Teori kuman penyakit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Azeleaardra (bicara | kontrib)
India Kuno: merapikan artikel besar-besaran, banyak tata bahasa dan wikifisasi yang dilakukan
Baris 12:
Selanjutnya, para tokoh seperti Agostino Bassi, Ignaz Semmelweis, Gideon Mantell, John Snow juga mengemukakan berbagai pengamatan mereka yang memengaruhi perkembangan teori kuman penyakit. Pada awal abad ke-19, [[Vaksin cacar|vaksinasi cacar]] sudah banyak dilakukan di Eropa, tetapi para dokter tidak paham cara kerja vaksin tersebut atau cara memindahkan prinsip vaksin ke penyakit lain. Pengobatan yang mirip juga banyak digunakan di India sebelum tahun 1000. Di akhir tahun 1850-an, [[Louis Pasteur]] akhirnya mampu mendalami lebih lanjut. Penelitiannya diperdalam oleh [[Robert Koch]] pada tahun 1880-an. Di akhir dekade tersebut, teori miasma sudah tidak banyak digunakan akibat kalah saing dengan teori kuman penyakit. Kemudian, pada tahun 1890-an, virus ditemukan. Mulailah sebuah "abad keemasan" ilmu [[bakteriologi]] dan dengan teori kuman penyakit, para ilmuwan segera mencari dan mengidentifikasi organisme lain yang menyebabkan penyakit.
 
== Teori Miasmamiasma ==
[[Berkas:Cholera_art.jpg|jmpl|Penggambaran wabah kolera oleh [[Robert Seymour (ilustrator)|Robert Seymour]] yang menggambarkan penyebaran penyakit melalui udara beracun.]]
Teori miasma merupakan sebuah teori kedokteran kuno yang menyatakan bahwa beberapa penyakit disebabkan oleh ''miasma''  (μίασμα atau polusi), udara buruk (atau biasa disebut ''night air)'' yang dinilai berbahaya. Udara buruk tersebut diduga berasal dari materi organik yang membusuk.<ref>{{cite book |last1=John |first1=M. |title=A Dictionary of Public Health |date=2007 |publisher=Oxford University Press |isbn=978-0-19-516090-1}}</ref> Teori ini sebetulnya sudah banyak disampaikan oleh Hippocrates pada Abad ke-4 SM.<ref>{{cite book |last1=van der Eijk |first1=P. J. |title=Hippocrates in Context: Papers Read at the XIth International Hippocrates Colloquium |date=2005 |isbn=9789004377271 |page=17}}</ref> Hippocrates berpendapat bahwa miasma terdapat di dalam udara dan ditransmisikan melalui pernapasan, bukan dengan sentuhan. Akan tetapi, teori ini baru populer dan banyak diyakini orang ketika wabah kolera melanda Britania Raya pada Abad ke-19. Meskipun teori miasma saat ini sudah tergantikan oleh teori yang lebih sahih, teori ini telah memberikan banyak perubahan dalam bidang infrastruktur kota sejak beberapa abad yang lalu.
 
 
Pada tahun 1842, Edwin Chadwick mengamati kondisi sanitasi penduduk buruh di Britania Raya. Ia menyarankan perbaikan drainase rumah untuk menghilangkan bau busuk di tempat tinggal penduduk. Ia memiliki klaim bahwa semua bau yang intens merupakan penyebab langsung dari berbagai penyakit akut. Di tempat yang berbeda, Sir Francis Head, seorang gubernur kolonial di Kanada mengulas klaim Chadwick dalam sebuah media yang berpengaruh saat itu, yaitu Quarterly Review. Gubernur tersebut sangat mendukung klaim Chadwick dan menyampaikan fakta-fakta terkait miasma yang terjadi di beberapa pemukiman di Amerika. Keyakinan Chadwick akan klaimnya menghasilkan suatu konsep yang baru, yaitu penghilangan bau dari tempat tinggal merupakan sesuatu yang lebih penting daripada memurnikan air.<ref>{{cite journal |last1=Halliday |first1=Stephen |title=Death and Miasma in Victorian London: An Obstinate Belief |journal=British Medical Journal |date=2001 |volume=323 |issue=7327 |page=1469 |pages=1471 |doi=10.1136/bmj.323.7327.1469 |pmid=11751359 |access-date=18 Oktober 2021}}</ref>
 
 
Pendapat Chadwick diperkuat oleh dr. Neil Arnott dua tahun berikutnya. Dokter tersebut berpendapat bahwa penyebab utama dari sebuah penyakit adalah racun pengotor atmosfer yang terakumulasi di sekitar tempat tinggal. Racun tersebut dapat berasal dari sisa makanan dan kotoran manusia yang membusuk. Konsep telah menjadi dasar dari gerakan reformasi sanitasi pada pertengahan Abad ke-19. Sebagai contoh, Napoleon Bonaparte, seorang pengagum taman dan alun-alun kota di Perancis, menginspirasi Baron Georges-Eugène Haussmann untuk membuat jalanan baru. Hal ini membuat sinar matahari sampai ke rumah-rumah penduduk dan Paris dapat banngkit dari pandemi yang melandanya. Tak hanya itu, Haussman membuat sistem pembuangan yang lebih baik dan membuat Paris menjadi ‘Kota Cahaya’.
 
 
Kondisi yang sama terjadi di benua lainnya. Presiden James Garfield tertembak pada tahun 1881 dan dirawat di Gedung Putih.<ref>{{cite journal |last1=Worthon |first1=James |title='The insidious foe'—sewer gas |journal=West. J. Med |date=2001 |volume=175 |issue=6 |page=427 |pages=428 |doi=10.1136/ewjm.175.6.427 |pmid=11733443 |access-date=18 Oktober 2021}}</ref> Kondisinya yang memburuk hari demi hari dinilai bukan berasal dari peluru yang masih bersarang di tubuhnya. Kondisinya yang buruk diduga terjadi karena sistem drainase gedung tersebut yang kurang baik. Dalam surat kabar New York, seorang tukang ledeng yang terkenal berpendapat bahwa terdapat masalah pada saluran pembuangan gas. Garfiled akhinya dipindahkan ke New Jersey, tetapi menghembuskan napas terakhirnya di perjalanan. Chester Arthur, pengganti Garfielld menolak untuk mendiami Gedung Putih sampai masalah pembuangan yang terajadi sebelumnya diselesaikan dengan baik.
 
Jensen Carr, seorang asisten profesor arsitektur, urbanisme, dan lanskap di Northeastern University berpendapat bahwa ketakutan akan miasma memicu terciptanya lingkungan yang lebih baik.<ref>{{cite web |last1=Widyaningrum |first1=Gita Laras |title=Saat Wabah Kolera Picu Pemerintah untuk Membangun Ruang Terbuka Hijau |url=https://nationalgeographic.grid.id/read/132167476/saat-wabah-kolera-picu-pemerintah-untuk-membangun-ruang-terbuka-hijau?page=al |website=National Gepgraphic Indonesia |access-date=20 Oktober 2021}}</ref> Carr berpendapat bahwa pemasangan sistem limbah bawah tanah diharapkan dapat menghilangkan penumpukan sampah sebagai sumber miasma. Dalam bukunya, ''The Topography of Wellness: Health and the American Urban Landscape'', Carr menyatakan bahwa saluran air minum dan air kotor akan lebih mudah dipasang jika terdapat sebuah jalanan aspal yang panjang. Pengaspalan wilayah berbatu ini membuat  terjadinya perluasan industri dan perumahan. Terdapat tokoh lain yang sejalan dengan Carr, yaitu, Frederick Law Olmsted, seorang arsitek lanskap yang anaknya meninggal akibat penyakit kolera. Olmsted memperjuangkan adanya ruang terbuka hijau dalam kota sebagai sumber udara segar dan penyaring udara kotor. Omsted berpendapat bahwa dedaunan dan sinar matahari dapat mendesinfeksi kota. Bersama Calvert Vaux, Olmsted membangun Central Park dan ratusan taman umum dan tempat rekreasi di Boston, Buffalo, Chicago, dan Detroit.
 
