Teori kuman penyakit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 35:
 
== Perkembangan ==
Sepanjang sejarah, manusia telah beberapa kali menghadapi penyakit menular. [[Wabah Yustinianus]] pada tahun 541-542 menjadi pandemi pertama yang diketahui. Kemudian diikuti oleh [[Maut Hitam]] dengan penyakit pes pada abad ke-14. Penyakit lainnya yang ditakuti adalah ''[[smallpox]]'', yang diketahui menyebabkan kematian lebih banyak daripada jumlah kematian yang disebabkan oleh perang sepanjang sejarah. Bukti keberadaan smallpox bahkan telah ditemukan pada mumi berumur 3000 tahun di mesir dan orang-orang menyebut penyakit tersebut dengan nama [[poliomielitis]]. Selanjutnya ada [[kolera]] yang menjadi perhatian pada abad ke-19 hingga saat kini, terutama di tempat-tempat seperti Bangladesh. Tidak lupa juga [[pandemi influenza]] pada 1918 yang meyebabkan naiknya tingkat mortalitas dengan membunuh 50 juta lebih nyawa.<ref>{{Cite book|last=Microbial
Kolera, pes, ''smallpox,'' anthrax, leprosy, meningitis, tuberculosis, dan berbagai penyakit menular lainnya sangat dekat dengan kehidupan manusia. Rasionalisasi terhadap penyebab penyakit-penyakit tersebutpun sudah dilakukan sepanjang sejarah manusia. Sebelum adanya penelitian mengenai mikrobiologi, orang-orang pada zaman dahulu percaya bahwa penyakit dikirim oleh para dewa sebagai hukuman atas dosa yang mereka perbuat. Menurut masyarakat Persia kuno, penyakit disebabkan oleh roh jahat dan harus dikendalikan melalui praktik pengusiran roh jahat.
Threats|first=Institute of Medicine (US) Forum on|date=2009|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK45714/|title=Infectious Disease Emergence: Past, Present, and Future|publisher=National Academies Press (US)|language=en}}</ref><ref name=":15">{{Cite journal|last=Brachman|first=Philip S|date=2003-10-01|title=Infectious diseases—past, present, and future|url=https://doi.org/10.1093/ije/dyg282|journal=International Journal of Epidemiology|volume=32|issue=5|pages=684–686|doi=10.1093/ije/dyg282|issn=0300-5771}}</ref>
 
Kolera, pes, ''smallpox,'' anthrax, leprosy, meningitis, tuberculosis, dan berbagai penyakit menular lainnya sangat dekat dengan kehidupan manusia. Rasionalisasi terhadap penyebab penyakit-penyakit tersebutpun sudah dilakukan sepanjang sejarah manusia. Sebelum adanya penelitian mengenai mikrobiologi, orang-orang pada zaman dahulu percaya bahwa penyakit dikirim oleh para dewa sebagai hukuman atas dosa yang mereka perbuat. Menurut masyarakat Persia kuno, penyakit disebabkan oleh roh jahat dan harus dikendalikan melalui praktik pengusiran roh jahat.
Baru pada abad ke-6, filsuf pra-Socrates seperti Pythagoras, Alcmaeon, dan Empedokles menyatakan bahwa lingkungan memainkan peran yang penting dalam menyebabkan timbulnya suatu penyakit. Pada abad ini juga terdapat sebuah wabah yang bernama [[Wabah Yustinianus]]. Wabah ini menginspirasi ilmuwan untuk mencari penyebabnya.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Karamanou|first=Marianna|last2=Panayiotakopoulos|first2=George|last3=Tsoucalas|first3=Gregory|last4=Kousoulis|first4=Antonis|last5=Androutsos|first5=George|date=2012-03-01|title=From miasmas to germs: A historical approach to theories of infectious disease transmission|url=https://www.researchgate.net/publication/223957556_From_miasmas_to_germs_A_historical_approach_to_theories_of_infectious_disease_transmission|journal=Le infezioni in medicina : rivista periodica di eziologia, epidemiologia, diagnostica, clinica e terapia delle patologie infettive|volume=20|pages=58–62}}</ref> Sebelum munculnya teori miasma, terdapat satu teori pendahulu yaitu Teori Hippokrates yang dibuat oleh [[Hippokrates]]. Teori ini dimuat dalam buku karyanya sendiri yang berjudul "''On Airs, Waters, and Places''". Dalam teorinya, Hippokrates menyebutkan bahwa penyakit dapat disebabkan oleh dua hal, yakni karena adanya kontak dengan jasad hidup dan karena pengaruh lingkungan internal dan eksternal seseorang. <ref name=":2">{{Cite book|last=Irwan|first=Irwan|date=1 Maret 2017|title=Epidemologi Penyakit Menular|location=Yogyakarta|publisher=CV. ABSOLUTE MEDIA|isbn=978-602-1083-64-2|pages=2|url-status=live}}</ref> Karya Hippocrates menjadi penanda mulainya kedokteran barat memahami penyakit sebagai suatu peristiwa yang alami daripada supernatural serta dokter diharapkan untuk mencari penyebab fisis dari suatu penyakit. <ref name=":14">{{Cite web|title=history of medicine {{!}} History & Facts|url=https://www.britannica.com/science/history-of-medicine|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref>
 
