id/books?id=2QJwAAAAMAAJ&q=pangeran+taliwang&dq=pangeran+taliwang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjtyIbV5f_YAhVBnpQKHe-DBoI4HhDoAQgsMAE
|title=Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat
|location=Indonesia
|publisher=Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat
|year= 1997
|page=
|isbn=
}}</ref>
Baris 122 ⟶ 113:
Tahun 1673, Kompeni (Belanda) mendarat di Sumbawa. Tahun 1674, 12 Juni 1674, Kerajaan Sumbawa terpaksa menanda tangani perjanjian dengan Kompeni Belanda dan melepaskan haknya atas Selaparang. Tahun 1702, Raja Mas Bantan menyerahkan Kerajaan kepada puteranya Amas Madina yang bergelar Muhammad Jalaluddin Syah. Tahun 1723, Sultan Muhammad Jalaluddin dari Sumbawa menyerang kekuasaan Bali di Selaparang.
 
Amas Bantan Datu Loka menikah dengan salah satu puteri dari Raja Tallo ke-10 bernama I Mappaijo Daeng Manjauru Sultan Harun Alrasyid (Halimah Karaeng Tanisanga), melahirkan salahdua satuputra puterayaitu terbaikamas yangmadina pernahdan berperangdewa kemaja SelaparangJereweh adalah(Datu Amas Madina.Jereweh)
 
Amas Madina adalah Datu Taliwang Sultan Sumbawa dan salah satu putera terbaiknya adalah Datu Jereweh bernama Dewa Maja Jareweh.
 
Amas Madina ini menikah dengan I Rakia Karaeng Agangjene (Addatuwang Sidenreng), melahirkan puteri yang menjadi Sultanah (sultan Wanita pertama) bernama I Masugi Ratu Karaeng Bonto Parang.
 
Penguasa pertama dari Dinasti Dalam Bawa ini adalah Mas Bantan bergelar Sultan Harunnurrasyid I ([[1674]]–[[1702]]) Putra Raden Subangsa (Pangeran Banjar) hasil pernikahannya dengan amas penghulu binti Maja Paruwa. IaMas Bantan Sultan Harunnurasyid I kemudian digantikan oleh puteranya, Pangeran Mas Madina, bergelar Sultan Muhammad Jalaluddin I yang menikah dengan pute ri Raja Sidenreng dari [[Sulawesi Selatan]] yang bernama I Rakia Karaeng Agang Jene. Setelah wafat, Jalaluddin I digantikan oleh Dewa Loka Lengit Ling Sampar, kemudian oleh Dewa Ling Gunung Setia. Tidak banyak bukti sejarah yang dapat mengungkapkan berapa lama keduanya memerintah, tapi diperkirakan mereka memerintah [[Sumbawa]] pada tahun [[1723]]-[[1732]].
 
Pada tahun [[1732]] kekuasaan atas Kesultanan Sumbawa kembali dipegang oleh keturunan Mas Bantan (Sultan Harunurrasyid) yaitu Sultan Muhammad Kaharuddin I ([[1732]]-[[1758]]) anak dari Dewa Maja Jereweh.
 
Pada tahun [[1732]] kekuasaan atas Kesultanan Sumbawa kembali dipegang oleh keponakanSetelah Sultan Muhammad Jalaluddin I, bergelar Sultan Muhammad Kaharuddin I ([[1732]]-[[1758]]). Ketika ia wafat, kekuasaan diambil alih oleh istrinya, I Sugiratu Karaeng Bontoparang, yang bergelar Sultanah Siti Aisyah yang merupakan anak Sultan Muhammad Jalaluddin Syah. Raja wanita ini dikenal sering berselisih paham dengan pembantu-pembantu sultan, sehingga pada tahun [[1761]] ia diturunkan dari tahta. I Sugiratu Karaeng Bontoparang sejatinya akan digantikan oleh Lalu Mustanderman Datu Bajing, namun ia menolak. Lalu Mustanderman Datu Bajing kemudian menyarankan untuk mengangkat adiknya yaitu Lalu Onye Datu Ungkap Sermin ([[1761]]-[[1762]]). Setelah masuknya [[VOC]] (''Verenigde Oost Indische Compagnie'') [[Belanda]], Kesultanan Sumbawa berhasil ditaklukkan dan menjadi bagian wilayah ''Gubernemen Celebes'', dan sesuai dengan pembagian wilayah ''afdeeling'' maka Sumbawa masuk wilayah Karesidenan Timor (''Timor en Onderhoorigheden'') dengan ibu kota di [[Sumbawa Besar]].
 