Jensen Carr, seorang asisten profesor arsitektur, urbanisme, dan lanskap di Northeastern University berpendapat bahwa ketakutan akan miasma memicu terciptanya lingkungan yang lebih baik.<ref>{{cite web |last1=Widyaningrum |first1=Gita Laras |title=Saat Wabah Kolera Picu Pemerintah untuk Membangun Ruang Terbuka Hijau |url=https://nationalgeographic.grid.id/read/132167476/saat-wabah-kolera-picu-pemerintah-untuk-membangun-ruang-terbuka-hijau?page=al |website=National Gepgraphic Indonesia |access-date=20 Oktober 2021}}</ref> Carr berpendapat bahwa pemasangan sistem limbah bawah tanah diharapkan dapat menghilangkan penumpukan sampah sebagai sumber miasma. Dalam bukunya, ''The Topography of Wellness: Health and the American Urban Landscape'', Carr menyatakan bahwa saluran air minum dan air kotor akan lebih mudah dipasang jika terdapat sebuah jalanan aspal yang panjang. Pengaspalan wilayah berbatu ini membuat  terjadinya perluasan industri dan perumahan.
 
 
Terdapat tokoh lain yang sejalan dengan Carr, yaitu, Frederick Law Olmsted, seorang arsitek lanskap yang anaknya meninggal akibat penyakit kolera. Olmsted memperjuangkan adanya ruang terbuka hijau dalam kota sebagai sumber udara segar dan penyaring udara kotor. Omsted berpendapat bahwa dedaunan dan sinar matahari dapat mendesinfeksi kota. Bersama Calvert Vaux, Olmsted membangun Central Park dan ratusan taman umum dan tempat rekreasi di Boston, Buffalo, Chicago, dan Detroit.
 
 
Berdasarkan uraian sebelumnya, dapat dilihat bahwa keyakinan akan sebuah teori yang sederhana telah mengubah banyak hal dalam kehidupan masyarakat kota. Teori yang populer di pertengahan Abad ke-19 ini membuat infrastruktur kota, khususnya aspek sanitasi semakin berkembang pesat. Meskipun teori ini sudah tidak menjadi rujukan yang sahih, setidaknya teori miasma telah mengajarkan masyarakat untuk lebih peka terhadap kebersihan diri dan lingkungan tempat tinggal masyarakat.
 
== Perkembangan ==
Sepanjang sejarah, manusia telah beberapa kali menghadapi penyakit menular. [[Wabah Yustinianus]] pada tahun 541-542 menjadi pandemi pertama yang diketahui. Kemudian diikuti oleh [[Maut Hitam]] dengan penyakit pes pada abad ke-14. Penyakit lainnya yang ditakuti adalah ''[[smallpox]]'', yang diketahui menyebabkan kematian lebih banyak daripada jumlah kematian yang disebabkan oleh perang sepanjang sejarah. Bukti keberadaan smallpox bahkan telah ditemukan pada mumi berumur 3000 tahun di mesir dan orang-orang menyebut penyakit tersebut dengan nama [[poliomielitis]]. Selanjutnya ada [[kolera]] yang menjadi perhatian pada abad ke-19 hingga saat kini, terutama di tempat-tempat seperti Bangladesh. Tidak lupa juga [[pandemi influenza]] pada 1918 yang meyebabkan naiknya tingkat mortalitas dengan membunuh 50 juta lebih nyawa.<ref>{{Cite book|last=Microbial
Baris 66 ⟶ 55:
 
=== Yunani dan Roma ===
Di periode klasik, seorang sejarawan Yunani, [[Thukidides]] (sekitar 460 – 400 SM) adalah orang pertama yang menyatakan bahwa penyakit dapat menular dari orang yang berpenyakit ke orang lain.<ref name=":5">Thucydides with Richard Crawley, trans., ''History of the Peloponnesian War'' (London, England: J.M. Dent & Sons, Ltd., 1910), Book III, § 51, [https://archive.org/stream/pelocrawleyr00thucuoft#page/130/mode/2up pp. 131–32.] From pp. 131–32: " … there was the awful spectacle of men dying like sheep, through having caught the infection in nursing each other. This caused the greatest mortality. On the one hand, if they were afraid to visit each other, they perished from neglect; indeed many houses were emptied of their inmates for want of a nurse: on the other, if they ventured to do so, death was the consequence."</ref><ref>Singer, Charles and Dorothea (1917) "The scientific position of Girolamo Fracastoro [1478?–1553] with especial reference to the source, character and influence of his theory of infection," ''Annals of Medical History'', '''1''' : 1–34; [https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=mdp.39015016778261;view=1up;seq=28 see p. 14.]</ref> Hal ini ia tulis dalam catatannya mengenai [[wabah AtenaAthena]]. Teori lain yang menyatakan bahwa penyakit tidak menular melalui kontak langsung adalah teori yang menyatakan bahwa penyakit disebar melalui "benih" (''semina'' dalam bahasa Latin) berbentuk [[spora]] yang ada dan dapat menyebar melalui udara. Penyair Romawi, [[Lucretius]] (sekitar 99 – 55 SM), dalam puisinya yang berjudul ''[[De rerum natura]]'' menulis bahwa dunia ini mengandung berbagai "benih" yang dapat membuat orang sakit apabila dihirup atau ditelan.<ref>Nutton, Vivian (1983) "The seeds of disease: an explanation of contagion and infection from the Greeks to the Renaissance," ''Medical History'', '''27''' (1) : 1–34; see p. 10. Available at: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1139262/?page=23 U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health]</ref><ref>Lucretius with Rev. John S. Watson, trans., ''On the Nature of Things'' (London, England: Henry G. Bohn, 1851), Book VI, lines 1093–1130, pp. 291–92; [https://archive.org/stream/onnaturethingsd00carugoog#page/n320/mode/2up see especially p. 292.] From p. 292: "This new malady and pest, therefore, either suddenly falls into the water, or penetrates into the very corn, or into other food of men and cattle. Or even, as may be the case, the infection remains suspended in the air itself; and when, as we breathe, we inhale the air mingled with it, we must necessarily absorb those ''seeds of disease'' into our body."</ref> Negarawan Romawi, [[Marcus Terentius Varro]] (116–27 SM) dalam bukunya ''Rerum rusticarum libri III'' (Tiga Buku Mengenai Agrikultur) yang dipublikasikan tahun 36 SM menulis bahwa: "Harus lebih berhati-hati di daerah rawa [...] karena di daerah tersebut ada makhluk-makhluk kecil yang tidak kasatmata, yang mengambang di udara dan dapat memasuki tubuh melalui mulut dan hidung. Makhluk tersebut kemudian menyebabkan penyakit serius."<ref>Varro, Marcus Terentius with Lloyd Storr-Best, trans., ''Varro on Farming'' (London, England: G. Bell and Sons, Ltd., 1912), Book 1, Ch. XII, [https://archive.org/stream/onfarmingmterent00varruoft#page/38/mode/2up/search/diseases p. 39.]</ref> Tabib Yunani Galenus (129 M – sekitar 200 atau 216) berspekulasi dalam bukunya, ''Tentang Penyebab Awal'' (sekitar 175 M) bahwa beberapa pasien mungkin memiliki "benih demam".<ref>Nutton (1983), p. 4</ref> Dalam bukunya yang lain berjudul ''Tentang Berbagai Jenis Demam'' (sekitar 175 M), Galenus berspekulasi bahwa wabah disebabkan oleh "sejenis benih wabah" yang ada di udara.<ref>Nutton (1983), p. 6</ref> Dalam bukunya yang berjudul ''Epidemi'' (sekitar 176–178 M), Galenus berpendapat bahwa pasiennya mungkin dapat kembali mengalami demam setelah sembuh akibat "benih penyakit" yang masih bersembunyi di dalam tubuh mereka. Benih ini dapat kembali menyebabkan demam apabila pasien tersebut tidak mengikuti proses terapi pengobatan yang diperintahkan seorang dokter.<ref>Nutton (1983), p. 7</ref>
 