Baru pada abad ke-6, filsuf pra-Socrates seperti Pythagoras, Alcmaeon, dan Empedokles menyatakan bahwa lingkungan memainkan peran yang penting dalam menyebabkan timbulnya suatu penyakit. Pada abad ini juga terdapat sebuah wabah yang bernama [[Wabah Yustinianus]]. Wabah ini menginspirasi ilmuwan untuk mencari penyebabnya.<ref name=":1">{{Cite journal|last=Karamanou|first=Marianna|last2=Panayiotakopoulos|first2=George|last3=Tsoucalas|first3=Gregory|last4=Kousoulis|first4=Antonis|last5=Androutsos|first5=George|date=2012-03-01|title=From miasmas to germs: A historical approach to theories of infectious disease transmission|url=https://www.researchgate.net/publication/223957556_From_miasmas_to_germs_A_historical_approach_to_theories_of_infectious_disease_transmission|journal=Le infezioni in medicina : rivista periodica di eziologia, epidemiologia, diagnostica, clinica e terapia delle patologie infettive|volume=20|pages=58–62}}</ref> Sebelum munculnya teori miasma, terdapat satu teori pendahulu yaitu Teori Hippokrates yang dibuat oleh [[Hippokrates]]. Teori ini dimuat dalam buku karyanya sendiri yang berjudul "''On Airs, Waters, and Places''". Dalam teorinya, Hippokrates menyebutkan bahwa penyakit dapat disebabkan oleh dua hal, yakni karena adanya kontak dengan jasad hidup dan karena pengaruh lingkungan internal dan eksternal seseorang. <ref name=":2">{{Cite book|last=Irwan|first=Irwan|date=1 Maret 2017|title=Epidemologi Penyakit Menular|location=Yogyakarta|publisher=CV. ABSOLUTE MEDIA|isbn=978-602-1083-64-2|pages=2|url-status=live}}</ref> Karya Hippocrates menjadi penanda mulainya kedokteran barat memahami penyakit sebagai suatu peristiwa yang alami daripada supernatural serta dokter diharapkan untuk mencari penyebab fisis dari suatu penyakit seperti udara, air, dan tempat, juga mengenai hubungan dengan iklim, diet, dan kondisi tempat tinggal pengidap penyakit. <ref name=":14">{{Cite web|title=history of medicine {{!}} History & Facts|url=https://www.britannica.com/science/history-of-medicine|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref><ref name=":15" />
Seorang dokter dari Persia, Ibnu Sina atau yang biasa dikenal di Eropa sebagai Avicenna, mengajukan bentuk dasar dari Teori Kuman Penyakit du dalam bukunya, the Canon of Medicine (1025). Ibnu Sina percaya bahwa setiap penyakit punya penyebab dan penyebabnya dapat terlihat maupun tidak.<ref>{{Cite journal|last=Saffari|first=Mohsen|last2=Pakpour|first2=Amir H.|date=2012-12|title=Avicenna's Canon of Medicine: a look at health, public health, and environmental sanitation|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23199255|journal=Archives of Iranian Medicine|volume=15|issue=12|pages=785–789|issn=1735-3947|pmid=23199255}}</ref>
 
