Makam Ratu Mas Malang: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: referensi YouTube
Baris 17:
| coordinates =
}}
'''Makam Ratu Mas Malang,''' '''Makam Gunung Kelir''', atau '''Makam Antakapura''' ([[bahasa Kawi]]: "istana kematian" atau "istana tempat menguburkan jenazah") adalah situs [[cagar budaya]] peninggalan dari [[Hamangkurat I|Amangkurat I]] atau Amangkurat Agung yang terletak di Pedukuhan Gunung Kelir, [[Pleret, Pleret, Bantul|Kelurahan Pleret, Kapanéwon Pleret, Kabupaten Bantul]], [[Daerah Istimewa Yogyakarta|Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta]]. Situs ini berada di puncak bukit [[Gunung Sentana]], dengan ketinggian <u>+</u> 99 meter di atas permukaan laut. Keberadaannya berkaitan dengan tokoh yang dimakamkan di tempat ini, yaitu Ratu Mas Malang dan Ki Panjang Mas atau Ki Dalem. Mas Malang adalah putri dari Ki Wayah, seorang dalang [[wayang gedog]], serta salah satu selir Amangkurat I. Sebelum menjadi selir, dia adalah istri dari Dalang Panjang, salah satu dalang terkenal di daerah [[Kesultanan Mataram]]. Makam ini dibangun selama kurang lebih tiga tahun, yaitu sejak Mas Malang meninggal tahun 1665 hingga selesai pada 11 Juni 1668. Konstruksi dinding bangunannya berasal dari dari balok-balok batu putih, sedangkan nisannya terbuat dari batu andesit. Secara keseluruhan, kondisi fisik kompleks permakaman ini sudah rusak, terutama disebabkan oleh faktor alam.
 
