Teori kuman penyakit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
RianHS (bicara | kontrib)
Salsaenjelia (bicara | kontrib)
Baris 6:
== Teori miasma ==
[[Berkas:Cholera_art.jpg|jmpl|Penggambaran wabah kolera oleh [[Robert Seymour (ilustrator)|Robert Seymour]] yang menggambarkan penyebaran penyakit melalui udara beracun.]]
Teori miasma adalah teori predominan mengenai penyebaran penyakit yang digunakan sebelum teori kuman penyakit menjadi arus utama di akhir abad ke-19. Teori ini sudah kuno dan tidak diterima lagi sebagai teori ilmiah. Menurut teori miasma, penyakit seperti [[kolera]], infeksi [[Chlamydia trachomatis|klamidia]], atau [[Maut Hitam]], disebabkan oleh ''[[miasma]]'' ({{lang|grc|μίασμα}}, "polusi" dalam bahasa Yunani Kuno), semacam "udara buruk" yang keluar dari materi organik yang membusuk.<ref name=":0">{{citation|contribution=miasma theory|title=A Dictionary of Public Health|editor=John M. Last|publisher=Oxford University Press|year=2007|location=Westminster College, Pennsylvania|url=https://archive.org/details/dictionaryofpubl0000last|isbn=9780195160901|url-access=registration}}</ref> Miasma dianggap sebagai semacam uap atau kabut beracun yang dipenuhi partikel dari materi membusuk (''miasmata'') yang dapat ditentukan dari baunya yang tidak enak. Teori ini menyatakan bahwa penyakit adalah produk dari faktor lingkungan seperti air yang terkontaminasi, udara yang buruk, dan kondisi lingkungan yang jorok. Infeksi tidak terjadi antarindividu, tetapi hanya terjadi pada orang-orang yang berada di sekitar uap tersebut.
 
== Perkembangan ==
Di periode klasik, seorang sejarawan Yunani, [[Thukidides]] (sekitar 460 – 400 SM) adalah orang pertama yang menyatakan bahwa penyakit dapat menular dari orang yang berpenyakit ke orang lain.<ref>Thucydides with Richard Crawley, trans., ''History of the Peloponnesian War'' (London, England: J.M. Dent & Sons, Ltd., 1910), Book III, § 51, [https://archive.org/stream/pelocrawleyr00thucuoft#page/130/mode/2up pp. 131–32.] From pp. 131–32: " … there was the awful spectacle of men dying like sheep, through having caught the infection in nursing each other. This caused the greatest mortality. On the one hand, if they were afraid to visit each other, they perished from neglect; indeed many houses were emptied of their inmates for want of a nurse: on the other, if they ventured to do so, death was the consequence."</ref><ref>Singer, Charles and Dorothea (1917) "The scientific position of Girolamo Fracastoro [1478?–1553] with especial reference to the source, character and influence of his theory of infection," ''Annals of Medical History'', '''1''' : 1–34; [https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=mdp.39015016778261;view=1up;seq=28 see p. 14.]</ref> Hal ini ia tulis dalam catatannya mengenai [[wabah Atena]]. Teori lain yang menyatakan bahwa penyakit tidak menular melalui kontak langsung adalah teori yang menyatakan bahwa penyakit disebar melalui "benih" (''semina'' dalam bahasa Latin) berbentuk [[spora]] yang ada dan dapat menyebar melalui udara. Penyair Romawi, [[Lucretius]] (sekitar 99 – 55 SM), dalam puisinya yang berjudul ''[[De rerum natura]]'' menulis bahwa dunia ini mengandung berbagai "benih" yang dapat membuat orang sakit apabila dihirup atau ditelan.<ref>Nutton, Vivian (1983) "The seeds of disease: an explanation of contagion and infection from the Greeks to the Renaissance," ''Medical History'', '''27''' (1) : 1–34; see p. 10. Available at: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1139262/?page=23 U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health]</ref><ref>Lucretius with Rev. John S. Watson, trans., ''On the Nature of Things'' (London, England: Henry G. Bohn, 1851), Book VI, lines 1093–1130, pp. 291–92; [https://archive.org/stream/onnaturethingsd00carugoog#page/n320/mode/2up see especially p. 292.] From p. 292: "This new malady and pest, therefore, either suddenly falls into the water, or penetrates into the very corn, or into other food of men and cattle. Or even, as may be the case, the infection remains suspended in the air itself; and when, as we breathe, we inhale the air mingled with it, we must necessarily absorb those ''seeds of disease'' into our body."</ref> Negarawan Romawi, [[Marcus Terentius Varro]] (116–27 SM) dalam bukunya ''Rerum rusticarum libri III'' (Tiga Buku Mengenai Agrikultur) yang dipublikasikan tahun 36 SM menulis bahwa: "Harus lebih berhati-hati di daerah rawa [...] karena di daerah tersebut ada makhluk-makhluk kecil yang tidak kasatmata, yang mengambang di udara dan dapat memasuki tubuh melalui mulut dan hidung. Makhluk tersebut kemudian menyebabkan penyakit serius."<ref>Varro, Marcus Terentius with Lloyd Storr-Best, trans., ''Varro on Farming'' (London, England: G. Bell and Sons, Ltd., 1912), Book 1, Ch. XII, [https://archive.org/stream/onfarmingmterent00varruoft#page/38/mode/2up/search/diseases p. 39.]</ref> Tabib Yunani Galenus (129 M – sekitar 200 atau 216) berspekulasi dalam bukunya, ''Tentang Penyebab Awal'' (sekitar 175 M) bahwa beberapa pasien mungkin memiliki "benih demam".<ref>Nutton (1983), p. 4</ref> Dalam bukunya yang lain berjudul ''Tentang Berbagai Jenis Demam'' (sekitar 175 M), Galenus berspekulasi bahwa wabah disebabkan oleh "sejenis benih wabah" yang ada di udara.<ref>Nutton (1983), p. 6</ref> Dalam bukunya yang berjudul ''Epidemi'' (sekitar 176–178 M), Galenus berpendapat bahwa pasiennya mungkin dapat kembali mengalami demam setelah sembuh akibat "benih penyakit" yang masih bersembunyi di dalam tubuh mereka. Benih ini dapat kembali menyebabkan demam apabila pasien tersebut tidak mengikuti proses terapi pengobatan yang diperintahkan seorang dokter.<ref>Nutton (1983), p. 7</ref>
 