Seorang dokter dari Persia, [[Ibnu Sina]] atau yang biasa dikenal di Eropa sebagai Avicenna, mengajukan bentuk dasar dari Teori Kuman Penyakit du dalam bukunya, the Canon of Medicine (1025). Ibnu Sina percaya bahwa setiap penyakit punya penyebab dan penyebabnya dapat terlihat maupun tidak.<ref>{{Cite journal|last=Saffari|first=Mohsen|last2=Pakpour|first2=Amir H.|date=2012-12|title=Avicenna's Canon of Medicine: a look at health, public health, and environmental sanitation|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/23199255|journal=Archives of Iranian Medicine|volume=15|issue=12|pages=785–789|issn=1735-3947|pmid=23199255}}</ref>
Pada awal abad ke-16, Girolamo Fracastoro, seorang penyair, dokter, dan matematikawan, mencoba menganalisis konsep penularan dan infeksi. Di tahun 1546, ia menerbitkan tulisannya yang berjudul ''Contagious Diseases and Their Cure''. Perkembangan pesat dari Teori Kuman Penyakit tentunya tidak telepas dari perkembangan teknologi mikroskop. Mikroskop dengan memanfaatkan pembiasan cahaya yang melewati lensa, dapat membuat bayangan benda-benda kecil menjadi berkali-kali lipat ukuran aslinya. Oleh karena itu, objek-objek kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang seperti keberadaan bakteri akhirnya akhirnya dapat diobservasi pertama kali oleh Anton van Leeuwenhoek pada 1676.<ref>{{Cite web|title=The discovery of bacteria {{!}} American Association for the Advancement of Science|url=https://www.aaas.org/discovery-bacteria|website=www.aaas.org|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref>
 
Pada awal abad ke-16, Girolamo Fracastoro, seorang penyair, dokter, dan matematikawan, mencoba menganalisis konsep penularan dan infeksi. Di tahun 1546, ia menerbitkan tulisannya yang berjudul ''Contagious Diseases and Their Cure''. Beberapa ilmuwan seperti Edward Jenner, Ignaz Semmelweis, dan Robert Koch melakukan riset lebih lanjut terkait teori ini.<ref name=":3">{{Cite book|last=Gaynes|first=Robert P.|date=2011-01-01|url=http://www.asmscience.org/content/book/10.1128/9781555817220|title=Germ Theory: Medical Pioneers in Infectious Diseases|publisher=American Society of Microbiology|isbn=978-1-55581-529-5|language=en|doi=10.1128/9781555817220}}</ref> Pada abad ke-18 teori kuman penyakit pada awalnya hanyalah campuran teori dari pemikiran medis beberapa ahli. Pada abad ini teori kuman penyakit kembali mengalami kemajuan karena timbulnya penyakit cacar. Pada saat itu beberapa ilmuwan seperti Edward Jenner melakukan serangkaian metode ilmiah seperti membuat hipotesis, menguji, dan membuktikan teori vaksinasi. Pada akhirnya, di abad-19 teori kuman penyakit ini berkembang dan dikenal oleh masyarakat.<ref name=":3" />
 