Sebelum para ilmuwan Yunani dan Roma melakukan penelitian tentang penyakit, orang Yunani zaman dahulu percaya kalaubahwa penyakit merupakan kehendak dari Dewa yang ditandai dengan munculnya fenomena alam tertentu setiap kali wabah penyakit terjadi. Contohnya hujan deras terus-menerus dan angin yang bertiup kencang. Setelah penelitian tentang penyakit dan wabah mulai dilakukan, ilmuwan atau peneliti saat itu mulai memberikan pendapatnya masing-masing. Ada yang menganggap kalaubahwa mayat yang tidak dikubur dan saluran air yang rusak tidak baik bagi kesehatan, ada juga yang mengatakan bahwa semua jenis wabah merupakan dampak dari perang atau fenomena alam yang umum.<ref name=":6">{{Cite journal|date=1917|title=Annals of medical history.|url=https://catalog.hathitrust.org/Record/000678723|pages=24 v.|issn=0743-3131}}</ref>
 
Pada abad ke-5 SM, [[Thukidides|Thucydides]] ([[460 SM]] – [[395 SM]]), yang merupakan sejarawan Yunani, mengatakan bahwa seseorang yang sering berinteraksi dengan orang yang sakit akan berpotensi tertular penyakit tersebut. Dengan kata lain, suatu penyakit yang diderita seseorang orang bisa menular jika terjadi interaksi atau kontak dengan orang lain. Beliau menuliskan pandangannya dalam catatannya tentang [[wabah Athena]] dan beliau adalah orang pertama yang menuliskan pandangan itu.<ref name=":5" /> <ref name=":6" />
 
[[Hippokrates]] ([[460 SM]] - [[370 SM]]) mengungkapkan bahwa kondisi udara atau atmosfer merupakan penyebab penyakit. Beliau melakukan pengamatan terhadap pengaruh iklim pada kesehatan dan meneliti tentang faktor-faktor iklim yang permanen dan sementara.<ref name=":6" />
 
Terdapat juga teori lain, yaitu teori dari [[Lucretius]] atau nama lengkapnya adalah (Titus Lucretius Carus), ia adalah seorang filsuf Latin yang lahir sekitar tahun 99 sampai BCSM di Romawi. Ia menciptakan puisi yang berjudul ''[[De rerum natura|De rerum Natura]]'' menyampaikan 4 argumen utama yang dibagi dalam 6 buku. Buku I dan II membahas tentang prinsip alam semesta, buku III mendemonstrasikan terkait struktur atom, buku IV menjelaskan mekanisme persepsi dari indera dan pikiran. Buku V menggambarkan penciptaan dunia dan cara kerja benda-benda langit, dan yang terakhir Buku VI menjelaskan fenomena yang ada di langit.<ref>{{Cite web|title=On the Nature of Things {{!}} work by Lucretius|url=https://www.britannica.com/topic/On-the-Nature-of-Things-by-Lucretius|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Dalam bukunyadalamnya ia juga menulismenyampaikan bahwa dunia ini mengandung berbagai "benih" yang dapat memberikan manfaat dan penyakit. Benih yang bermanfaat dapat memberikan kita makanan untuk keberlangsungan kehidupan, sedangkan yang buruk akan membuat orang sakit apabila dihirup atau ditelan.<ref>{{Cite journal|last=Nutton|first=V|date=1983-01|title=The seeds of disease: an explanation of contagion and infection from the Greeks to the Renaissance.|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1139262/|journal=Medical History|volume=27|issue=1|pages=1–34|doi=10.1017/s0025727300042241|issn=0025-7273|pmc=1139262|pmid=6339840}}</ref> Salah satu contoh penyakitnya adalah “''Leprosy''” atau disebut juga dengan [[Penyakit Hansen|Kustakusta]].<ref>{{Cite web|title=Leprosy (Hansen's disease)|url=https://www.who.int/westernpacific/health-topics/leprosy|website=www.who.int|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Penyakit ini disebabkan oleh bakteri ''[[Mycobacterium leprae]]''. Penyakit ini dahulu muncul di Sungai Nil, mesirMesir. Gejala dari penyakit ini antara lain adalah kepala terasa panas, mata memerah, dan saluran suara yang tersumbat, dan lain-lain. Penyakit ''Leprosy''kusta ditularkan melalui tetesan dari hidung dan mulut.<ref>{{Cite book|last=Titus Lucretius Carus|date=1851|url=http://archive.org/details/onnaturethingsd00carugoog|title=On the Nature of Things: De Rerum Natura|publisher=H.G. Bohn|others=Harvard University|language=English}}</ref>
 
[[MarcusPada TerentiusBab Varro]],ke-12 seorang Negarawan Romawi. Bukunyabukunya yang berjudul ''Rerum rusticarum libri III'', yaitu buku mengenai agrikultur, yang dipublikasikan tahun (36 SM.), Padaseorang ''Chapternegarawan XII : The Site of The Farm House''Romawi, [[Marcus Terentius Varro]], menuliskan tentang cara penempatan rumah petani agar proses dalam pertanian dapat berjalan dengan baik. Di dalam bukunya iaIa menuliskan bahwa rumah petani yang baik adalah rumah yang memiliki sumber air sendiri atau dibangun di dekat sumber mata air,. airAir ini nantinya akan digunakan untuk keperluan pribadi dan hewan ternak. Adapun yang berhubungan dengan kuman dan penyakit, yaitu dalamKetika membangun rumah di tanah berawa, andaMarcus menyebut bahwa seseorang harus memperhatikan hewan-hewan kecil. Hewan kecil tersebut tidak kasatmata dan dapat menyebabkan penyakit yang sulit untuk disembuhkan jika terhirup melalui mulut dan hidung.<ref>{{Cite book|last=Varro|first=Marcus Terentius|last2=Storr-Best|first2=Lloyd|date=1912|url=http://archive.org/details/onfarmingmterent00varruoft|title=On farming : M. Terenti Varronis Rerum rusticarum libri tres|publisher=London G. Bell|others=Robarts - University of Toronto}}</ref> HalRatusan initahun jugakemudian, pernahseorang ditelitiilmuwan olehBelanda ilmuwanyang menemukan Belandamikroskop, yaitu [[Antony van Leeuwenhoek|Antonio Van Leeuwenhoek]], dalam penelitiannya ia menemukan mikroorganisme dalam sekresi manusia, ia melihat hal ini melalui mikroskop buatannya. Salah satu cara jika terkena penyakit ini adalah dengan melakukan isolasi, hal ini akan mencegah penularan penyakit yang lebih luas.<ref>{{Cite book|last=Elisabetg|first=Presterl|date=2019|url=http://iaibojonegoro.com/wp-content/uploads/2019/06/Elisabeth-Presterl-Magda-Diab-El-Schahawi-Jacqui-S.-Reilly-Basic-Microbiology-and-Infection-Control-for-Midwives-Springer-International-Publishing-2019.pdf|title=Basic Microbiology and Infection Control for Midwives|location=Cham, Switzerland|publisher=Springer Nature Switzerland AG 2019|pages=xi - xii|url-status=live}}</ref>
 
[[Galenus|Galen/Galenus]] (129 M - 199 M) mengatakan bahwa terdapat tiga penyebab penyakit bisa terjadi. Tiga penyebab itu antara lain:
 