== Lokasi dan kondisi ==
[[Berkas:Makam Ratu Mas Malang (5).jpg|jmpl|260x260px|Nisan yang berada di halaman inti makam.]]
Kompleks makam ini berada di Pedukuhan Gunung Kelir, Kelurahan Pleret, Kapanéwon Pleret, Kabupaten Bantul, Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta.{{sfnp|Setiadi|Fransisca|2018|p=11|ps=}} Situs ini berada di puncak bukit Gunung Sentana,{{efn|Gunung Sentana adalah nama dari puncak bukitnya, sedangkan Gunung Kelir adalah nama dusunnya. }}<ref name=":1">{{Cite web|url=http://www.tasteofjogja.org/contentdetil.php?kat=artk&id=MzYz&fle=Y29udGVudC5waHA=&lback=a2F0PWFydGsmYXJ0a2thdD0xJmZsZT1ZMjl1ZEdWdWRHUmxkR2xzTG5Cb2NBPT0mbGJhY2s9YTJGMFBXRnlkR3NtYVdROVRtcG5keVptYkdVOVdUSTVkV1JIVm5Wa1F6VjNZVWhCUFNac1ltRmphejFoTWtZd1VGZEdlV1JIYzIxWldFb3dZVEowYUdSRU1IcE9hVnB0WWtkVk9WZFVTVFZrVjFKSVZtNVdhMUl4U25OYVJXUnpZekI0ZFZGdE9XcFJWREE1U20xNGFWbFhUbkpRVjBWNVVtcENVVll3V2pWYVJXUjZZbGRHV0ZWVWJGVmlSa3AxVkZkc1lXSlhTa2hXVkd4WVZrVnJNVnBHWkZOVFJscDFWbTEwVW1Wc1dYcFhWbFp2VVd4Q1ZGZHVUbHBpVlZweFdWaHZlR0ZGTVhKWFdHUldVbTFTU0ZwV1pGTlRSMDE1VFZad1dGSlhPVE5YVmxKTFRVZEdTRlZyVms1VFIzaFBXbFphZDJSR2JISmFSbHBRVm0xU1ZsVXhVbGRoTVZsNFUydHNWMkpVVmxoWlZFWktaVVpPZFZSdFJsTldNVW8yVjFod1EwNUhVbGRTYmxKUVZqTkNVMVpyVWtKT1ZrNTBUVlJTYUZadGVGbFdSelZMVlZaWmQxWnFWbFppV0VKRVZsWmFXbVF4WkhGV2JVWlRWakZKTWxkWGVHdFNNV1JIVm14V2FWSnNXbGhaYTFaM1ZrWmFSMXBJVGxwV01IQlpWVEowYjFZeFdraGxSbXhYWVRGYWVWUldXbmRTTVhCSFZHeFNVMkpJUVhoV2JUQjRUVVpXZEZadVRsaFhTRUpaVm0xNFlXUnNWbGhsUlU1WFVtMVNNVlpIZUhkaFZscFhZMGhvV0ZadGFESmFWV1JIVW1zeFdWTnNhRmhTTVVwWVZsY3dlRlV4VGtkalJtUmhVbXMxVlZWcVFYaE9WbEpYVjI1a1dGSnJjRmxVTVZKUFYwWmFjMU5yZUZWV1YxSklWVEJhVjJOc1duSk9WazVUVm01Q1RsWXhaRFJpTWtsNVZHdGtZVkp0VW1oVmJGSnpZMVpzY2xacmRGZFdiR3cxVkd4a01GZEhTa2RpUkZaWFZucFdVRlp0ZUV0ak1VNXlUMVphVTJFeFZURldWVnBHVDFaQ1VsQlVNRDA9|title=Permakaman Imogiri|last=Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=5 Maret 2014|website=Dinas Kebudayaan Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta|access-date=5 April 2020}}</ref>{{sfnp|Pratama|Priswanto|2013|p=240|ps=}} dengan ketinggian <u>+</u> 99 meter di atas permukaan laut.<ref name=":7">{{Cite web|url=https://arkeologijawa.kemdikbud.go.id/2017/08/29/makam-ratu-mas-malang-yang-malang/|title=Makam Ratu Mas Malang yang Malang|last=Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=29 Agustus 2017|website=Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta|access-date=5 April 2020}}</ref> Nisan yang berada di kompleks makam ini berjumlah 28 buah<ref name=":2">{{Cite web|url=https://phinemo.com/istana-kematian-gunung-kelir-lambang-cerita-cinta-memilukan-ratu-kelir/|title=Istana Kematian Gunung Kelir, Lambang Cerita Cinta Memilukan Ratu Kelir|last=Rohman|first=Taufiqur|date=tanpa tanggal|website=Phinemo|access-date=5 April 2020}}</ref> dan dikelompokkan menjadi tiga bagian, yaitu 19 nisan berada di halaman depan, satu nisan di halaman belakang (nisan Dalang Panjang), dan delapan nisan di halaman inti (salah satunya nisan Mas Malang).{{sfnp|Pratama|Priswanto|2013|p=240|ps=}}<ref name=":02">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/situs-makam-ratu-malang-2/|title=Situs Makam Ratu Malang|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=30 Agustus 2018|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=5 April 2020}}</ref> Menurut Himawan Prasetyo (staf Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta), jirat makam terbuat dari batu andesit dengan rincian satu buah berbentuk jajaran genjang dan 14 buah berbentuk kurung kurawal. Namun, nisan yang berupa tumpukan batu putih tidak mempunyai jirat.<ref name=":0">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/situs-makam-ratu-malang/|title=Situs Makam Ratu Malang|last=Prasetyo|first=Himawan|date=23 Februari 2015|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=5 April 2020}}</ref>
 
[[Berkas:Makam Ratu Mas Malang (4).jpg|jmpl|260x260px|Sendang Maya.]]
Bangunan lain yang berada satu kompleks dengan situs ini adalah Sendang Maya, yaitu dua kolam untuk menampung air hujan, yang letaknya di sebelah timur laut makam.<ref name=":3">{{Cite web|last=Direktorat Pelindungan Kebudayaan|first=|date=tanpa tanggal|title=Kompleks Makam Gunung Kelir|url=https://cagarbudaya.kemdikbud.go.id/public/objek/newdetail/PO2015100400652/kompleks-makam-gunung-kelir|website=Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya|access-date=5 April 2020}}</ref> Kolam yang berada di luar dinding keliling berukuran 6 meter x 6 meter, sedangkan yang berada di dalam dinding keliling berukuran 3,5 meter x 5 meter. Sendang tersebut dikelilingi dinding setinggi 3 meter dengan ketebalan 2,1 meter.<ref name=":02" /> Berdasarkan catatan Sistem Registrasi Nasional Cagar Budaya, terdapat sebuah balok batu andesit yang ditemukan di kompleks permakaman ini. Menurut penduduk setempat, batu yang dinamakan dengan ''watu jonggol'' dan mempunyai dua tonjolan di kedua ujungnya itu adalah kotak wayang milik dalang Panjang.<ref name=":3" />
 