Pada awal abad ke-16, Girolamo Fracastoro, seorang penyair, dokter, dan matematikawan, mencoba menganalisis konsep penularan dan infeksi. Di tahun 1546, ia menerbitkan tulisannya yang berjudul ''Contagious Diseases and Their Cure''. Perkembangan pesat dari Teori Kuman Penyakit tentunya tidak telepas dari perkembangan teknologi mikroskop. [[Mikroskop]] dengan memanfaatkan pembiasan cahaya yang melewati lensa, dapat membuat bayangan benda-benda kecil menjadi berkali-kali lipat ukuran aslinya. Oleh karena itu, objek-objek kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang seperti keberadaan bakteri akhirnya akhirnya dapat diobservasi pertama kali oleh [[Antony van Leeuwenhoek|Anton van Leeuwenhoek]] pada 1676.<ref>{{Cite web|title=The discovery of bacteria {{!}} American Association for the Advancement of Science|url=https://www.aaas.org/discovery-bacteria|website=www.aaas.org|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Pada akhirnya, di abad-19 teori kuman penyakit ini berkembang dan dikenal oleh masyarakat.<ref name=":3" />
Louis Pasteur menjadi salah satu tokoh utama yang memperkenalkan bakteriologi, ilmu yang mempelajari tentang bakteri. Berkat hasil kerjanya, ia berhasil mengaplikasikan inokulasi (vaksinasi) pada domba dan sapi untuk mencegah anthrax, kolera pada unggas, dan juga rabies pada manusia dan anjing. Selanjutnya Robert Koch yang juga menjadi salah satu pionir bakteriologi, berhasil menunjukkan bahwa bakteri dapat dibudidayakan, diisolaso, dan diujikan di laboratorium. Ia kemudian pada tahun 1882 menemukan tuberculosis serta kolera pada 1883.<ref name=":14" />
 
[[Louis Pasteur]] menjadi salah satu tokoh utama yang berjasa untuk memperkenalkan [[bakteriologi]], ilmu yang mempelajari tentang bakteri. Berkat hasil kerjanya, ia berhasil mengaplikasikan [[inokulasi]] (vaksinasi) pada domba dan sapi untuk mencegah anthrax[[antraks]], [[Kolera unggas|kolera pada unggas]], dan juga [[rabies]] pada manusia dan anjing. Selanjutnya [[Robert Koch]] yang juga menjadi salah satu pionir bakteriologi, berhasil menunjukkan bahwa bakteri dapat dibudidayakan, diisolasodiisolasi, dan diujikan di laboratorium. Ia kemudian pada tahun 1882 menemukan tuberculosisorganisme penyebab [[tuberkulosis]] serta organisme penyebab kolera pada 1883.<ref name=":14" />
 
Abad ke-19 ini menjadi era kejayaan bagi teori kuman penyakit. Hal ini dikarenakan, teori ini telah dikenal oleh masyarakat luas, sehingga sejak saat itu masyarakat percaya bahwa beberapa penyakit yang menyerang manusia selama beradab-abad tenyata disebabkan oleh invasi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia. Teori kuman penyakit ini memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan epidemologi penyakit infeksi. Hal ini dikarenakan teori kuman penyakit ini telah memberikan pencerahan bagi para ilmuwan untuk mengidentifikai berbagai penyakit baru yang menyerang manusia. Berkat teori ini juga, banyak penyakit yang akhirnya dapat dicegah dan juga disembuhkan. Teori kuman penyakit ini mengarahkan para ilmuwan untuk menghasilkan obat-obatan antibiotik dan antimikrobaseperti vaksin, steriliasi, preurisasi, dan program sanitasi publik. Teori ini terus berkembang hingga ke level molekul pada abad ke-20. <ref name=":2" />
 
Dampak dari pemahaman kita terhadap Teori Kuman Penyakit ini juga yang menjadi panduan bagi kita dalam menghadapi pandemic COVID-19 sekarang. Gerakan hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak serta pengembangan vaksinasi yang dapat membantu kita melawan virus juga berkat hasil penelitian saintis terhadap Sars-CoV-2 berdasarkan keyakinan pada Teori Kuman Penyakit. <ref>{{Cite web|last=Kiechle|first=Melanie|date=April 21, 2021|title=Revisiting a 19th century medical idea could help address covid-19|url=https://www.washingtonpost.com/outlook/2021/04/21/revisiting-19th-century-medical-idea-could-help-address-covid-19/|website=The Washington Post}}</ref>
 
