Sahabat Nabi: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 0 sources and tagging 1 as dead.) #IABot (v2.0.8.1 |
|||
Baris 116:
=== Sahabat dalam Pandangan Ahlu Sunnah ===
Banyak sekali ayat al-Qur'an dan hadist Nabi yang mencatat mengenai keutamaan para sahabat karena mereka merupakan orang-orang yang membela Nabi Muhammad baik dalam keadaan senang maupun susah, bahkan diantara mereka sudah ada yang dijaminkan surga melalui lisan Nabi sendiri sewaktu beliau masih hidup yang dikenal sebagai "''Asyarah al-Mubassyarin bi-l-jannah"'' ([[Sepuluh orang yang dijanjikan masuk surga|sepuluh orang yang dijanjikan surga]]), diantara ayat al-qur'an yang menjelaskan tentang keutamaan mereka yaitu
Ingatlah Allah
# '''Seluruh''' sahabat Nabi adalah bersifat ''<nowiki/>'udul'' (adil dan jujur) dimana tidak boleh kita membenarkan sebagian perkataan mereka dan mengingkari perkataan sahabat lainnya, hal ini berimplikasi besar dalam ilmu ''al-jarh wa at-ta'dil'' dalam periwayatan hadits.
# Para sahabat Nabi tidak pernah disebutkan dalam ayat al-Qur'an, kecuali Allah telah memuji mereka atas perbuatan dan sikap mereka, atau '''mengampuni''' atas seluruh kesalahan dan kekhilafan mereka tanpa terkecuali.
# Orang yang didapati mencaci dan menghina salah satu sahabat Nabi, maka mereka dianggap sebagai seorang [[zindiq]] ([[Bahasa Arab|bahasa arab]]
Imam Malik bin Anas juga berpendapat sama mengenai takfir atas orang yang mengingkari atau bahkan mencaci para sahabat Nabi, karena tertulis dalam surat al-Fath di atas : "''tanaman itu menyenangkan hati penanam-penanamnya karena Allah hendak menjengkelkan hati orang-orang kafir",'' sembari beliau berkata : "Maka barangsiapa yang diresahkan hatinya oleh para Sahabat Nabi maka ia telah kafir".
=== Sahabat Nabi dalam Pandangan Kelompok Syi'ah ===
Menurut kaum [[Syiah]], para sahabat Nabi sama seperti manusia lainnya, dan keadilan dan kebaikan tidak dapat dibuktikan hanya dengan menjadi sahabat Nabi.<ref>Amin, [https://ebookshia.com/books/view/270/%D8%A7%D8%B9%DB%8C%D8%A7%D9%86+%D8%A7%D9%84%D8%B4%DB%8C%D8%B9%D9%87+%28%D8%AC%D9%84%D8%AF1%29 Notables of the Shiites], Dar al-Ta'rif, Volume 1, p.113.</ref> Mereka menganggap keutamaan orang sebagai kebenaran niat dan tindakan mereka di masa Muhammad dan setelahnya. Oleh karena itu, mereka percaya bahwa banyak sahabat tidak mengikuti perintah Islam setelah kematian Nabi.<ref>''Bahá'u'lláh (189x). The Kitáb-i-Íqán (1989 pocket-size ed.). US Baháʼí Publishing Trust. Archived from the original on 2015-01-08. Retrieved 2014-12-29 – via Bahá’í Reference Library''.</ref>
Dari segi definisi, [[Syiah|Syi'ah]] melihat bahwa pelabelan Sahabat (''ṣuhbah'') hanya bisa dibenarkan dengan lamanya berhubungan dengan Nabi, meskipun mereka juga tidak menentukan jangka waktu tertentu. Syi'ah lebih suka menggunakan istilah ''aṣhab'' daripada ''shahabi'' karena istilah kedua tersebut dianggap tidak disebutkan dalam al-Qur'an atau as-Sunnah dan tidak ada asal-usulnya dalam bahasa Arab, tetapi istilah tersebut tetap digunakan meskipun dalam tingkatan kuantitas yang lebih rendah dalam literatur Syiah. Syiah menghargai status para sahabat, kebajikan, dan dukungan mereka untuk Nabi, kaum Syiah percaya bahwa para sahabat memang mematuhi ''manhaj'' (aturan) Al-quran dalam evaluasi mereka terhadap status sahabat, namun disisi lain mereka menyoroti ayat Al-quran yang dianggap diturunkan untuk untuk menyalahkan dan mencerca mereka di beberapa situasi dan kasus.