# '''Penyebab bawaan.''' Penyebab bawaan merupakan kerentanan tubuh terhadap penyakit. Contohnya seperti ada seseorang yang mudah terkena flu dan ada seseorang yang tidak mudah terkena flu meskipun tinggal di lingkungan yang sama.
# '''Penyebab awal.''' Penyebab awal adalah suatu penyebab penyakit yang berasal dari luar tubuh seperti cuaca dingin, panas, atau benturan yang membahayakan tubuh.
# '''Penyebab kohesif.''' Penyebab kohesif adalah penyebab gabungan dari dua penyebab yang sudah disebutkan di atas, baik penyebab-penyebab tersebut saling bekerja sama maupun bekerja sendiri-sendiri.<ref name=":7">{{Cite journal|last=Nutton|first=Vivian|date=1983-01|title=The seeds of disease: An explanation of contagion and infection from the Greeks to the Renaissance|url=https://www.cambridge.org/core/journals/medical-history/article/seeds-of-disease-an-explanation-of-contagion-and-infection-from-the-greeks-to-the-renaissance/50E6CF1F702718F0476BE9781088A673|journal=Medical History|language=en|volume=27|issue=1|pages=1–34|doi=10.1017/S0025727300042241|issn=2048-8343}}</ref>
 
Galen berspekulasi bahwa penyebab seseorang bisa menderita penyakit demam adalah karena seseorang memiliki bibit atau benih demam di dalam tubuhnya. Atau dengan kata lain, bibit demam merupakan penyebab bawaan seseorang yang rentan terhadap demam. Beliau juga memiliki spekulasi lain bibit penyakit bisa saja berasal dari luar tubuh, seperti udara. Namun, bibit tersebut dapat teraktivasi atau dapat menyebabkan penyakit pada seseorang hanya jika masuk ke dalam tubuh. Menurut Galen, setelah seseorang sembuh dari demam sebaiknya tetap mengikuti proses atau prosedur pengobatan yang dianjurkan oleh dokter. Karena jika tidak, maka masih terdapat kemungkinan bahwa demam akan kambuh karena benih penyakit demam tersebut masih bersembunyi di dalam tubuh pasien.<ref name=":7" />
 
Wabah Pes pertama atau yang disebut juga dengan “''([[The justiniancWabah Plague’sYustinianus]]''” adalah wabah yang) terjadi di Romandaerah Romawi pada tahun 542 - 544. Wabah ini disebabkan oleh bakteri ''[[Yersinia pestis|Yersinia Pestis]]'' yang berasal dari sisa era neolitik akhir 5000 sampai 6000 tahun lalu.<ref>{{Cite journal|last=Rascovan|first=Nicolás|last2=Sjögren|first2=Karl-Göran|last3=Kristiansen|first3=Kristian|last4=Nielsen|first4=Rasmus|last5=Willerslev|first5=Eske|last6=Desnues|first6=Christelle|last7=Rasmussen|first7=Simon|date=2019-01-10|title=Emergence and Spread of Basal Lineages of Yersinia pestis during the Neolithic Decline|url=https://www.cell.com/cell/abstract/S0092-8674(18)31464-8|journal=Cell|language=English|volume=176|issue=1|pages=295–305.e10|doi=10.1016/j.cell.2018.11.005|issn=0092-8674|pmid=30528431}}</ref> Bakteri ini dapat menular melalui kutu tikus (''[[Xenopsylla cheopis]])''. Wabah ini tersebar pertama kali di kota-kota Mediterania tenggara dan Eropa, dan menyebar cepat ke negara [[Konstantinopel]] (ibukota kekaisaran Romawi). Setelah itu wabah ini terus menyebar ke negara-negara mediterania selama 250 tahun, dan wabah ini menghilang pada tahun 750.<ref>{{Cite journal|last=Sarris|first=Peter|date=2002-08|title=The Justinianic plague: origins and effects|url=https://www.cambridge.org/core/journals/continuity-and-change/article/abs/justinianic-plague-origins-and-effects/F48D7B45421836E3F25613CF68EE6F30|journal=Continuity and Change|language=en|volume=17|issue=2|pages=169–182|doi=10.1017/S0268416002004137|issn=1469-218X}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Sabbatani|first=Sergio|last2=Manfredi|first2=Roberto|last3=Fiorino|first3=Sirio|date=2012-06|title=[The Justinian plague (part one)]|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22767313/|journal=Le Infezioni in Medicina|volume=20|issue=2|pages=125–139|issn=1124-9390|pmid=22767313}}</ref>
 
Gejala dari wabah pes pertama “''The justinianc Plague’s''”Yustinianus menyebabkan bubo, yaitu pembengkakan [[kelenjar getah bening]]. Jumlah kematian dari wabah ini tidak dapat diprediksi karena kurangnya data demografis. Tetapi, dari semua bukti yang ditemukan, menunjukkan bahwa “''The justiniancwabah Plague’s''”Yustinianus adalah wabah yang paling mematikan selama zaman kuno.<ref>{{Cite journal|last=Constantin|first=Georgiana Bianca|last2=Căluian|first2=Ionuţ|last3=Emilio|first3=Manuel|last4=Pino|first4=Milla|date=2021-02-25|title=The Justinianic Plague's Origins and Consequences|url=https://www.researchgate.net/publication/350089492_The_Justinianic_Plague's_Origins_and_Consequences|journal=Asian Journal of Medicine and Health|volume=19|pages=45–47|doi=10.9734/ajmah/2021/v19i130296}}</ref>
 
Wabah pes pertama “''The justinianc Plague’s''”Yustinianus juga menyebabkan efek makro pada negara-berbagai negara. Negara yang terkena dampak dari wabah pes ini mengalami kelaparan dan inflasi. Kelaparan ini disebabkan oleh kurangnya pekerja pada sektor pertanian akibat kematian dari wabah pes “''The justinianc Plague’s''” dan pemulihan dari gejala wabah pes yang berkepanjangan. Wabah juga diduga menjadi salah satu penyebab runtuhnya kerajaan Roman atau yang biasa disebut “''[[Fall of The Roman Empire]]”''Romawi. <ref>{{Cite web|last=Wazer|first=Caroline|date=2016-03-16|title=The Plagues That Might Have Brought Down the Roman Empire|url=https://www.theatlantic.com/science/archive/2016/03/plagues-roman-empire/473862/|website=The Atlantic|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Hal ini dibuktikan oleh ''McCormick'' dengan ditemukannya DNA Y''Yersinia Pestispestis'', yaitu DNA daribakteri penular wabah ''Justinianc''Yustinianus, pada tulang bekas mayat dari kerajaan RomanRomawi yang dikubur di pemakaman ''Aschheim'', yaitu tempat pemakaman penduduk kota kecil pada saat itu.<ref>{{Cite journal|last=Sabbatani|first=Sergio|last2=Manfredi|first2=Roberto|last3=Fiorino|first3=Sirio|date=2012-06|title=[The Justinian plague (part one)]|url=https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/22767313/|journal=Le Infezioni in Medicina|volume=20|issue=2|pages=125–139|issn=1124-9390|pmid=22767313}}</ref><ref>{{Cite book|date=2006|url=https://www.cambridge.org/core/books/plague-and-the-end-of-antiquity/84893FF179E8D8521E2F65F838D0731D|title=Plague and the End of Antiquity: The Pandemic of 541–750|location=Cambridge|publisher=Cambridge University Press|isbn=978-0-521-84639-4|editor-last=Little|editor-first=Lester K.}}</ref>
 
Wabah Pespes juga terjadi dua kali setelah wabah “''TheWabah justiniancYustinianus, Plague’s''”.antara Pertamalain dengan namawabah “''[[Maut Hitam|Black Death]]”''. WabahPada Abad Pertengahan, wabah ini terjadimerebak di Eropa pada abad pertengahan, Asia barat daya, Afrika Utara, dan wilayah lainnya. Kedua dengan nama Wabah [[Yersiniakedua pestis|Yersiniajuga Pestis]], wabah ini tersebarterjadi di Asiapergantian selatanabad dan Asia timur. Wabah Yersinia Pestiske-20, telahyang membunuh jutaan orang padadi pergantianseluruh abad ke 20Asia. <ref>{{Cite book|last=Green|first=Monica H.|date=2015-01-01|url=https://www.degruyter.com/document/doi/10.1515/9781942401018-005/html|title=TAKING “PANDEMIC” SERIOUSLY: MAKING THE BLACK DEATH GLOBAL|publisher=ARC, Amsterdam University Press|isbn=978-1-942401-01-8|language=en|doi=10.1515/9781942401018-005/html}}</ref><sup>[8]</sup>
 