Secara keseluruhan, kondisi fisik kompleks permakaman ini sudah rusak, terutama disebabkan oleh faktor alam, seperti banyaknya akar-akar tanaman keras serta tumbuhnya mikroorganisme yang merusak dinding makam, seperti [[alga]], [[lumut daun]], dan [[lumut kerak]].{{efn|Lihat kondisi situs ({{harvnb|Priswanto|Alifah|2019|pp=25}}).}}<ref name=":7" /> Pun demikian, Prasetyo menjelaskan bahwa masyarakat sekitar masih mengeramatkan makam tersebut.<ref name=":02" /><ref name=":0" />
 
== Latar belakang ==
Keberadaan situs ini berkaitan erat dengan tokoh yang dimakamkan di tempat tersebut, yaitu Mas Malang dan dalang Panjang. Mas Malang adalah putri dari dalang Wayah, seorang dalang wayang gedog, serta salah satu selir Amangkurat I.<ref name=":02" /><ref name=":0" /> Beberapa sumber menyebutkan bahwa Mas Malang memiliki nama asli Retno Gumilang atau Nyai Truntum.<ref>{{Cite web|last=Yanuarwati|first=Wulan|date=19 Juli 2020|title=Makam Ratu Malang dan Kisah Cinta Memilukan (2) – Raja Terpesona dengan Kecantikan Sang Sinden|url=https://www.harianmerapi.com/kearifan/2020/07/19/103626/makam-ratu-malang-dan-kisah-cinta-memilukan-2-raja-terpesona-dengan-kecantikan-sang|website=Harian Merapi|language=|access-date=29 Mei 2021}}</ref><ref>{{Cite web|last=Firdaus|first=Almas Hammam|date=24 September 2020|title=Akhir Kisah Cinta Sang Paduka: Sunan Amangkurat I dan Ratu Mas Malang|url=https://sejarahkita.com/akhir-kisah-cinta-sang-paduka-sunan-amangkurat-i-ratu-mas-malang/|website=Sejarah Kita|language=|access-date=29 Mei 2021}}</ref> Sebelum menjadi selir, dia adalah istri dari dalang Panjang,{{sfnp|Adrisijanti|2000||p=63|ps=}} salah satu dalang terkenal di daerah [[Kesultanan Mataram]] yang hidup sejak masa [[Panembahan Hanyakrawati]] atau Panembahan Seda Krapyak.{{sfnp|Setiadi|Fransisca|2018|p=11|ps=}}<ref name=":7" />{{sfnp|Siswanta|2019|p=38|ps=}} Sampai saat ini, dalang Panjang dijadikan sebagai rujukan genealogis atau sanad spiritual dan keilmuan bagi para maestro pedalangan.<ref>{{Cite web|url=https://www.krjogja.com/berita-lokal/diy/bantul/ki-dalang-panjang-mas-sosok-penting-adanya-pergelaran-wayang-gelar-budaya-mataram/|title=Ki Dalang Panjang Mas, Sosok Penting Adanya Pergelaran Wayang Gelar Budaya Mataram|last=Habibi|first=Tri Nur|date=21 Oktober 2018|website=Kedaulatan Rakyat|access-date=5 April 2020}}</ref>
 
