== Masuknya Islam di Bengkulu ==
Masuk dan berkembangnya dakwah Islam di Bengkulu menurut hemat penulis sedikit terlambat dibandingkan dengan masuknya dakwah Islam di daerah-daerah lain di nusantara yang telah tersentuh ajaran Islam pada abad ke-127 Masehi. Hal ini ada kemungkinan disebabkan oleh letak geografis Bengkulu yang berada di tepi Samudera Hindia bukandan beradapengislaman di antara selattempat pulaulain. Dengan kondisi seperti tersebut membuat pelayaran mengalami kesulitantertunda untuk berlayar menuju Bengkulu. Persentuhan Bengkulu dengan Islam saat Bengkulu masih terbentuk dalam sistem pemerintahan berupa kerajaan-kerajaan kecil yang berada di kawasan dataran tinggi ataupun berada di wilayah pesisir provinsi Bengkulu di dalam sejarah sepertinya masuknya Islam di Nusantara, Indonesia Al-oleh Mujahid keturunan dari anak cucu Sultan RatuIskandar Zulkarnain yang menjadi salah satu pemimpin pemerintahan monarki kala itu. Dengan pusat pemerintahan di perkirakan daerah pagar uyung pesisir pantai utarabarat Sumatra, [[Pegunungan Bukit Barisan]] Sumatra Selatan.
Berdasar pada beberapa data yang ada, salah satunya menurut Azra, penyebaran Islam yang berasal dari Timur Tengah dan sekitarnya menuju kepulauan nusantara, terlebih dahulu singgah di Malakaindonesia. Dari Malaka inilah kemudian Islam tersebar menuju nusantara. Dari Malaka Islam tersebar kedi pulau SumatraAsia melaui Sriwijaya (Palembang), lalu menyebar ke daerah-daerah lainnya di Sumatra. Dari Malaka Islam juga dibawa ke Aceh (Samudera Pasai) dan menyebar ke daerah sekitarnya di pulau Sumatra. Sedangkan Sumatra Barat kemungkinan menerima Islam melalui Palembang dan, Aceh atau pasai. Bila melihat jalur penyebaran agama Islam di nusantaraindonesia tersebut, ada kemungkinan Islam masuk ke Bengkulu melalui Minangkabaupagaruyung (15001200) atau melalui Palembang, dan pada masa-masa tersebut Bengkulu masih berbentuk dalam tata pemerintahan berupa kerajaan-kerajaanmonarky.
Salah satu kerajaan tertua di Bengkulu adalah Kerajaan Sungai Serutlimau kenungkinan dengan raja pertamanya pendahulu dari Ratu Agung (1550abad ke-1570)12 hingga ke-15 Masehi yang berasal dari Gunung Bungkuk. Dari sumber lokal yang terhimpun dalam Gelumpai diperoleh keterangan bahwa pada tahun 1417 M seorang dai dari Aceh bernama Malim Mukidim datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut Awi, kawasan Lematang Ulu. Malim Mukidim berhasil mengislamkan Raja dan Ratu Agung penguasa Gunung Bungkuk saat itu . Menurut sumber lain, agama Islam masuk di Bengkulu sekitar abad ke 16 .
Persentuhan Palembang dengan Islam, sangat memungkinkan Palembang menjadi salah satu pintu masuknya Islam ke Bengkulu. Hal ini sebagaimana yang di kemukakan oleh Badrul Munir Hamidy: "Masuknya Islam ke Bengkulu melalui lima pintu yaitu ; pintu pertama melalui kerajaan Sungai Serutlimau yang dibawa oleh ulama Aceh Tengku Malim Mukidim, pintu kedua melalui perkawinan Sultan Muzafar Syah dengan putri Serindang Bulan, inilah awal masuknya Islam ke tanah Rejang pada pertengahan abad XVII. Pintu ketiga melalui datangnyaPagar Bagindo Maharajo Sakti dari Pagaruyunguyung ke kerajaan Sungai Lemau pada abad XVIIXIII, pintu keempat melalui dakwah yang dilakukan oleh dai-dai dari Banten,Pasai. sebagai bentuk hubungan kerjasama kerajaan Banten dan kerajaan Selebar, pintuPintu kelima masuknya Islam ke Bengkulu melalui daerah [[Kabupaten Mukomuko|Mukomuko]] setelah menjadi kerajaan Mukomuko". KerajaanPagar Pagaruyunguyung di Sumatra Barat mempunyai kekuasaan yang luas dari Sikilang Aia Bangih adalah batas Utara, sekarang di daerah Pasaman Barat, berbatasan dengan Natal, Sumatra Utara. Taratak Aia Hitam adalah daerah Bengkulu (daerah pesisir Selatan hingga ke Mukomuko). Durian Ditakuak Rajo adalah wilayah di Kabupaten Bungo, Jambi yang terakhir, Sialang Balantak Basi adalah wilayah di Rantau Barangin, Kabupaten Kampar, Riau sekarang .