Sebelum adanya penelitian mengenai mikrobiologi, orang-orang pada zaman dahulu percaya bahwa penyakit dikirim oleh para dewa sebagai hukuman atas dosa yang mereka perbuat. Menurut warga Persia kuno, penyakit disebabkan oleh roh jahat dan harus dikendalikan melalui eksorsisme (praktik mengusir setan). Barulah pada abad ke-6, para filsuf pra-Socrates seperti Phytagoras, Alcmaeon, dan Empedocles menyatakan bahwa lingkungan memainkan peran yang penting dalam penyebab suatu penyakit. Pada abad ini juga terdapat sebuah wabah yang bernama Wabah Justinian. Wabah ini menjadi inspirasi bagi ilmuwan untuk menemukan penyebab dari wabah tersebut.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Karamanou|first=Marianna|last2=Panayiotakopoulos|first2=George|last3=Tsoucalas|first3=Gregory|last4=Kousoulis|first4=Antonis|last5=Androutsos|first5=George|date=2012-03-01|title=From miasmas to germs: A historical approach to theories of infectious disease transmission|url=https://www.researchgate.net/publication/223957556_From_miasmas_to_germs_A_historical_approach_to_theories_of_infectious_disease_transmission|journal=Le infezioni in medicina : rivista periodica di eziologia, epidemiologia, diagnostica, clinica e terapia delle patologie infettive|volume=20|pages=58–62}}</ref> Sebelum munculnya teori miasma, terdapat satu teori pendahulu yaitu Teori Hyppocrates yang dibuat oleh Hippocrates. Teori ini dimuat dalam buku karya Hippocrates yang berjudul "On Airs, Waters, adn Places". Dalam teorinya, Hippocrates menyebutkan bahwa penyakut dapat disebabkan oleh dua hal, yakni karena adanya kontak dengan jasad hidup dan karena pengaruh lingkungan internal dan eksternal seseorang. <ref name=":2">{{Cite book|last=Irwan|first=Irwan|date=1 Maret 2017|title=Epidemologi Penyakit Menular|location=Yogyakarta|publisher=CV. ABSOLUTE MEDIA|isbn=978-602-1083-64-2|pages=117|url-status=live}}</ref> Pada awal abad ke-16 Girolamo Fracastoro seorang penyair, dokter, dan matematikawan mencoba menganalisis konsep penularan dan infeksi. Tahun 1546 ia menerbitkan tulisannya yang berjudul Contagious Diseases and Their Cure. Dalam tulisannya, Fracastoro berspekulasi bahwa infeksi disebabkan oleh benda kecil seperti benih yang dapat dipindahkan seperti seminaria atau kuman. <ref name=":1" />
 