=== India Kuno ===
[[Berkas:Shushrut statue.jpg|al=Figur patung Sushruta, yogi berrambut kepang, duduk bersila di atas sebuah lapangan. Di sampingnya ada papan yang terbaca Maharishi Sushruta.|jmpl|Patung Sushruta di Patanjali Yogpeeth, Haridwara, India]]
Sumber utama dalam dunia kesehatan India adalah ''the samhitassamhita'' ("''collections")'', koleksi) dengan penulis diantaranya [http://hinduonline.co/Scriptures/Samhita/BhelaSamhita.html [Bhela]], [[:en:Charaka_Samhita|Charaka]], dan [[Sushruta]]. Bhela, yang tertua, menulis pada abadmasa sebelum masehiMasehi. Dua yang lain menulis pada awal masehiMasehi. Buku Charaka Samhita banyak berbicara seputar kesehatan, sementara buku Sushruta Samhita lebih banyak membicarakan tentang operasi pembedahan.<ref name=":19">{{Cite book|last=Prioreschi|first=Plinio|date=1996|url=https://www.google.co.id/books/edition/A_History_of_Medicine_Primitive_and_anci/MJUMhEYGOKsC?hl=en&gbpv=0|title=A History of Medicine: Primitive and ancient medicine|publisher=Horatius Press|pages=239|url-status=live}}</ref> Pada sejarahnya, idangbidang kesehatan di India terbagi menjadi empat periode. Yang pertama adalah ''[[:en:Vedas|themasa Vedic]]''Weda, yang kedua yaitu ''masa [[Ayurweda|the Ayurvedic]]'', yang ketiga ''the[[Bangsa Arabic''Arab|masa Arabik]], serta yang terakhir ''themasa Western''Barat. ''VedicKedokteran medicine''Weda bersifat supernaturalis, sedangkan ''Ayuverdic''Ayurweda dan ''Arabic''Arabik lebih naturalistiknaturalistis.<ref name=":19" /><ref>{{Cite web|last=S. Dick|first=Michael|date=1998|title=The Ancient Ayurvedic Writings|url=https://www.ayurveda.com/2021/08/25/the-ancient-ayurvedic-writings/|access-date=21 Oktober 2021}}</ref>
 
[[Sushruta|Sushruta, seorang tabib India kuno,]] pada buku [[Sushruta Samhita]], kitab bedah medis kuno yang diperkirakan ditulis pada sekitar 1200-600 SM, merupakan orang pertama yang tercatat dalam sejarah karenayang iamenyarankan merekomendasikansterilisasi dilakukannyaruang sterilisasioperasi menggunakan asap mustard putih (''Brassica hirta'') terhadap ruang operasinya (''dupana''). Sterilisasi tersebut dilakukan dengan cara menyalakan dupa di ruang operasi. Metode tersebut memprediksi metode sterilisasi udara, jauh sebelum diketahuinya eksistensi kuman atau pun teori kuman penyakit itu sendiri <ref>{{Cite journal|last=Raveenthiran|first=Venkatachalam|date=2011-11-01|title=Knowledge of ancient Hindu surgeons on Hirschsprung disease: evidence from Sushruta Samhita of circa 1200-600 bc|url=https://www.sciencedirect.com/science/article/pii/S0022346811006269|journal=Journal of Pediatric Surgery|language=en|volume=46|issue=11|pages=2204–2208|doi=10.1016/j.jpedsurg.2011.07.007|issn=0022-3468}}</ref><ref>{{Cite journal|last=Muthu|first=C.|date=1913-05|title=A Short Review of the History of Ancient Hindu Medicine.|url=http://journals.sagepub.com/doi/10.1177/003591571300601515|journal=Proceedings of the Royal Society of Medicine|language=en|volume=6|issue=Sect_Hist_Med|pages=177–190|doi=10.1177/003591571300601515|issn=0035-9157}}</ref>. Selain sterilisasi dan keperluan medis lainnya, penggunaan dupa pada era India Kuno juga dipercaya memberikan efek penyembuhan <ref>{{Cite journal|last=Prasad|first=Goli Penchala|last2=Pratap|first2=G. Penchala|last3=Neelima|first3=M.|last4=Satyanrayanashastry|first4=Vd Pammi|date=2008|title=Historical perspective on the usage of perfumes and scented Articles in ancient Indian literatures|url=https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC3336354/|journal=Ancient Science of Life|volume=28|issue=2|pages=33–39|issn=0257-7941|pmc=3336354|pmid=22557310}}</ref>.
 
Selain itu, kitab iniSushruta Samhita juga mencatat penyakit cacar (''[[smallpox]]''), yaitu suatu penyakit yang dikenal dengan Masūrikā''masūrikā'' pada zaman itu <ref name=":17">{{Cite book|last=Susruta|last2=Bhishagratna|first2=Kunja Lal|date=1907-1916|url=http://archive.org/details/englishtranslati00susruoft|title=An English translation of the Sushruta samhita, based on original Sanskrit text. Edited and published by Kaviraj Kunja Lal Bhishagratna. With a full and comprehensive introd., translation of different readings, notes, comperative views, index, glossary and plates|publisher=Calcutta|others=Gerstein - University of Toronto}}</ref>. ''Masūrikā'' berasal dari kata ‘lentil’ atau ‘nadi’/‘''pulse''’ yang disebabkan akibat bentuk dan warna bisul yang muncul menyerupai suatu varietas lokal legum lokal pada saat itu <ref>{{Cite journal|last=Marglin|first=Frederique Apffel|title=Smallpox in Two Systems of Knowledge|url=https://econpapers.repec.org/paper/agswiderw/295496.htm}}</ref>. Pada zaman ini juga, masyarakat mengetahui bahwa bisul penderita dapat menyebarkan penyakit tersebut dan penderita yang selamat memiliki imunitas terhadap penyakit yang sama. Metode induksi imunisasi buatan pun diduga dikembangkan, tepatnya metode [[Variolasi|inokulasi]] cacar (''smallpox''), jauh sebelum praktik yang sama dilakukan di Eropa dan Amerika. Metode tersebut tercatat pada tulisan seorang tabib Hindu kuno, Dhanwantari, berdasarkan praktik yang dilakukan oleh Sushruta. Sushruta menginstruksikan untuk mengambil cairan dari bisul sapi yang kemudian digoreskan ke bagian lengan atas hingga berdarah. Cairan tersebut kemudian dicampurkan dengan darah yang muncul yang akan menginduksi demam akibat ''smallpox'' tersebut <ref>{{Cite book|last=Levine|first=R. R.|last2=Walsh|first2=C. T.|last3=Schwartz-Bloom|first3=Rochelle D.|date=2000-04-15|url=https://books.google.co.id/books?hl=en&lr=&id=WKLn6zGorDQC&oi=fnd&pg=|title=Pharmacology: Drug Actions and Reactions, Seventh Edition|publisher=CRC Press|isbn=978-1-85070-497-3|language=en}}</ref>.
 
Sushruta juga memprediksikan bahwa penyakit kusta dan infeksi penyakit lainnya dapat menular dari suatu individu ke individu lainnya melalui kontak langsung atau dengan perantara seperti pakaian .<ref>{{Cite journal|last=Rastogi|first=Nalin|last2=Rastogi|first2=R|date=1985-01-01|title=Leprosy in ancient India|url=https://www.researchgate.net/publication/16797371_Leprosy_in_ancient_India|journal=International journal of leprosy and other mycobacterial diseases : official organ of the International Leprosy Association|volume=52|pages=541–3}}</ref><ref name=":17" />.
 