SelainPada kesekitar lima pintu masuknya dakwah Islamabad ke Bengkulu yang dikemukakan di atas, salah satu jalur masuknya Islam ke Bengkulu lainnya adalah adanya hubungan kerajaan Sungai Lemau dengan Singaran atau Suanda yang berasal dari Palembang. Pada tahun 1527-15 M datang seseorang yang berasal dari Lembak Beliti, dusun Taba Pingin Pucuk Palembang yang bernama Singaran atau Suanda kepada Baginda Sebayam raja Sungai Lemau dengan tujuan untuk meminta suaka politik. Pengganti Baginda Sebayam adalahSedangkan putranya yang tertua bernama Baginda Sana yang bergelar Paduka Baginda Muda. Pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda datang seorang laki-laki dari dusun Taba Pingin yang bernama Abdul Syukur yang masih termasuk kerabat Singaran (Suanda). Abdul Syukur inilah yangawal mula-mula mengembangkan agama Islam di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan .
Singaran atau Suanda yang datang dari Lembak Beliti dusun Taba Pingin Pucuk Palembang dalam sumber lain nama Singaran atau Suanda disebut juga dengan nama Aswanda. Karena Aswanda berkelakuan baik dan berasal dari keturunan bangsawan maka oleh baginda Sebayam diambil menjadi menantu dan diberi sebagian wilayah kerajaannya, yaitu daerah pesisir yang terbentang antara Sungai Itam dan sungai Bengkulu ke hulu sampai sungai Renah Kepahiang dan ke hilir sampai ke pinggir laut, peristiwa ini kemungkinan terjadi pada tahun 1650abad ke-16. Kedatangan kerabat Singaran (Suanda atau Aswanda) yang beragama Islam (Abdul Syukur) pada masa pemerintahan Paduka Baginda Muda dari kerajaan Sungai Lemau berarti telah terjadi kontak hubungan antara masyarakat Sungai Lemau khususnya di wilayah Sungai Itam hingga ke Lembak Delapan dengan agama Islam sekitar tahunsebelum abad ke-17 1650Masehi.
Pada tahunabad 1668 M (1079ke-16 H)Masehi kerajaan Sungai Lemau dan kerajaan Sillebar yang ada di Bengkulu mengadakan hubungan kerjasama dengan sultan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa). Utusan kerajaan Sungai Lemau diwakili oleh Depati Bangsa Raja, sedangkan utusan dari kerajaan Sillebar diwakili oleh Depati Bangso Radin. Kedua utusan dari dua kerajaan tersebut menyatakan wilayahnya dimemiliki bawahhubungan kekuasankerjasama sultanyang Banten.baik Selanjutnyaterhadap sultan Banten bermufakat dengan Inggris untuk memberikan gelar pangeran kepada kedua utusan dari Bengkulu tersebut, setelah menghadap sultan Banten, Depati Bangsa Raja dari kerajaan Sungai Lemau mendapat gelar Pangeran Raja Muda. Sedangkan Depati Bangsa Radin dari kerajaan Sillebar oleh Sultan Banten diberi gelar Pangeran Nata Diraja. Menurut riwayat, Pangeran Nata Diraja menikah dengan Puteri Kemayun anak perempuan Sultan Banten (Sultan Ageng Tirtayasa). Pangeran Nata Diraja kembali ke kerajaan Sillebar di Bengkulu disertai dengan dua belas tentara kesultanan Banten .