Dalam ''Babad Tanah Jawi'': ''Javanese Rijskroniek'', dikisahkan bahwa Amangkurat I memerintahkan para prajuritnya untuk mencari perempuan cantik yang akan dijadikan selir.<ref name=":4" /> Menurut [[J.J. Meinsma|Johannes Jacobus Meinsma]] (peneliti sejarah Jawa dari [[Belanda]]), Amangkurat I lalu bertemu dengan dalang Wayah, yang memiliki seorang anak perempuan, tetapi sudah bersuami dan hamil dua bulan.<ref name=":8">{{Cite web|url=https://historia.id/kuno/articles/cinta-amangkurat-i-PdlE7|title=Cinta Amangkurat I|last=Pamungkas|first=Muhammad Fazil|date=tanpa tanggal|website=Historia|access-date=5 April 2020}}</ref> Dia tidak mempedulikan hal tersebut dan memerintahkan para prajuritnya untuk membawa paksa perempuan itu ke istana.{{sfnp|Olthof|Sumarsono|2009|p=183–184|ps=}} Lambat laun, dikarenakan besarnya cinta kepada perempuan itu, dia lantas mengangkatnya menjadi ''selir kinasih<ref name=":5">{{Cite web|url=https://www.harianmerapi.com/kearifan/2018/11/10/41682/pesareyan-antakapura-gunung-kelir-selir-dan-abdi-tak-bersalah-dibantai|title=Pesareyan Antakapura Gunung Kelir – Selir dan Abdi Tak Bersalah Dibantai|last=Dadi|first=Sabdo|date=10 November 2018|website=Harian Merapi|access-date=5 April 2020}}</ref>'' dengan sebutan Ratu Wetan.<ref name=":2" /><ref name=":02" /> Selir baru ini dianggap telah merusak rumah tangga kerajaan. Namun, [[H. J. de Graaf|H.J. de Graaf]] (peneliti sejarah Jawa yang juga berasal dari Belanda) dalam buku ''Runtuhnya Istana Mataram'' membantah hal tersebut. Menurutnya, Amangkurat I sebenarnya tidak melupakan permaisuri dan selirnya yang lain, tetapi perhatiannya lebih banyak dialihkan kepada selir barunya ini. Hal inilah yang menyebabkan Mas Malang dijuluki dengan Ratu Malang, yang berarti "yang melintang di jalan”.{{sfnp|De Graaf|1987||p=18–19|ps=}}
 
[[Berkas:Makam Ratu Mas Malang (2).jpg|jmpl|260x260px|Beberapa nisan tanpa nama yang berada di halaman depan permakaman diduga merupakan makam para ''pengrawit'' gamelan yang ikut terbunuh bersama Ki Panjang Mas.]]
Singkat cerita, Mas Malang kemudian melahirkan bayi laki-laki hasil hubungannya dengan suaminya terdahulu sekitar tahun 1649. Anak bawaan itu diberi nama Pangeran Natabrata atau Raden Resika.<ref name=":8" /> Amangkurat I selanjutnya diam-diam memerintahkan prajuritnya agar membunuh dalang Panjang dan memakamkannya di Gunung Sentana{{sfnp|Setiadi|Fransisca|2018|p=11|ps=}}{{sfnp|Siswanta|2019|p=38|ps=}} untuk menghindari masalah yang tidak diinginkan.<ref name=":2" /><ref name=":02" /> Menurut Sri Margana (sejarawan [[Universitas Gadjah Mada]]), Amangkurat I mengundang Mas Malang dan dalang Panjang bersama dengan rombongan ''pengrawit'' gamelan untuk mengadakan pementasan wayang di istana. Namun di tengah-tengah acara, seluruh pengisi acara dan dalang Panjang dibunuh, hanya Mas Malang yang hidup dan akhirnya menjadi selir raja. Saat itu, posisi Mas Malang terpaksa dinikahi karena dia tidak bisa menolak dan mempunyai pilihan lain.<ref name=":4">{{Cite web|url=https://www.liputan6.com/regional/read/2567426/kisah-dramatis-sinden-terkasih-raja-jawa|title=Kisah Dramatis Sinden Terkasih Raja Jawa|last=Sabandar|first=Switzy|date=2 Agustus 2016|website=Liputan 6|access-date=5 April 2020}}</ref>
 