<ref>{{Cite book|last=As-Sayyid Murtadha al-'Askari|first=|date=|url=|title=Ma'alim al-Madrasatain jilid I|location=|publisher=|isbn=|pages=97-100|url-status=live}}</ref> Tentu saja hal semacam ini ditolak mentah-mentah dan ditentang oleh kalangan ahli sunnah karena dianggap sembrono dalam menafsirkan ayat dan riwayat yang shahih menurut syi'ah sendiri secara sepihak. Kaum syi'ah juga menganggap bahwasanya tidak ada satu ayatpun yang menjamin kesucian para sahabat karena setiap ayat dan hadits tersebut harus dimaknai secara terbatas, maka mereka menyatakan bahwa nasib para sahabat tidak ada bedanya dengan orang-orang setelahnya, dimana jika mereka berbuat baik maka akan dibalas dengan pahala dan surga, sedang apabila berbuat kesalahan dan dosa maka mereka akan mendapat ganjaran dan siksa. Selain itu, para ahli ilmu al-Jarh wa at-Ta'dil syi'ah juga memperlakukan riwayat dari para sahabat sama dengan riwayat dari selain mereka, berbeda halnya dengan apa yang dipercaya dan dilakukan oleh kalangan ahlu sunnah. Sebagai tambahan mereka juga memperselisihkan berbagai peristiwa sejarah dalam islam mengenai sikap para sahabat terhadap Imam [[Ali bin Abi Thalib]] -karramallahu wajhah- yang berimplikasi terhadap lahirnya kelompok yang lebih ekstrim dalam hal 'aqidah (kepercayaan) di kalangan orang Syi'ah.▼
Hal lain yang dikemukakan oleh kaum Syiah dalam kritik mereka terhadap kebaikan dan keadilan semua sahabat adalah bahwa jika menjadi Sahabat mencegah dosa, lalu bagaimana beberapa sahabat, seperti Ubaidullah ibn Khattal, Rabia bin Umayyah, dan [[Asy'ats bin Qais]], tinggalkan agama mereka.<ref>Amin, [https://ebookshia.com/books/view/270/%D8%A7%D8%B9%DB%8C%D8%A7%D9%86+%D8%A7%D9%84%D8%B4%DB%8C%D8%B9%D9%87+%28%D8%AC%D9%84%D8%AF1%29 Notables of the Shiites], Dar al-Ta'rif, Volume 1, p.163.</ref>
Menurut Syiah, tindakan beberapa sahabat tidak sesuai dengan keadilan; Mereka membunuh orang yang tidak bersalah, mencuri harta benda secara tidak adil dan menghina [[Ali bin Abi Thalib|Ali]]. Beberapa sahabat mengobarkan perang terhadap kaum muslimin dan menipu kaum muslimin.<ref>{{Cite web|title=غدیر خم و سقیفه بنى ساعده|url=http://ensani.ir/fa/article/45925/%D8%BA%D8%AF%DB%8C%D8%B1-%D8%AE%D9%85-%D9%88-%D8%B3%D9%82%DB%8C%D9%81%D9%87-%D8%A8%D9%86%D9%89-%D8%B3%D8%A7%D8%B9%D8%AF%D9%87|website=پرتال جامع علوم انسانی|language=fa|access-date=2021-10-18}}</ref> Sumber sejarah telah melaporkan banyak dari perilaku ini. Seperti perbuatan [[Khalid bin Walid]] yang bahkan menimbulkan protes keras dari khalifah kedua, perbuatan [[Marwan bin al-Hakam|Marwan bin Hakam]] pada masa Utsman dan Mughirah bin Shu'bah, dll.<ref>Amin, [https://ebookshia.com/books/view/270/%D8%A7%D8%B9%DB%8C%D8%A7%D9%86+%D8%A7%D9%84%D8%B4%DB%8C%D8%B9%D9%87+%28%D8%AC%D9%84%D8%AF1%29 Notables of the Shiites], Dar al-Ta'rif, Volume 1, p.114.</ref><ref>Baladhari, [https://lib.eshia.ir/40503/1/1 Ansab al-Ashraf], Volume 5, hal. 2434</ref>
▲
== Para Sahabat yang Terakhir Meninggal ==
Baris 226 ⟶ 232:
* [[Hakim bin Hizam]]
* [[Hamzah bin Abdul Muthalib]]
* [[Hasan bin Ali]]
* [[Hazn bin Abi Wahb]]
* [[Hanzhalah bin Abi Amir]]
Baris 232 ⟶ 239:
* [[Hudzaifah al-Bariqi]]
* [[Hudzaifah bin al-Yaman]]
* [[Husain bin Ali]]
* [[Ikrimah bin Abu Jahal]]
* [[Imran bin Hushain]]
Baris 328 ⟶ 336:
* [[Zubair bin Awwam]]
{{EndDiv}}
== Daftar Sahabat Perempuan ==
Baris 341 ⟶ 350:
* [[Khawlah binti Hakim]]
* [[Atikah binti Zaid]]
*[[Zainab binti Ali]]
== Lihat pula ==
|