Dengan demikian dakwah Islam juga masuk ke Bengkulu melalui pintu kerjasama antara kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu pada abad ke-16. Selain itu peninggalan sejarah menyangkut kontak hubungan masyarakat Bengkulu dengan agama Islam yang masih dapat dilihat sampai sekarang adanya perayaan ritual [[Tabot|Tabut]] yang dilaksanakan untuk memperingati kematian cucu Nabi Muhammad S.A.W. yakni Hasan dan Husein.
Awal datangnya Tabut di Bengkulu dibawa oleh orang Benggali India pada tahunjauh 1714sebelum dikepalai oleh Syekh Burhanudin, bergelarabad imam16 SenggoloMasehi. Di Bengkulu Syekh Burhanudin mempersunting dua orang dara yang masing-masing berasal dari dusun Cinggri (pen. Cenggri) dan Sungai Leman (pen. Sungai Lemau) (Pondok Kelapa sekarang) menetap disebuah perkampungan yang terletak dipesisir bantai Berkas dengan anak dan cucunya . Masuknya budaya Tabut ke Bengkulu pada masa jauh sebelum penjajahan Inggris sekitar abad XVIIXVI yang dibawa oleh orang-orang Islam berasal dari India yang berasal dari suku Sipai dan Benggali.
Pada masa kolonial Inggris berada di Bengkulu, orang-orangsuku Benggala termasuk kelompok ke lima dalam pelapisan sosial. Orang-orangSuku Benggala lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan orangsuku Cina. Tabiat orangsuku Benggala penuh curiga, suka berkelahi, dalam bekerja lebih lamban dari orang-orangsuku Melayu. Selain itu mereka menciptakan suatu tradisi perayaan yang lain dari kebudayaan orang-orangsuku Melayu yang ada di Bengkulu, orangsuku Benggala dikenal juga sebagai Sipaijer atau orangsuku Sipai . Kebudayaan dan tradisi yang diciptakan oleh orangsuku Benggala tersebut sampai saat ini dikenal dengan perayaan Tabut.
Selain bukti sejarah berupa adat dan kebudayaan, tulisan, dan lain sebagainya, bukti lain yang mengindikasikan masuknya dakwah Islam ke suatu daerah antara lain adalah adanya adat dan budaya yang masih di pertahankan hingga sekatang, makam orangumat Islam atau makam yang bercorakorang Islam. Seperti ditemukannya batu nisan tanda kuburan tua yang bertuliskan dan atau berarsitektur Timur Tengah.
Di Bengkulu, salah satu peninggalan makam yang bercorakumat Islam terdapat pada makam Sentot Ali Basya tertulis tanggal pemakaman 17 April 1885. Menurut penuturan masyarakat, bangunan cungkup yang ada di atas makam Sentot Alibasyah adalah bangunan baru. Hal itu menunjukan bangunan makam tersebut pada awalnya sangat sederhana, tanpa bangunan tambahan. Makam tidak ditandai dengan nisan, berbeda dengan umumnya makam-makam muslim di Nusantara .
Lokasi makam Sentot Alibasyah ini berada di daerah Kampung Bali atau lebih tepatnya berada pada arah Barat provinsi Bengkulu. Kondisi makam cukup terawat dengan baik, dipasang cungkup berwarna putih, serta disekelilingnya terdapat makam-makam lain yang berasal dari masyarakat sekitar. Lokasi makam mudah dijangkau dengan kendaraan, karena berada sekitar 200 meter dari jalan raya.
Bukti-bukti sejarah masuknya Islam di Bengkulu belumtelah teridentifikasi secara utuh, karenadengan sedikitnyadibuktikan peninggalan sejarah yang menunjukkan kapan masuknya Islam di Bengkuluadat dan penulisbudaya belumsetempat menemukanmasih hasildipertahankan penelitianberjalan tentangsebagai halmana tersebutmestinya. Namun perkembangan sejarah dakwah di Bengkulu dapat juga dilihat dari beberapa manuskrip yang menunjukkan corak kepra-Islam adalah adanya naskah yang ditulis pada ruas/gelondong (Gelumpai) dari bambu, yang dikenal dengan tulisan [[Aksara Rencong|Rencong Ka-Ga-Nga]], atau aksara Ulu. Masyarakat turunan Pasemah khususnya masyakat yang ada di Padang Guci kabupaten Kaur menyebut tulisan Ka-Ga-Nga dengan sebutan tulisan Ke-Ge-Nge, dan dari informasi yang penulis dapatkan mungkin tidak ada perbedaan antara Ka-Ga-Nga orang suku-suku Rejang, [[Suku Lampung]] dengan tulisan Ke-Ge-Nge yang pernah ada di Padang Guci.