=== Abad Pertengahan ===
Di abad ke-5, kitab [[Talmud|Talmud Yerusalem]] sudah menyebut secara eksplisit sebuah aturan yang melarang memasukkan uang ke dalam mulut demi menjaga kesehatan manusia.<ref>{{cite web|url=https://he.wikisource.org/wiki/%D7%99%D7%A8%D7%95%D7%A9%D7%9C%D7%9E%D7%99_%D7%AA%D7%A8%D7%95%D7%9E%D7%95%D7%AA_%D7%97_%D7%92|title=Jerusalem Talmud Terumot|website=Wikitext|publisher=Wikisource}}</ref> [[Nissim dari Gerona]], seorang ilmuwan Talmudik abad ke-14, menyatakan bahwa aturan ini diadakan "karena uang banyak berpindah tangan, dan beberapa orang yang menyentuh uang itu dalam keadaan sakit. 'Kotoran' [זוהמא] mereka kemudian menempel pada uang dan 'kotoran' tersebut berbahaya bagi orang yang meletakkan uang itu di dalam mulut."<ref>{{cite book|title=תלמוד בבלי|location=עבודה זרה|page=י: בדפי הרי"ף}}</ref> Kemudian, bentuk dasar teori penularan muncul dalam ilmu [[kedokteran Islam abad pertengahan]]. Seorang tabib Persia bernama [[Ibnu Sina]] menulis bentuk dasar ini dalam bukunya, ''[[Kanon Kedokteran]]'' (1025), yang kemudian menjadi buku kedokteran dengan reputasi paling tinggi di Eropa hingga abad ke-16. Dalam volume IV buku tersebut, Ibnu Sina membahas tentang [[wabah]], memberikan penjelasan singkat tentang teori miasma klasik, serta mencoba untuk menggabungkan teori tersebut dengan teori penularannya sendiri. Ia menyatakan bahwa orang-orang dapat menularkan penyakit kepada orang lain melalui napas, mencatat potensi penularan tuberkulosis, dan membahas penularan penyakit melalui air dan tanah.<ref>{{cite book|url=https://books.google.com/books?id=5KtDfvlSrDAC&pg=PA29|title=Encyclopedia of the Black Death|last1=Byrne|first1=Joseph Patrick|date=2012|publisher=[[ABC-CLIO]]|isbn=9781598842531|page=29}}</ref>
 
Pada awal [[Abad Pertengahan Awal|Abad Pertengahan]], [[Isidorus dari Sevilla]] (560–636 M) dalam karyanya menyebutkan dua hal tentang penyakit menular. Yang pertama, bahwa wabah menyebar dengan luas dan menularkan penyakit kepada yang ditimpa. Ada yang berkata bahwa wabah muncul karena ulah manusia yang berbuat dosa. Akibat dosa ini, dengan mekanisme tertentu (entah karena udara yang kering, panas, atau kurangnya hujan), udara sekitar menjadi kotor dan menyebabkan penyakit. Yang kedua, ada yang mengatakan bahwa bibit pembawa penyakit dibawa oleh udara dan menyebar ke udara yang dihirup oleh manusia. Dari situ, bibit penyakit tersebut masuk ke dalam tubuh manusia dan memberikan efek hingga mengakhiri kehidupan. <ref>{{cite book|url= https://www.researchgate.net/publication/315663902_On_the_Nature_of_Things_De_Natura_Rerum_by_Isidore_of_Seville_ca_560-636_AD_Translated_by_Carolyn_Embach_1969|title= On the Nature of Things (De Natura Rerum)|page=47}}Translated by Carolyn Embach</ref>
 
Sementara itu, pada abad ke sembilan-9, seorang tabib dari [[kekhalifahan Abbasiyah]] bernama [[Ali at-Tabari]] menuliskan sebuah buku berjudul ''Paradise of Wisdom'' (''Firdaws al-hikma fi al-tibb'') yang meringkas secara lengkap mengenai filsafat alam dan obat-obatan. Dalam salah satu bab, ia menuliskan tentang penyakit kusta (''judhdam'') yang merupakandisebut sebagai penyakit keturunan. Selaindan itu, penyakit ini jugadapat menular seperti halnya cacar.<ref>{{Cite journal|last=Meyerhof|first=M|date=1931-07|title=`Alî at-Tabarî’s ``Paradise of Wisdom’’, one of the oldest Arabic Compendiums of Medicine |url= http://www.jstor.org/stable/224348|journal=Isis|volume=16|pages=6-54|}}</ref>
 
Pada abad yang sama pula, [[Qusta ibn Luqa]] membahas bagaimanatentang cara mengidentifikasi air yang tidak terkontaminasi dan bagaimana cara membuat kualitas air itu jadimenjadi lebih baik. Kondisi air di Jedah[[Jeddah]] pada waktu itu masih cukuplahtergolong buruk. Hal iniBahasannya mirip dengan bagaimanabahasan seorang ilmuwan fikih bernama [[Ibn al-Haj al-Abdari|Ibnu al-Haj al-Abdari]] yang hidup pada masa (abad ke-12), dua belasyang membahasmenulis bahwa suatu zat najis dapat mengontaminasi air, makanan, pakaian, dan menyebar melalui suplai air. Ia juga mengimplikasikan bahwa kontaminasi ini ada dalam bentuk partikel-partikel yang tak kasatmata.<ref>{{cite book|url= https://books.google.co.id/books?id=CfkevUKg2KEC&pg=PA24&source=gbs_toc_r&cad=4#v=onepage&q&f=false|title= Medical Regime for the Pilgrims to Mecca|page=9-10}}Translated by Gerrit Bos</ref>
 
[[Ibnu RushdRusyd]] dan [[Yuris|yuris-yuris]] Islam lainnya pada abad kedua belaske-12 juga menyadari bahwa penyakit menular itu nyata. Hanya saja, pemahaman seperti ini tidak sesuai dengan ajaran pada masa itu yang menyatakan bahwa penyakit tidak muncul karena ditularkan.<ref>{{Cite journal|last=Hopley|first=Russell|date=2010|title=CONTAGION IN ISLAMIC LANDS: Responses from Medieval Andalusia and North Africa |url= http://www.jstor.org/stable/23242140|journal= Journal for Early Modern Cultural Studies |volume=10|issue=2|pages=45-64|}}</ref> Barulah [[Ibnu al-Khatib|Ibnu Al-Khatib]] dalam kitabnya menulis tentang penyakit bubo dan pneumonia. Ia mendeskripsikan secara klinis sifat-sifat yang cenderung dimiliki penyakit tersebut. ApaHal yang membedakan gagasan Ibnu Al al-Khatib dengan penggagas-penggagas lain tentang penyakit tersebut adalah adanyakeberadaan agen penular dalam penyakit itu. Berdasarkan pengalaman empirisnya, Ibnu Al al-Khatib mengungkapkan bahwa orang yang memiliki kontak dengan korban penyakit itu bisa tertular penyakit yang sama. Ia juga mengungkapkan bahwa penularan dapat melalui pakaian, wadah, dan anting-anting yang dipakai sebelum penyakit itu ditularkan kepada keluarga, tetangga, dan kemudian menjadi wabah besar. Hanya saja, agen penular seperti apa yang menjadi penyebab menyebarnya penyakit tersebut belum dapat diidentifikasi oleh Ibnu Al-Khatib.<ref>{{Cite journal|last=Ober|first=William B| last2=Aloush|first2=Noa|date=1982|title=“The plague at Granada, 1348-1349: Ibn Al-Khatib and ideas of contagion.” |url= https://pubmed.ncbi.nlm.nih.gov/7052179/|journal= .” Bulletin of the New York Academy of Medicine|volume=58|issue=4|pages=418-24|}}</ref>
 
Kemudian, pada tahun 1345, [[Tommaso del Garbo]] (sekitar 1305–1370) dari [[Bologna]], [[Italia]], menyebut "benih penyakit" Galenus dalam bukunya ''Commentaria non-parum utilia in libros Galeni'' ("komentar penting mengenai buku Galen").<ref>Nutton (1983), p. 21</ref>
Baris 122 ⟶ 112:
# Kontangion yang dapat ditularkan melalui kontak langsung seperti bersentuhan.
# Kontangion yang dapat ditularkan melaui perantara benda seperti melalui pakaian, handuk, dan lain-lain.
# Kontangion yang dapat ditularkan dalam jarak jauh. Setelah penemuan mikroskop oleh Anton Van Leeuwenhoek, pada abad 17 terjadi kemajuan pesat terhadap teori kuman sebagai penyebab penyakit.<ref name=":1" />
 
 
=== Periode Modern Awal ===
[[Francesco Redi]] merupakan tabib Italia yang berhasil mematahkan doktrin generasi spontan melakukanmelalui pembuktiannya. Generasi spontan adalah gagasan bahwa organisme dapat hidup secara spontan berasal dari materi tak hidup. Pembuktian yang dilakukan Francesco Redi didasari oleh eksperimen yang dilakukan oleh Pastorseorang pastor Jesuit Jerman, [[Athanasius Kircher]] (1601-1680).
 