Berdasarkan teks dalam ''[[Babad Tanah Jawi]]'', disebutkan bahwa Amangkurat I secara paksa merebut Mas Malang dari tangan suaminya saat akan memperistrinya, tidak mengherankan jika dia ingin melenyapkan laki-laki yang sangat dicintai selirnya itu. Namun menurut catatan pemerintah Belanda, ''Daghregister'' 1677, yang didapat dari penuturan salah seorang pengawal istana, dalang Panjang tidak meninggal karena dibunuh, melainkan secara wajar. Setelah menjadi janda, Mas Malang dipersunting oleh raja.<ref name=":8" /> De Graaf meragukan pernyataan yang kedua ini. Menurutnya, Amangkurat I telah melakukan dosa yang terlalu banyak, sehingga cara pertama bukanlah sesuatu yang mengherankan. Lebih lanjut, dikarenakan perbuatan jahatnya memang sudah terlalu banyak, tidak ada gunanya lebih mementingkan cerita tutur yang belakangan daripada berita pejabat istana yang lebih dahulu dan selayaknya lebih dapat dipercaya.{{sfnp|De Graaf|1987||p=25|ps=}}
 
[[Berkas:Makam Ratu Mas Malang (6).jpg|jmpl|260x260px|Nisan Ki Panjang Mas yang berada di sebelah barat laut makam.]]
Mas Malang akhirnya mengetahui bahwa suaminya dibunuh oleh prajurit istana. Perempuan tersebut selalu mengigau dan sedih setiap mengingatnya. Tak lama kemudian, dia meninggal karena muntaber, tetapi ada pula yang menyebutkan bahwa dia diracun oleh orang-orang yang tidak menyukainya.{{sfnp|Olthof|Sumarsono|2009|p=183–184|ps=}} Amangkurat I pun mencurigai bahwa ''selir kinasih'' itu diguna-guna oleh orang-orang istana karena sebelum meninggal mengeluarkan banyak cairan dari dalam tubuhnya, seperti gejala keracunan.<ref name=":8" /><ref>{{Cite web|last=Handoko|first=Doddy|date=19 Maret 2021|title=Kebengisan Amangkurat I, Kurung 60 Dayang Istana di dalam Kamar Sampai Mati|url=https://nasional.okezone.com/read/2021/03/19/337/2380306/kebengisan-amangkurat-i-kurung-60-dayang-istana-di-dalam-kamar-sampai-mati|website=Okezone|access-date=21 Mei 2021}}</ref> Dia juga menganggap bahwa igauan Mas Malang yang mengatakan "''dalem, dalem, dalem...''" adalah para kerabat dan selir yang iri dengannya.''<ref name=":5" />{{sfnp|De Graaf|1987||p=19|ps=}}'' Sementara Amangkurat I memerintahkan membangun makam bagi perempuan yang dicintainya itu di Gunung Sentana, dia juga memerintahkan supaya para abdi dalem dan selir yang dicurigainya dibunuh tanpa ampun.<ref name=":1" /><ref>{{Cite web|url=https://budaya.jogjaprov.go.id/artikel/detail/363-sejarah-makam-imogiri|title=Sejarah Makam Imogiri|last=Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=5 Maret 2014|website=Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan) Daerah Istimewa Yogyakarta|access-date=5 April 2020}}</ref> Mereka dibunuh secara perlahan dengan cara diikat dan dikurung dalam suatu rumah, serta tidak diberi makan dan minum selama berhari-hari hingga mati karena lemas.<ref name=":4" /> Semua korban itu lantas dimakamkan di Gunung Sentana.''<ref name=":5" />''
 