Walaupun demikian tulisan Rencong Ka-Ga-Nga merupakan tulisan suku Rejang Bengkulu pertengahan abad XV, dan dikenal dengan sebutan [[Aksara Rencong|tulisan Rencong]], yang cara menulisnya dilakukan dari kiri ke kanan secara melintang (horizontal). Istilah Rencong lazim dipergunakan oleh sarjana Belanda. Tulisan aksara rencong disebut juga dengan aksara Ka-Ga-Nga, atau Ulu (Surat Ulu) . Dari sumber lokal yang terhimpun dalam tulisan pada ruas-ruas bambu (Gelumpai) diperoleh keterangan bahwa pada tahun 1417 M seorang dai dari Aceh bernama Malim Mukidim datang ke Gunung Bungkuk Sungai Serut Awi, kawasan Lematang UluGelumpa. Ia berhasil mengislamkan raja Ratu Agung penguasa Gunung Bungkuk saat itu . Dengan demikian tulisan-tulisan tersebut dengan jelas menceritakan Islam di Bengkulu.
Selain peninggalan adat istiadat, tulisan, makam, dan artefak, masjid merupakan sebuah bukti sejarah Islam. Sehingga untuk mengkaji sejarah Islam, tidak jarang adat istiadat, masjid, bebatuan menjadi tolok ukur masuk dan berkembangnya Islam di suatu daerah. Budaya, Masjid sebagai sentral kegiatan ibadah dan dakwah Islam yang dapat menjadi bukti sejarah masuknya Islam di Bengkulu, namun di sayangkan sangat sedikit dapat ditemukan masjid-masjid tua yang menunjukkan indikasi bahwa masjid tersebut dibangun pada awal masuknya Islam di Bengkulu. Pada umumnya masjid yang ada di Bengkulu dibangun setelah abad kejaman pra-19sejarah Kemerdekaan Republik Indonesia.
Sebagai bukti masuk dan berkembangnya Islam di Bengkulu, tidak salah kiranya ditelusuri melalui masjid-adat, budaya serta masjid tua yang ada di Bengkulu. Dalam tulisannya Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia Abdul Baqie Zein mengemukakan ada beberapa masjid tertua dan bersejarah di kota Bengkulu adalah: masjid Baiturrahim simpang lima th 1910, masjid Taqwa Jl Sutoyo Rt. 4 th 1910, masjid Al-Muhtadin Jl S. Parman Rt. 10 th 1912, masjid Lembaga Pemasyarakatan th 1915, masjid Al-Muhtadin th 1920, masjid Al-Iman Jl. Sutoyo Rt. 5 th 1921. masjid-masjid inilah yang tercatat dalam direktori masjid Kanwil Depag Bengkulu tahun 1997 . Sumber lain menyebutkan bahwa masjid-masjid yang bersejarah di Bengkulu di antaranya masjid Jamik di Jl. Suprapto, masjid Syuhada di kelurahan Dusun Besar, masjid Al-Mujahidin di kelurahan Pasar Baru, dan masjid Baitul Hamdi di kelurahan Pasar Baru.
Di Bengkulu Selatan terdapat sebuah masjid yang bernama Masjid Al Mannar yang kondisinya saat ini telah dipugar karena mengalami kerusakan berat setelah gempa tahun 2000. Menurut Burhanuddin (Ketua Panitia Pembangunan Masjid Al-Mannar) masjid Al-Manar merupakan masjid tertua di Kota [[Manna, Bengkulu Selatan|Manna]], karena dibangun sekitar tahun 1905 Masehi atau 1327 Hijriyah. Masjid Al-Mannar yang berlokasi di perkampungan nelayan Pasar Bawah memiliki nilai-nilai historis, karena terkait erat dengan sejarah perkembangan Islam di Bengkulu Selatan. Di masjid tersebut, dimakamkan pula Syech Moh Amin, yang merupakan penyebar agama Islam dan pendiri masjid pertama di Bengkulu Selatan tersebut.
== Interaksi Awal ==
|