Teori kuman penyakit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: menambah kata-kata yang berlebihan atau hiperbolis VisualEditor
Baris 14:
== Teori miasma ==
[[Berkas:Cholera_art.jpg|jmpl|Penggambaran wabah kolera oleh [[Robert Seymour (ilustrator)|Robert Seymour]] yang menggambarkan penyebaran penyakit melalui udara beracun.]]
Teori miasma merupakan sebuah teori kedokteran kuno yang menyatakan bahwa beberapa penyakit disebabkan oleh ''miasma''  (μίασμα atau polusi), udara buruk (atau biasa disebut ''night air)'' yang dinilai berbahaya. Udara buruk tersebut diduga berasal dari materi organik yang membusuk. Teori ini sebetulnya sudah banyak disampaikan oleh Hippocrates pada Abad ke-4 SM. Hippocrates berpendapat bahwa miasma terdapat di dalam udara dan ditransmisikan melalui pernapasan, bukan dengan sentuhan. Akan tetapi, teori ini baru populer dan banyak diyakini orang ketika wabah kolera melanda Britania Raya pada Abad ke-19. Meskipun teori miasma saat ini sudah tergantikan oleh teori yang lebih sahih, teori ini telah memberikan banyak perubahan dalam bidang infrastruktur kota sejak beberapa abad yang lalu.
Teori miasma adalah teori predominan mengenai penyebaran penyakit yang digunakan sebelum teori kuman penyakit menjadi arus utama di akhir abad ke-19. Teori ini sudah kuno dan tidak diterima lagi sebagai teori ilmiah. Menurut teori miasma, penyakit seperti [[kolera]], infeksi [[Chlamydia trachomatis|klamidia]], atau [[Maut Hitam]], disebabkan oleh ''[[miasma]]'' ({{lang|grc|μίασμα}}, "polusi" dalam bahasa Yunani Kuno), semacam "udara buruk" yang keluar dari materi organik yang membusuk.<ref name=":0">{{citation|contribution=miasma theory|title=A Dictionary of Public Health|editor=John M. Last|publisher=Oxford University Press|year=2007|location=Westminster College, Pennsylvania|url=https://archive.org/details/dictionaryofpubl0000last|isbn=9780195160901|url-access=registration}}</ref> Miasma dianggap sebagai semacam uap atau kabut beracun yang dipenuhi partikel dari materi membusuk (''miasmata'') yang dapat ditentukan dari baunya yang tidak enak. Teori ini menyatakan bahwa penyakit adalah produk dari faktor lingkungan seperti air yang terkontaminasi, udara yang buruk, dan kondisi lingkungan yang jorok. Infeksi tidak terjadi antarindividu, tetapi hanya terjadi pada orang-orang yang berada di sekitar uap tersebut.
 
 
Pada tahun 1842, Edwin Chadwick mengamati kondisi sanitasi penduduk buruh di Britania Raya. Ia menyarankan perbaikan drainase rumah untuk menghilangkan bau busuk di tempat tinggal penduduk. Ia memiliki klaim bahwa semua bau yang intens merupakan penyebab langsung dari berbagai penyakit akut. Di tempat yang berbeda, Sir Francis Head, seorang gubernur kolonial di Kanada mengulas klaim Chadwick dalam sebuah media yang berpengaruh saat itu, yaitu Quarterly Review. Gubernur tersebut sangat mendukung klaim Chadwick dan menyampaikan fakta-fakta terkait miasma yang terjadi di beberapa pemukiman di Amerika. Keyakinan Chadwick akan klaimnya menghasilkan suatu konsep yang baru, yaitu penghilangan bau dari tempat tinggal merupakan sesuatu yang lebih penting daripada memurnikan air.
 
 
Pendapat Chadwick diperkuat oleh dr. Neil Arnott dua tahun berikutnya. Dokter tersebut berpendapat bahwa penyebab utama dari sebuah penyakit adalah racun pengotor atmosfer yang terakumulasi di sekitar tempat tinggal. Racun tersebut dapat berasal dari sisa makanan dan kotoran manusia yang membusuk. Konsep telah menjadi dasar dari gerakan reformasi sanitasi pada pertengahan Abad ke-19. Sebagai contoh, Napoleon Bonaparte, seorang pengagum taman dan alun-alun kota di Perancis, menginspirasi Baron Georges-Eugène Haussmann untuk membuat jalanan baru. Hal ini membuat sinar matahari sampai ke rumah-rumah penduduk dan Paris dapat banngkit dari pandemi yang melandanya. Tak hanya itu, Haussman membuat sistem pembuangan yang lebih baik dan membuat Paris menjadi ‘Kota Cahaya’.
 