De Graaf memperjelas bahwa tindakan itu dapat dimengerti karena Amangkurat I curiga ketika selirnya itu meninggal dengan memperlihatkan gejala-gejala aneh. Dia lantas risau terhadap hal-hal remeh. Andaikata racun yang memang menjadi penyebabnya, pelakunya tentu harus dicari di kalangan terdekat korban, yaitu para selir yang pernah berkomplot dengan putra mahkota pembangkang (Pangeran Dipati) untuk melawannya.{{sfnp|De Graaf|1987||p=19–20|ps=}} Lebih lanjut, de Graaf menambahkan bahwa di kalangan kerabat istana juga timbul kecurigaan bahwa sang raja akan mengalihkan status putra mahkota kepada Natabrata, sekalipun dia bukan darah Mataram. Kecurigaan tersebut semakin menguat ketika terjadi dua kali percobaan pembunuhan terhadap putra mahkota dengan racun yang dilakukan oleh sang raja sendiri. Percobaan pembunuhan itu menimbulkan perhatian besar sampai ke luar kerajaan. Masuknya Mas Malang ke dalam istana telah menimbulkan intrik politik yang luar biasa, sehingga raja pun menjadi tega untuk melenyapkan putranya sendiri demi kepentingan selir kesayangan dan anak tirinya. Tindakan Amangkurat I itu sungguh sulit dipercaya oleh akal sehat. Sangat masuk akal bahwa peristiwa percobaan pembunuhan itu dicatat oleh pemerintah Belanda di [[Batavia]] dalam laporan umum tertanggal 21 Desember 1663, yang berbunyi bahwa kejahatan yang mengerikan itu "akan melampaui segala kekejaman yang telah dilakukan terdahulu".{{sfnp|De Graaf|1987||p=21|ps=}}
 
Berdasarkan tradisi lisan yang berkembang di wilayah Pleret, Margana menuturkan bahwa Amangkurat I memang belum menerima kematian Mas Malang. Dia kemudian membawa jasad perempuan itu ke Gunung Sentana, tetapi tidak menguburkannya, melainkan membaringkan dan merawatnya agar tidak membusuk, bahkan sesekali masih bersetubuh dengan jasadnya.<ref name=":4" /><ref name=":6">{{Cite web|url=https://daerah.sindonews.com/read/1099528/29/sejarah-makam-ratu-malang-di-gunung-kelir-1460128101|title=Sejarah Makam Ratu Malang di Gunung Kelir|last=Subhanie|first=Dzikry|date=9 April 2016|website=Sindo News|access-date=5 April 2020}}</ref> De Graaf menambahkan bahwa siang dan malam sambil membawa serta putranya, Amangkurat I menunggu jasad selirnya ini tanpa bersedia kembali ke istana.{{sfnp|De Graaf|1987||p=24–25|ps=}} [[François Valentijn]] (menteri negeri Belanda) juga sampai membuat sebuah tulisan dalam ''Oud en Nieuw Oost-Indien'', yang menggambarkan keadaan Amangkurat I pasca ditinggalkan Mas Malang, sebagai berikut:<ref name=":8" />
 
<blockquote>''Ketika perempuan itu meninggal, sunan menjadi sedemikian sedihnya, sehingga dia mengabaikan masalah kerajaan. Setelah pemakamannya, diam-diam dia kembali ke makam tanpa diketahui seorang pun. Begitu kasihnya kepada perempuan itu, sehingga dia tidak dapat menahan diri dan turut membaringkan dirinya di dalam kuburan''.<ref name=":8" /></blockquote>
 
Setelah beberapa hari berada di makam, Amangkurat I tidur di bawah jasad Mas Malang dan bermimpi bahwa perempuan itu telah bersatu dengan suaminya. Saat terbangun, dia baru menyadari perbuatannya yang sudah memisahkan Mas Malang dengan suaminya dan menerima kepergian selirnya ini.<ref name=":7" /> Amangkurat I lantas memerintahkan para prajuritnya untuk menguburkan jasad Mas Malang di tempat tersebut dan kembali ke istana.<ref name=":2" /><ref name=":6" /> Konon, mata air di Sendang Maya muncul bersamaan ketika jasad Mas Malang hendak dikebumikan di tempat ini. Masyarakat setempat mempercayai bahwa air di sendang tersebut memiliki khasiat yang mujarab.<ref>{{Cite web|last=Widyawan|first=Andhika|date=30 April 2017|title=Di Balik Daya Sihir Gunung Kelir|url=https://ekspresionline.com/di-balik-daya-sihir-gunung-kelir/|website=Ekspresi Online|access-date=5 April 2020}}</ref>
 
Kematian Mas Malang menjadi pukulan berat bagi Amangkurat I. Dalam laporan pejabat Belanda, dia sampai tidak bisa menjalankan pemerintahannya dengan baik hingga 4–5 tahun setelahnya, bahkan saat pejabat tinggi negeri Belanda berkunjung ke Mataram, dia tidak hadir menyambut utusan itu. Sambil menjelaskan keadaannya, para menteri kerajaan sementara menggantikan tugas-tugasnya.<ref name=":8" />
 
