Han Awal: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k +{{Authority control}} |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Han Awal''' ('''Han Hoo Tjwan''') ({{lahirmati|[[Kota Malang|Malang]], [[Jawa Timur]]|16|9|1930|[[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]]|14|5|2016}}) adalah seorang [[arsitek]] [[Indonesia]].<ref name="buku1">Arsitek Dua Zaman, Majalah Indonesia Design, September 2005</ref> Prestasinya dalam merancang bangunan membuahkan penghargaan ''Internasional Award of Excellence [[UNESCO]] Asia Pasific Heritage'' untuk bangunan Gedung Museum Arsip Nasional.<ref name="buku1"/> Karya-karya lainnya yang menonjol di Indonesia adalah Kampus [[Universitas Katolik Atma Jaya]] di Semanggi dan gedung sekolah Pangudi Luhur di Kebayoran Baru, Jakarta. Han Awal juga terlibat dalam pembangunan [[Kompleks Parlemen Republik Indonesia|Gedung Conefo ''(Conference of New Emerging Forces)'' 1964-1972. Gedung yang terletak di Senayan ini kemudian dikenal sebagai Gedung DPR/MPR]].
==
=== Pendidikan ===
Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di [[Malang]]. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar [[arsitektur]] di [[Institut Teknologi Bandung]]. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di Technische Hoogeschool di [[Delft]], Belanda, ia melanjutkan studi di sekolah itu dengan beasiswa dari Keuskupan Malang. Di tempat ini, ia berkenalan dengan mahasiswa asal Indonesia, seperti [[Liem Bian Poen]], [[Soewondo]], [[Pamoentjak]], dan [[Soejoedi]].<ref name="buku3">[http://archipeddy.com/tokoh/han_awal.html Archipeddy.com]</ref>▼
▲Han Awal menyelesaikan pendidikan dasarnya di [[Malang]]. Setelah lulus SMA tahun 1950, Han sebetulnya ingin belajar [[arsitektur]] di [[Institut Teknologi Bandung]]. Namun, waktu itu ITB belum memiliki jurusan arsitektur. Terpengaruh brosur program pendidikan ahli bangunan di [[Universitas Teknologi Delft|Technische Hoogeschool di
Namun,akibat ketegangan Indonesia-Belanda akibat sengketa Papua pada tahun 1956, Han terpaksa pindah ke Jerman dan melanjutkan kuliah arsitektur di Technische Universitat, Berlin Barat, dan lulus tahun 1960. "Di Belanda, saya banyak belajar arsitektur dari segi teknis. Mungkin karena negerinya kecil, para arsitek Belanda sangat mementingkan presisi. Perbedaan ukuran sesentimeter saja bisa dipersoalkan. Baru di Jerman saya mendapat pengetahuan tentang konsep-konsep besar arsitektur," ceritanya.<ref name="buku3"/>
=== Karier ===
Han Awal pulang ke tanah air dan mendirikan biro konsultan sendiri yang bernama PT Han Awal & Partners Architect.<ref name="buku2">Indonesia Architecture Magazine, Maret 2008, Upclose & Personal</ref> Di samping berkarya dalam bidang arsitektur, Han Awal juga sangat perhatian terhadap dunia pendiikan perancangan di Indonesia.<ref name="buku2" /> Tercatat, ia mengabdikan ilmu yang dimilikinya sebagai Pembantu Rektor/Dosen Akademi Pertamanan DKI Jakarta, 1969-1971, Dosen Tak Tetap FTUI Jurusan Arsitektur, 1965-2000 - Dosen Pembina FT [[Universitas Katolik Soegijapranata|Universitas Soegijapranata]], [[Semarang]], 1990-2003, Dosen Pembina FT [[Universitas Merdeka Malang]]
=== Mendalami Konservasi ===
Han belakangan lebih dikenal sebagai arsitek konservatoris yang menggeluti pemugaran bangunan-bangunan tua. Pada tahun 1988 ia terlibat proyek pemugaran Katedral Jakarta yang sudah mengalami kerusakan berat di berbagai bagian. Ia mengusulkan mengganti atap sirap gereja Katolik yang hampir berusia seabad itu dengan pelat tembaga yang tahan lama. Karya Han yang monumental di bidang pemugaran adalah [[Gedung Arsip Nasional]], Jalan Gajah Mada 111, Jakarta. Bersama arsitek Belanda, Cor Passchier dan [[Budi Lim]], arsitek lulusan Inggris, ia terlibat pemugaran besar-besaran atas gedung yang dibangun pejabat VOC, Renier de Klerk, akhir abad ke-18 itu. Pemugaran dibiayai oleh berbagai pihak swasta di Belanda, sebagai hadiah ulang tahun emas Proklamasi Kemerdekaan RI, tahun 1995. "Bangunan tua harus diberi aura baru, sesuai dengan tuntutan zaman. Lampu harus dibuat lebih terang dari dulu, juga pengatur udara," kata Han yang sangat memperhatikan detail.<ref name="buku4">{{Cite web |url=http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/han-awal/index.shtml |title=Salinan arsip |access-date=2009-04-22 |archive-date=2009-02-20 |archive-url=https://web.archive.org/web/20090220131829/http://tokohindonesia.com/ensiklopedi/h/han-awal/index.shtml |dead-url=yes }}</ref>
Baris 23 ⟶ 25:
"Sebagai pemugar bangunan tua, saya menemukan hal-hal tak terduga. Ternyata, tak semua bangunan tua bikinan Belanda itu baik. Banyak konstruksi yang diselewengkan dan kaidah arsitektur yang tak dilaksanakan dengan benar. Konstruksi jadi tambal sulam. Tapi, itu kan manusiawi dan bukan hal memalukan," papar Han.<ref name="buku4"/>
=== Penghargaan Profesor Teeuw ===
Han kini sedang sibuk menangani pemugaran Gedung Bank Indonesia, Jakarta Kota. Bekas gedung Javasche Bank, bank sentral Hindia Belanda yang berdiri sejak 1828. Setelah itu, ia berencana memugar bangunan Gereja Imanuel, Jalan Medan Merdeka Timur, Jakarta, dan sebuah rumah tua di [[Jalan Prapatan (Jakarta)|Jalan Prapatan, Jakarta]]. Bangunan itu pada abad ke-19 adalah rumah seorang mayor China.<ref name="buku4"/>
|