Teori kuman penyakit menghubungkan penyebab suatu penyakit dengan mikoorganisme tertentu yang berada di dalam tubuh manusia. Teori ini akhirnya menolak teori miasma yang mengatakan bahwa penyakit disebabkan oleh miasma semacam "udara buruk" yang keluar dari materi organik yang membusuk.<ref name=":0">{{citation|contribution=miasma theory|title=A Dictionary of Public Health|editor=John M. Last|publisher=Oxford University Press|year=2007|location=Westminster College, Pennsylvania|url=https://archive.org/details/dictionaryofpubl0000last|isbn=9780195160901|url-access=registration}}</ref>
 
Dampak dari pemahaman kita terhadap Teori Kuman Penyakit ini juga yang menjadi panduan bagi kita dalam menghadapi pandemic[[pandemi COVIDCovid-19]] sekarang. Gerakan hidup bersih dan sehat seperti mencuci tangan, memakai masker, dan menjaga jarak serta pengembangan vaksinasi yang dapat membantu kita melawan virus juga berkat hasil penelitian saintis terhadap Sars[[SARS-CoV-2]] berdasarkan keyakinan pada Teori Kuman Penyakit. Dengan memahami bahwa virus ini tersebar lewat udara, sebagaimana miasma, maka langkah pencegahan lainnya adalah dengan memakai masker dan menjaga jarak. <ref>{{Cite web|last=Kiechle|first=Melanie|date=April 21, 2021CDC|title=RevisitingStop athe 19thSpread centuryof medical idea could help address covid-19Germs|url=https://www.washingtonpostcdc.comgov/outlookcoronavirus/20212019-ncov/04downloads/21/revisitingstop-19ththe-centuryspread-medicalof-idea-could-help-address-covid-19/|website=The Washington Postgerms.pdf}}</ref>
Meskipun telah banyak data dan fakta yang digunakan untuk memvalidasi Teori Kuman Penyakit, namun tentunya masih ada orang-orang yang menolak teori ini. Kepercayaan yang menolak Teori Kuman Penyakit disebut sebagai ''germ theory denialism''. Kepercayaan ini mempostulasikan bahwa jaringan tubuh yang sakitlah yang menyebabkan munculnya kuman, bukan sebaliknya.<ref>{{Cite book|last=Madigan|first=Michael T.|date=2006|url=https://www.worldcat.org/oclc/57001814|title=Brock biology of microorganisms|location=Upper Saddle River, NJ|publisher=Pearson Prentice Hall|isbn=0-13-144329-1|edition=11th ed|others=John M. Martinko, Thomas D. Brock|oclc=57001814}}</ref>
 
Meskipun telah banyak data dan fakta yang digunakan untuk memvalidasi Teori Kuman Penyakit, namun tentunya masih ada orang-orang yang menolak teori ini. Kepercayaan yang menolak Teori Kuman Penyakit disebut sebagai ''[[:en:Germ_theory_denialism|germ theory denialism]]''.  Kepercayaan ini berawal dari [[:en:Antoine_Béchamp|Antoine Béchamp]], seorang biokimiawan asal Prancis yang menghasilkan berbagai hasil penelitian pada pertengahan tahun 1800-an. Béchamp mempostulasikan bahwa mikroorganisme bukan merupakan penyebab dari penyakin, namun sebaliknya, jaringan tubuh yang sakitlah yang menyebabkan munculnya mikroorganisme. Sehingga, kesehatan dari suatu organisme, atau disebut “terrain”-lah yang merupakan penentu utama sakit atau tidaknya organisme tersebut, bukannya keberadaan mikroorganisme. Ide ini disebut sebagai Teori Pleomorfik Penyakit yang saat ini hanya digunakan oleh anti-vaxxer dan kedokteran alternatif yang mempercayai bahwa makanan adalah obat. <ref>{{Cite news|last=Pontin|first=Jason|title=The 19th-Century Crank Who Tried to Tell Us About the Microbiome|url=https://www.wired.com/story/the-19th-century-crank-who-tried-to-tell-us-about-the-microbiome/|newspaper=Wired|language=en-US|issn=1059-1028|access-date=2021-10-20}}</ref>
 
=== Israel Kuno ===