 
Kondisi yang sama terjadi di benua lainnya. Presiden James Garfield tertembak pada tahun 1881 dan dirawat di Gedung Putih. Kondisinya yang memburuk hari demi hari dinilai bukan berasal dari peluru yang masih bersarang di tubuhnya. Kondisinya yang buruk diduga terjadi karena sistem drainase gedung tersebut yang kurang baik. Dalam surat kabar New York, seorang tukang ledeng yang terkenal berpendapat bahwa terdapat masalah pada saluran pembuangan gas. Garfiled akhinya dipindahkan ke New Jersey, tetapi menghembuskan napas terakhirnya di perjalanan. Chester Arthur, pengganti Garfielld menolak untuk mendiami Gedung Putih sampai masalah pembuangan yang terajadi sebelumnya diselesaikan dengan baik.
 
 
Jensen Carr, seorang asisten profesor arsitektur, urbanisme, dan lanskap di Northeastern University berpendapat bahwa ketakutan akan miasma memicu terciptanya lingkungan yang lebih baik. Carr berpendapat bahwa pemasangan sistem limbah bawah tanah diharapkan dapat menghilangkan penumpukan sampah sebagai sumber miasma. Dalam bukunya, ''The Topography of Wellness: Health and the American Urban Landscape'', Carr menyatakan bahwa saluran air minum dan air kotor akan lebih mudah dipasang jika terdapat sebuah jalanan aspal yang panjang. Pengaspalan wilayah berbatu ini membuat  terjadinya perluasan industri dan perumahan.
 
 
Terdapat tokoh lain yang sejalan dengan Carr, yaitu, Frederick Law Olmsted, seorang arsitek lanskap yang anaknya meninggal akibat penyakit kolera. Olmsted memperjuangkan adanya ruang terbuka hijau dalam kota sebagai sumber udara segar dan penyaring udara kotor. Omsted berpendapat bahwa dedaunan dan sinar matahari dapat mendesinfeksi kota. Bersama Calvert Vaux, Olmsted membangun Central Park dan ratusan taman umum dan tempat rekreasi di Boston, Buffalo, Chicago, dan Detroit.
 
 
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dilihat bahwa keyakinan akan sebuah teori yang sederhana telah mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat kota.  Teori yang populer di pertengahan Abad ke-19 ini membuat infrastruktur kota, khususnya aspek sanitasi semakin berkembang pesat. Meskipun teori ini sudah tidak menjadi rujukan yang sahih, setidaknya teori miasma telah mengajarkan masyarakat untuk lebih peka terhadap kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal masyarakat.
 
== Perkembangan ==
Baris 33 ⟶ 51:
Dampak dari pemahaman kita terhadap Teori Kuman Penyakit ini juga yang menjadi panduan bagi kita dalam menghadapi pandemic COVID-19 sekarang. Gerakan hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak serta pengembangan vaksinasi yang dapat membantu kita melawan virus juga berkat hasil penelitian saintis terhadap Sars-CoV-2 berdasarkan keyakinan pada Teori Kuman Penyakit. <ref>{{Cite web|last=Kiechle|first=Melanie|date=April 21, 2021|title=Revisiting a 19th century medical idea could help address covid-19|url=https://www.washingtonpost.com/outlook/2021/04/21/revisiting-19th-century-medical-idea-could-help-address-covid-19/|website=The Washington Post}}</ref>
 
Teori kuman penyakit menghubungkan penyebab suatu penyakit dengan mikoorganisme tertentu yang berada di dalam tubuh manusia. Teori ini akhirnya menolak teori miasma yang mengatakan bahwa penyakit disebabkan oleh miasma semacam "udara buruk" yang keluar dari materi organik yang membusuk.<ref name=":0">{{citation|contribution=miasma theory|title=A Dictionary of Public Health|editor=John M. Last|publisher=Oxford University Press|year=2007|location=Westminster College, Pennsylvania|url=https://archive.org/details/dictionaryofpubl0000last|isbn=9780195160901|url-access=registration}}</ref>
 
Meskipun telah banyak data dan fakta yang digunakan untuk memvalidasi Teori Kuman Penyakit, namun tentunya masih ada orang-orang yang menolak teori ini. Kepercayaan yang menolak Teori Kuman Penyakit disebut sebagai ''germ theory denialism''. Kepercayaan ini mempostulasikan bahwa jaringan tubuh yang sakitlah yang menyebabkan munculnya kuman, bukan sebaliknya.<ref>{{Cite book|last=Madigan|first=Michael T.|date=2006|url=https://www.worldcat.org/oclc/57001814|title=Brock biology of microorganisms|location=Upper Saddle River, NJ|publisher=Pearson Prentice Hall|isbn=0-13-144329-1|edition=11th ed|others=John M. Martinko, Thomas D. Brock|oclc=57001814}}</ref>