Kekuasaan [[Belanda]] pun semakin merajalela. Belanda ikut mengatur keadaan politik di dalam istana, dan ikut menentukan jalannya pemerintahan. [[Pulau Sumbawa]] dan [[Pulau Sumba]] dijadikan satu dalam bentuk ''afdeling'' dengan ibu kota di [[Sumbawa Besar]]. Asisten ''Resident'' yang pertama adalah Janson van Ray. Kesultanan Sumbawa dibagi dalam dua ''onderafdeeling'', yaitu Sumbawa Barat dan Sumbawa Timur.
Baris 171 ⟶ 162:
|volume=23
|isbn=
}}</ref><ref name="Bima en Sumbawa">{{nl}}{{cite book|last=|author=J. Noorduyn|first=|year=1987|url=https://books.google.co.id/books?id=hUgbAAAAIAAJ&q=soelthan+mas+banten+datu+loka&dq=soelthan+mas+banten+datu+loka&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjyope90qjeAhUVaI8KHVMfAp4Q6AEIPzAF|title=Bima en Sumbawa (Volume 129 dari Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde)|location=Indonesia|publisher=BRILL|isbn=9067652296|editor=J. Noorduyn|volume=129|page=155|issn=1572-1892}}ISBN 9789067652292</ref>
}}</ref><ref name="Bima en Sumbawa">{{nl}}{{cite book
|first=
|last=
|author=J. Noorduyn
|editor=J. Noorduyn
|url=https://books.google.co.id/books?id=hUgbAAAAIAAJ&q=soelthan+mas+banten+datu+loka&dq=soelthan+mas+banten+datu+loka&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwjyope90qjeAhUVaI8KHVMfAp4Q6AEIPzAF
|title=Bima en Sumbawa (Volume 129 dari Verhandelingen van het Koninklijk Instituut voor Taal-, Land- en Volkenkunde)
|location=Indonesia
|publisher=BRILL
|year=1987
|page=155
|volume=129
|isbn=9067652296
|issn=1572-1892
}}ISBN 9789067652292</ref>
Menurut [[Arsip Nasional Republik Indonesia]], korespondensi antara [[Sultan Sumbawa]] Dewa Mas Gowa kepada VOC-Belanda terjadi sejak tanggal 10 Oktober 1674 sampai 3 Februari 1681.<ref name="Treasures from the the 17th and 18th VOC archive">{{cite web
| title= Mencari Surat-Surat :: Sejarah Nusantara
Baris 210 ⟶ 187:
| p=56
| format=PDF
| access-date=2019-01-05}}</ref><ref>http://www.mbojoklopedia.com/2018/04/perang-para-pangeran-sumbawa.html?m=1</ref><ref>http://kesultananbanjar.com/id/hubungan-kesultanan-sumbawa-dengan-kesultanan-banjar/</ref><ref name="Hindu rulers, Muslim subjects">{{en}} {{cite book|last=|author=Hans Hägerdal|first=|year=2001|url=https://books.google.co.id/books?id=icNwAAAAMAAJ&q=banjar+taliwang&dq=banjar+taliwang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiv0J7d3JXZAhWMurwKHWl_AzUQ6AEIRjAG|title=Hindu rulers, Muslim subjects: Lombok and Bali in the seventeenth and eighteenth centuries|location=Indonesia|publisher=White Lotus Press|isbn=9747534118|page=183}}ISBN 9789747534115</ref><ref>https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumbawa/71-2/sumb-3/</ref> pada tanggal 29 Juni 1684 menikahi Kareng Tanisanga (saudara perempuan Raja Tallo Abdul Qadir) atau puteri Tumenanga ri Lampana dari Gowa.<ref name="Kerajaan Tradisional di Indonesia: BIMA"/> (menurut catatan Kerajaan bima Bo Sangaji Kai naskah 34, menyebutkan ibu Datu Loka yaitu Amas Panghulu anak dari Raja Dewa Maja Paruwa)
*
|first=