Setelah itu, Fracastoro memperkenalkan teorinya yaitu the contagious theory. Dalam teorinya, ia mengatakan bahwa kuman bukan merupakan mikroorganisme, melaikan sebagai zat kimia yang bertanggung jawab terhadap penguapan dan difusi atmosfer. Fracastoro juga mengatakan bahwa setiap penyakit disebabkan oleh kuman yang berbeda. Dalam teori contagion Fracastoro mengatakan bahwa penyakit dapat ditulaskan dari satu orang ke orang yang lain melalui zat kimia yang bernama kontangion. Terdapat 3 jenis kontangion menurut Fracastoro, diantaranya ialah :
 
# Kontangion yang dapat ditularkan melalui kontak langsung seperti bersentuhan.
# Kontangion yang dapat ditularkan melaui perantara benda seperti melalui pakaian, handuk, dan lain-lain.
# Kontangioin yang dapat ditularkan dalam jarak jauh.Setelah penemuan mikroskopis oleh Anton Van Leeuwenhoek, pada abad 17 terjadi kemajuan pesat terhadap teori kuman sebagai penyebab penyakit.<ref name=":1" />
 
Beberapa ilmuwan seperti Edward Jenner, Ignaz Semmelweis, dan  Robert Koch melakukan riset lebih lanjut terkait teori ini.<ref name=":3">{{Cite book|last=Gaynes|first=Robert P.|date=2011-01-01|url=http://www.asmscience.org/content/book/10.1128/9781555817220|title=Germ Theory: Medical Pioneers in Infectious Diseases|publisher=American Society of Microbiology|isbn=978-1-55581-529-5|language=en|doi=10.1128/9781555817220}}</ref> Pada abad ke-18 teori kuman penyakit pada awalnya hanyalah campuran teori dari pemikiran medis beberapa ahli. Pada abad ini teori kuman penyakit kembali mengalami kemajuan karena timbulnya penyakit cacar. Pada saat itu beberapa ilmuwan seperti Edward Jenner melakukan serangkaian metode ilmiah seperti membuat hipotesis, menguji, dan membuktikan teori vaksinasi. Pada akhirnya, di abad-19 teori kuman penyakit ini berkembang dan dikenal oleh masyarakat.<ref name=":3" />
 
Abad ke-19 ini menjadi era kejayaan bagi teori kuman penyakit. Hal ini dikarenakan, teori ini telah dikenal oleh masyarakat luas, sehingga sejak saat itu masyarakat percaya bahwa beberapa penyakit yang menyerang manusia selama beradab-abad tenyata disebabkan oleh invasi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia. Teori kuman penyakit ini memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan epidemologi penyakit infeksi. Hal ini dikarenakan teori kuman penyakit ini telah memberikan pencerahan bagi para ilmuwan untuk mengidentifikai berbagai penyakit baru yang menyerang manusia. Berkat teori ini juga, banyak penyakit yang akhirnya dapat dicegah dan juga disembuhkan. Teori kuman penyakit ini mengarahkan para ilmuwan untuk menghasilkan obat-obatan antibiotik dan antimikrobaseperti vaksin, steriliasi, preurisasi, dan program anitasi publik. Teori ini terus berkembang hingga ke level molekul pada abad ke-20. <ref name=":2" />
 
Teori kuman penyakit menghubungkan penyebab suatu penyakit dengan mikoorganisme tertentu yang berada di dalam tubuh manusia. Teori ini akhirnya menolak teori miasma yang mengatakan bahwa penyakit disebabkan oleh miasma semacam "udara buruk" yang keluar dari materi organik yang membusuk.<ref name=":0" />
 
=== Abad Pertengahan ===