Makam Mas Malang sendiri dibangun selama kurang lebih tiga tahun, yaitu sejak Mas Malang meninggal tahun 1665 hingga selesai pada 11 Juni 1668.<ref name=":7" /><ref name=":02" />{{sfnp|Priswanto|Alifah|2019|p=14|ps=}} Bangunan makam tersebut berasal dari dari balok-balok batu putih untuk dindingnya<ref name=":2" /> dan batu andesit untuk nisannya.<ref name=":0" /><ref name=":3" /> Amangkurat I menamakan tempat tersebut dengan Antakapura yang berarti "istana kematian" atau "istana tempat menguburkan jenazah".<ref name=":02" />
 
== Lihat pula ==
* [[Masjid Kauman Pleret]]
* [[Masjid Pajimatan Imogiri]]
* [[Museum Padepokan Sumber Karahayon]]
* [[Museum Sejarah Purbakala Pleret]]
* [[Permakaman Imogiri]]
* [[Situs Kerto]]
 
== Keterangan ==
{{notes|1}}
 
== Rujukan ==
{{reflist|2}}
 
== Daftar pustaka ==
{{refbegin|2}}
'''Buku'''
 
* {{Cite book|title=Arkeologi Perkotaan Mataram Islam|last=Adrisijanti|first=Inajati|last2=|first2=|date=|publisher=Penerbit Jendela|year=2000|isbn=978-979-9597-84-7|location=Yogyakarta|pages=|ref={{sfnref|Adrisijanti|2000}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Runtuhnya Istana Mataram|last=de Graaf|first=Hermanus Johannes|last2=|first2=|date=|publisher=Grafitipers|year=1987|isbn=978-979-4440-36-0|location=Jakarta Pusat|pages=|ref={{sfnref|De Graaf|1987}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Babad Tanah Jawi: Mulai dari Nabi Adam Sampai Tahun 1647|last=Olthof|first=W.L.|last2=Sumarsono|first2=H.R.|date=|publisher=Narasi|year=2009|isbn=978-979-1680-47-9|location=Yogyakarta|pages=|ref={{sfnref|Olthof|Sumarsono|2009}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Pleret: Dinamika Ibu Kota Mataram Islam Pasca-Kotagede|last=Priswanto|first=Hery|last2=Alifah|first2=|date=|publisher=Balai Arkeologi Daerah Istimewa Yogyakarta|year=2019|isbn=978-623-9148-80-5|location=Yogyakarta|pages=|ref={{sfnref|Priswanto|Alifah|2019}}|url-status=live|url=http://repositori.kemdikbud.go.id/16413/1/Photobook%20Plered%202019%20Hi.pdf}}
* {{Cite book|title=Profil Wisata Kecamatan Pleret, Kabupaten Bantul|last=Setiadi|first=Amos|last2=Fransisca|first2=Yunike|date=2018|publisher=Program Kemitraan Masyarakat (PKM) Penataan Kawasan Wisata Puncak Sosok|year=|isbn=|location=Bantul|pages=|ref={{sfnref|Setiadi|Fransisca|2018}}|url-status=live|url=http://e-journal.uajy.ac.id/15994/1/BookLet%20Abdimas2018_Amos1.pdf}}
 
'''Jurnal'''
 
* {{Cite journal|last=Pratama|first=Henki Riko|last2=Priswanto|first2=Hery|year=November 2013|title=Sebuah Informasi Mutakhir Hasil Penelitian Tahun 2013 di Situs Kedaton Pleret, Kabupaten Bantul, D.I. Yogyakarta|url=https://berkalaarkeologi.kemdikbud.go.id/index.php/berkalaarkeologi/article/view/31|journal=Berkala Arkeologi|volume=33|issue=2|pages=|doi=|issn=0216-1419|ref={{sfnref|Pratama|Priswanto|2013}}}}
* {{Cite journal|last=Siswanta|first=|year=Juni 2019|title=Sejarah Perkembangan Mataram Islam Keraton Pleret|url=https://journal.upy.ac.id/index.php/karmawibangga/article/view/329|journal=Karmawibangga|volume=1|issue=1|pages=|doi=|issn=2715-4483|ref={{sfnref|Siswanta|2019}}}}
 