* Mas Madura<ref name="Sedjarah Gowa" /><ref name="Rijks" />/Kalimullah/'''Dewa Mas Madina''' Datu Taliwang (1701 – 12 Februari 1725)<ref name="Ruler in Asia" />/'''Sultan [[Jalaluddin Muhammad Syah I]]''' (1725 – 1731) Ammasaq / <ref name="Ruler in Asia" /> / Datu Bala Balong/ Datu Semong / Datu Apit Aik - anak Sultan Harunnurrasyid I;<ref name="Ruler in Asia" /><ref>{{Cite web |url=http://manggaukang.com/profil/jejak-jejak-tanah-kelahiran |title=Salinan arsip |access-date=2016-12-11 |archive-date=2016-12-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20161220103230/http://manggaukang.com/profil/jejak-jejak-tanah-kelahiran |dead-url=yes }}</ref> - saudara kandung Dewa Maja Jareweh (Mas Palembang).<ref name="The Makassar Annals">{{en}} {{cite book|last=|author=|first=|year=2011|url=https://books.google.co.id/books?id=9a9gAAAAQBAJ&pg=PA155&dq=sultan+sumbawa+gowa+bantan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiIneWpzajeAhXDvo8KHSKrAiIQ6AEILzAB#v=onepage&q=sultan%20sumbawa%20gowa%20bantan&f=false|title=The Makassar Annals|location=Indonesia|publisher=BRILL|isbn=9004253629|editor=William Cummings|volume=35|page=155|issn=0067-8023}}ISBN 9789004253629</ref><ref name="Sedjarah Gowa">{{en}} {{cite book
|last=
|author=Hans Hägerdal
|url=https://books.google.co.id/books?id=icNwAAAAMAAJ&q=banjar+taliwang&dq=banjar+taliwang&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiv0J7d3JXZAhWMurwKHWl_AzUQ6AEIRjAG
|title=Hindu rulers, Muslim subjects: Lombok and Bali in the seventeenth and eighteenth centuries
|location=Indonesia
|publisher=White Lotus Press
|year= 2001
|page=183
|isbn=9747534118
}}ISBN 9789747534115</ref><ref>https://sultansinindonesieblog.wordpress.com/sumbawa/71-2/sumb-3/</ref> pada tanggal 29 Juni 1684 menikahi Kareng Tanisanga (saudara perempuan Raja Tallo Abdul Qadir) atau puteri Tumenanga ri Lampana dari Gowa.<ref name="Kerajaan Tradisional di Indonesia: BIMA"/> (menurut catatan Kerajaan bima Bo Sangaji Kai naskah 34, menyebutkan ibu Datu Loka yaitu Amas Panghulu anak dari Raja Dewa Maja Paruwa)
* Mas Madura<ref name="Sedjarah Gowa"/><ref name="Rijks"/>/Kalimullah/'''Dewa Mas Madina''' Datu Taliwang (1701 – 12 Februari 1725)<ref name="Ruler in Asia"/>/'''Sultan [[Jalaluddin Muhammad Syah I]]''' (1725 – 1731) Ammasaq / <ref name="Ruler in Asia"/> / Datu Bala Balong/ Datu Semong / Datu Apit Aik - anak Sultan Harunnurrasyid I;<ref name="Ruler in Asia"/><ref>{{Cite web |url=http://manggaukang.com/profil/jejak-jejak-tanah-kelahiran |title=Salinan arsip |access-date=2016-12-11 |archive-date=2016-12-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20161220103230/http://manggaukang.com/profil/jejak-jejak-tanah-kelahiran |dead-url=yes }}</ref> - saudara kandung Dewa Maja Jareweh (Mas Palembang).<ref name="The Makassar Annals">{{en}} {{cite book
|first=
|last=
|author=
|editor=William Cummings
|url=https://books.google.co.id/books?id=9a9gAAAAQBAJ&pg=PA155&dq=sultan+sumbawa+gowa+bantan&hl=id&sa=X&ved=0ahUKEwiIneWpzajeAhXDvo8KHSKrAiIQ6AEILzAB#v=onepage&q=sultan%20sumbawa%20gowa%20bantan&f=false
|title=The Makassar Annals
|location=Indonesia
|publisher=BRILL
|year=2011
|page=155
|volume=35
|isbn=9004253629
|issn=0067-8023
}}ISBN 9789004253629</ref><ref name="Sedjarah Gowa">{{en}} {{cite book
|first=
|last=
Baris 255 ⟶ 208:
|author=Nederlandsche Oost-Indische Compagnie, Willem Philippus Coolhaas
|publisher=M. Nijhoff
|year= 1971
|year=
|volume=
|isbn=
Baris 267 ⟶ 219:
|contribution=Netherlands. Ministerie van Binnenlandse Zaken, Netherlands. Ministerie van Onderwijs, Kunsten en Wetenschappen, Netherlands. Ministerie van Onderwijs en Wetenschappen, Netherlands. Commissie voor's Rijks Geschiedkundige Publicatiën, Netherlands. Rijkscommissie voor Vaderlandse Geschiedenis
|publisher=M. Nijhoff
|year= 1971
|year=
|volume=134
|isbn=