Dalam ''Baconian Spirit'', Kircher bersikeras bahwa hanya pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen yang dapat mengarah pada kebenaran.<ref>{{Cite book|date=2019-12-11|url=http://dx.doi.org/10.2307/j.ctv1q26vpg.40|title=The Mundus subterraneus of Athanasius Kircher|publisher=Peeters Publishers|pages=100–103}}</ref> Kircher menganggap eksperimennya merupakan imitasi dari alam dan secara bersamaan membenarkan konsep generasi spontan miliknya.<ref>{{Cite book|last=Mayer-Deutsch|first=Angela|date=2020|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-3-476-05728-0_10225-1|title=Kircher, Athanasius: Mundus subterraneus|location=Stuttgart|publisher=J.B. Metzler|pages=1–2}}</ref> Kircher telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencari penyebab ''vis seminalis'' (mani) atau ''spermatica'' (sperma) terhadap keterkaitannya dengan generasi dan kerusakan. Pada akhirnya ia menemukan “benih” yang berasal dari bangkai tumbuhan dan hewan yang disebut sebagai “panspermia”. Substrat dari “benih” mayat tersebut diparut atau dimaserasi dan ditambah dengan kotoran hewan atau serangga. Campuran itu kemudian ditempatkan pada suhu yang hangat dan lembab. Setelah jangka waktu tertentu, campuran tersebut akan menghasilkan induk yang hidup berdasarkan hewan yang Kircher “hasilkan”, dapat berupa katak, ikan, kupu-kupu, dan yang paling sering adalah lalat. Pada akhirnya Kircher memberikan formula dari eksperimennya dan menamainya “''genesis of flies''”.
 
Francesco Redi beberapa kali melakukan eksperimen untuk membuktikan generasi spontan itu tidak logis. Salah satu eksperimennya yang populer adalah dengan membiarkan mayat ular Aesculapius (coluber longissimus) yang masih segar untuk membusuk di sebuah kotak. Tidak butuh waktu yang lama muncul ulat-ulat kecil yang menghabiskan daging ular tersebut hingga hanya tersisa tulang dan kemudian ulat-ulat itu menghilang. Redi mencoba untuk melakukan eksperimennya kembali, namun kali ini dengan menutup kotak tersebut agar ulat-ulat tersebut tidak menghilang. Lalu, di akhir eksperimen ia menemukan lalat keluar dari kotak itu. Ia kembali melakukan eksperimen itu menggunakan daging hewan lainnya dan hasilnya tetap sama. Dari eksperimen itu ia menemukan bahwa lalat dewasa menjatuhkan telurnya pada daging mentah, kemudian dari telur itulah lahir ulat-ulat yang muncul di daging. Menurut Redi, daging, tanaman, dan bangkai lainnya berperan sebagai sarang bagi telur, anakan, atau segala bentuk benih lainnya pada saat musim berkawin.<ref>{{Cite book|last=Redi|first=Francesco|last2=Raillard|first2=Giacomo|date=1687|url=http://dx.doi.org/10.5962/bhl.title.152348|title=Esperienze intorno alla generazione degl'insetti /|location=Napoli :|publisher=Nella stamperia di Giacomo Raillard,}}</ref>
 
Pada tahun 1668, Redi melakukan eksperimen infestasi lalat melalui tiga buah toples dengan masing-masing toples diisi sepotong daging dan telur. Satu toples disegel rapat, satu toples ditutup menggunakan kain, dan toples terakhir tidak ditutup atau disegel. Eksperimen ini dilakukan Redi selama beberapa hari. Dari eksperimen tersebut, ia menemukan bahwa daging yang ditempatkan di dalam toples terbuka penuh dengan belatung. Hal serupa terjadi juga pada daging yang ditempatkan pada toples yang hanya ditutup kain karena lalat menaruh benihnya atas permukaan kain dan menyebabkan kain terinfestasi oleh belatung. Sementara, toples yang disegel tidak berbelatung sama sekali. Dari hasil tersebut ditemukan bahwa belatung hanya dapat ditemukan di permukaan yang dapat dijangkau oleh lalat. Redi berpendapat selama buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging, baik dalam keadaan mentah atau matang, jika disimpan di tempat yang tertutup rapat, maka tidak akan terinfestasi oleh larva atau belatung.<ref>{{Cite book|last=Redi|first=Francesco|last2=Raillard|first2=Giacomo|date=1687|url=http://dx.doi.org/10.5962/bhl.title.152348|title=Esperienze intorno alla generazione degl'insetti /|location=Napoli :|publisher=Nella stamperia di Giacomo Raillard,}}</ref> Eksperimen menjelaskan bahwa larva tidak muncul pada hewan mati, kecuali hewan hidup lainnya tidak menaruh benih di dalamnya. Hal tersebut dapat dicegah secara efektif menggunakan tempat yang disegel ketat. Berdasarkan eksperimen itu, Redi berhasil menyimpulkan bahwa belatung tidak muncul secara spontan dari daging dan generasi spontan terbukti tidak logis.<ref>{{Cite journal|last=GOTTDENKER|first=PAULA|date=1979|title=FRANCESCO REDI AND THE FLY EXPERIMENTS|url=https://www.jstor.org/stable/44450950|journal=Bulletin of the History of Medicine|volume=53|issue=4|pages=575–592|issn=0007-5140}}</ref>
 