'''Arsip'''
 
* {{Cite journal|last=Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul|first=|date=|year=2013|orig-year=|title=Daftar Benda Cagar Budaya Kabupaten Bantul Tahun 2013|url=https://pariwisata.bantulkab.go.id/filestorage/dokumen/2014/07/Cagar%20Budaya%202013.pdf|journal=|volume=|issue=|pages=|doi=|ref={{sfnref|Dinas Pariwisata Kabupaten Bantul|2013}}|access-date=29 Agustus 2019|archive-date=|archive-url=|dead-url=}}
* {{Cite journal|last=Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=|year=2014-2019|orig-year=|title=Daftar Inventaris Bangunan Cagar Budaya Tak Bergerak di Kabupaten Bantul|url=http://purbakalayogya.com/potensi-bantul.html|journal=|volume=|issue=|pages=|doi=|ref={{sfnref|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Direktorat Jenderal Kebudayaan Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta|2014-2019}}|access-date=29 Agustus 2019|archive-date=4 September 2019|archive-url=https://web.archive.org/web/20190904071749/http://www.purbakalayogya.com/potensi-bantul.html|dead-url=yes}}
 
'''Bacaan lanjutan'''
 
* {{Cite book|title=Amangkurat Agung (Prahara Takhta Mataram)|last=H.R.|first=Wahyu|last2=|first2=|date=|publisher=Bhuana Sastra|year=2014|isbn=978-602-2495-83-3|location=Jakarta|pages=|ref={{sfnref|H.R.|2014}}|url-status=live}}
* {{Cite book|title=Amangkurat (Mendung Memekat di Langit Mataram)|last=Kresna|first=Ardian|last2=|first2=|date=|publisher=Diva Press|year=2012|isbn=978-602-2550-06-8|location=Bantul|pages=|ref={{sfnref|Kresna|2012}}|url-status=live}}
{{refend}}
 
== Pranala luar ==
{{commons category|Makam Ratu Mas Malang}}
* [https://arsip.koranbernas.id/mother-dance-ajak-anda-masuk-dalam-ruang-kuburan/ “Mother Dance”, Ajak Anda Masuk dalam “Ruang Kuburan”]
* [https://www.youtube.com/watch?v=BaGNyA2orE0 Antakapura, Peninggalan Amangkurat I yang Masih Utuh]
* [https://www.youtube.com/watch?v=L8IG7oX-k9I Babad Tutur: Ki Dalang Panjang Mas]
* [http://www.purbakalayogya.com/potensi-bantul.html Daftar Potensi Benda Cagar Budaya di Kabupaten Bantul]
* [https://www.youtube.com/watch?v=_sF3x5yjZEM Istana Kematian, Makam Ratu Malang yang Menyimpan Banyak Misteri]
* [https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/observasi-keterawatan-dan-kerusakan-di-situs-makam-ratumalang-selingan-seru-3/ Observasi Keterawatan dan Kerusakan di Situs Makam Ratu Mas Malang]
* [http://jogjakartanews.com/baca/2017/12/28/4211/pp-kaliopak-bakal-pentaskan-mother-dance-di-makam-ratu-malang-gunung-kelir Pentas "Mother Dance" di Makam Ratu Mas Malang Gunung Kelir]
* [https://www.youtube.com/watch?v=blXvF1cnjBY Sendang Moyo, Calon Makam Ratu Malang yang Airnya Tak Pernah Kering]
* [https://www.youtube.com/watch?v=LqeZ_lvhFAM Sengketa Cinta Sang Paduka]
* [https://daerah.sindonews.com/berita/1014835/151/situs-gunung-sentono-dijarah-penebang-liar Situs Gunung Sentana Dijarah Penebang Liar]
* [https://news.okezone.com/read/2015/06/21/510/1168895/warga-tebangi-pohon-di-makam-ratu-malang Warga Tebangi Pohon di Makam Ratu Mas Malang]