[[Antony van Leeuwenhoek|Anton van Leeuwenhoek]] secara universal diakui sebagai bapak [[mikrobiologi]]. Dia merupakan seorang penajajak dalam ilmu seorang penjajak dalam ilmu mikrobiologi, pada tahun 1670-an. Dia berhasil menemukan protista dan bakteri.<ref>{{Cite journal|last=Leewenhoeck|first=Anton Van|date=1667|title=Observation, communicated to the publisher|journal=Phil. Trans.|volume=12|pages=821– 831|doi=10.1098/rstl.1677.0003}}</ref> Bisa dibilang dia menjadi orang yang pertama kali melihat dunia ‘mahluk hidup’ yang tak terbayangkan, dia juga yang pertamakali berpikir untuk bisa melihat hal tersebut menggunakan mikroskop berlensa tunggal sederhana. Dengan mikroskop tersebut, dia tidak hanya mengamati, tetapi juga melakukan eksperimen yang cerdik, menjelajahi dan memanipulasi alam semesta mikroskopisnya dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Van Leeuwenhoek dikatakan sebagai orang pertama yang melihat dan menggambarkan bakteri, tanaman khamir/ragi, kehidupan yang mengambang di dalam setetes air, serta sirkulasi sel darah di dalam pembuluh kapiler. Kata "bakteri" pada waktu itu belum ada dan ia menamakan organisme mikroskopik itu sebagai "animalcule", yang berarti "binatang kecil". Ia mengisolasi berbagai animalcule itu dari berbagai sumber, seperti air hujan, air sumur dan kolam, serta mulut dan usus manusia.  Meski sempat mendapatkan ketidakpercayaan dan cemoohan dari banyak ilmuwan karena latar background keilmuan dia yang tidak bersekolah, serta melalui metodenya yang tidak dapat dipercaya, karena hal membuka dunia yang tidak bisa dipahami orang lain. Dia melaporkan penemuannya dalam lebih dari 100 surat kepada Royal Sociey of England dan Akademi Prancis. Laporan pertama Leewuwenhoek kepada Royal Society pada tahun 1673 menggambarkan bagian mulut lebah, kutu, dan jamur. Ia mempelajari struktur sel tumbuhan dan kristal, serta struktur sel manusia seperti darah, otot, kulit, gigi, dan rambut. Ia bahkan mengikis plak dari sela-sela giginya untuk mengamati bakteri di sana, yang ditemukan Leewenhoek, mati setelah meminum kopi. Sejak berhasil diverifikasi oleh natural philosophers dari Royal Society membawa ke aturan dasar baru yang masih menggambarkan sains saat ini. Penemuan Leeuwenhoek, ditransmisikan secara langsung selama berabad-abad kepada para ahli biologi saat ini. Ahli mikrobiologi dan filogenetik terus berdebat tentang sifat hewan kecil Leeuwenhoek, jika dalam istilah yang lebih rumit.  Baru akhirnya sekarang kita mulai menemukan jawaban atas pertanyaan yang mendorong Leeuwenhoek: dari mana asal ‘mahluk’ kecil ini, mengapa ukuran dan perilakunya begitu beragam; bagaimana membedakan dan mengklasifikasikannya?<ref>{{Cite journal|last=Lane|first=Nick|date=April 19, 2015|title="The Unseen World: Reflections on Leeuwenhoek (1677) 'Concerning Litlle Animals."|journal=Philosopical Transactions of the Royal Society of London Series B|volume=BIological Sciences 370 (1666)|doi=20140344}}</ref>
 
Ada pula kemungkinan bahwa seorang pendeta dan cendekiawan Yesuit dari Jerman, [[Athanasius Kircher]], sudah melihat mikroorganisme sebelum van Leeuwenhoek. Salah satu buku yang ia tulis tahun 1646 dalam bahasa Latin mengandung satu bab yang kalau diterjemahkan menjadi: "Mengenai struktur benda-benda dalam alam, diinvestigasi melalui Mikroskop". Di bab tersebut ia menulis: "siapa yang akan percaya bahwa cuka dan susu ternyata berisi banyak sekali cacing." Kircher mendefinisikan organisme tidak tampak yang ia temukan dari tubuh membusuk, daging, susu, dan sekresi itu sebagai "cacing". Berdasarkan penelitian yang ia lakukan dengan mikroskop ini, ia kemudian menyimpulkan bahwa penyakit dan pembusukan disebabkan oleh tubuh makhluk hidup yang tidak kasatmata. Terdapat kemungkinan bahwa ia adalah orang pertama yang membuat kesimpulan ini. Pada tahun 1646, Kircher menulis bahwa "sejumlah hal mungkin dapat ditemukan di dalam darah pasien demam". Saat Roma terkena wabah pes bubo pada tahun 1656, Kircher menghabiskan beberapa hari berturut-turut untuk merawat orang sakit. Ia menginvestigasi darah para korban wabah di bawah mikroskop, demi mencari obat. Ia mencatat keberadaan "cacing kecil" atau "''animalcule''" di dalam darah dan menyimpulkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh mikroorganisme. Ia adalah orang pertama yang menghubungkan antara penyakit dengan patogen mikroskopik; secara efektif, ia menciptakan teori kuman penyakit, yang digambarkannya di dalam ''Scruitinium pestis physico-medicum'' (dipublikasikan di Roma tahun 1658).<ref>{{cite web|url=http://www.mjt.org/exhibits/kircher.html|title=The Life and Work of Athanaseus Kircher, S.J.|work=mjt.org|archive-url=https://web.archive.org/web/20160417200844/http://www.mjt.org/exhibits/kircher.html|archive-date=17 April 2016|access-date=18 April 2016|url-status=live}}</ref> Kesimpulan Kircher bahwa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme memang benar, akan tetapi besar kemungkinan bahwa makhluk kecil yang ia pandang di bawah mikroskop adalah sel darah merah atau putih, dan bukan sel penyakit itu sendiri. Kircher juga kemudian menggambarkan beberapa peraturan kebersihan untuk menghindari penyebaran wabah, seperti isolasi, karantina, pembakaran penyakit yang digunakan oleh orang sakit, serta penggunaan masker untuk menghindari kuman yang masuk melalui hidung. Kircher adalah orang pertama yang mengatakan bahwa makhluk hidup dapat masuk dan hadir di dalam darah.
 
Pada tahun 1700, seorang tabib bernama Nicolas Andry merilis Buku pertamanya, ''De la génération des vers dans les corps de l'homme'', yang diterbitkan pada tahun 1700, dan diterjemahkan ke bahasa Inggris pada tahun 1701 as An Account of the Breeding of Worms in Human Bodies.<ref>{{Cite journal|last=Andry|first=Nicolas|date=1701|title=An account of the breeding of worms in human bodies; their nature, and several sorts; their effects, symptoms, and prognostics. With the true means to avoid them, and med'cines to cure them, / by Nicholas Andry ... with letters to the author on this subject from M. Nicholas Hartsoeker at Amsterdam, and M. George Baglivi at Rome|journal=London: Printed for H. Rhodes and A. Bell}}</ref> Buku tersebut merupakan catatan eksperimen Andry menggunakan mikroskop, yang dibangun berdasarkan karya Antonie van Leeuwenhoek sebelumnya, yang sering dikutip oleh Andry. Tidak seperti Leeuwenhoek, tujuan andi memang secara khusus adalah dunia medis, dan eksperimennya dengan mikroskop membuatnya percaya bahwa mikroorganisme yang dia sebut “cacing” bertanggung jawab atas penyakit cacar dan penyakit lainnya.<ref>{{Cite journal|year=1888|title=The History of the Germ Theory|url=https://archive.org/stream/britishmedicaljo11888brit#page/312/mode/2up|journal=The British Medical Journal|volume=1|issue=1415|page=312}}</ref> Selain untuk tujuan medis, buku ini sepertinya ditujukan juga untuk umum. Seperti yang diamati oleh sejarawan medis Clara Pinto Correia, salah satu tujuan utama Andry adalah untuk memberi pembelajaran kepada masyarakat tentang ilmu baru yang muncul dari dunia yang hanya bisa diamati oleh mikroskop. Dia menulis “kita harus mengakui bahwa ada binatang yang seribu kali lebih kecil daripada sebutir debu, yang hampir tidak dapat kita lihat dan kita. Imajinasi kita tenggelam dalam pemikiran ini, takjub pada hal kecil yang aneh; tetapi untuk tujuan apa harus menyangkalnya? Akal meyakinkan kita tentang keberadaan sesuatu yang tidak dapat kita bayangkan”.<ref>{{Cite journal|last=Correia|first=Clara Pinto|date=1997|title=The Ovary of Eve: Egg and Sperm and Preformation|journal=Chicago: University of Chicago Press|volume=pp. 74-76|issue=ISBN 978-0-226-66952-6.}}</ref>
 
Selama tahun 1714 hingga 1721, Richard Bradley, yang merupakan Profesor Botani pertama di Universitas Cambridge, mengajukan teori yang unik tentang penyebab penyakit menular pada tumbuhan dan hewan serta wabah manusia. Teorinya berasal dari studi eksperimental tanaman dan penyakit dari pengamatan mikroskopis ''animalcule'' di lingkungan alami dan buatan yang berbeda. Dia mengemukakan bahwa terdapat "serangga" yang hidup dan berkembang biak pada kondisi yang sesuai, dan bahwa penyakit menular pada tanaman disebabkan oleh "serangga" semacam yang hanya tampak ketika dilihat dengan mikroskop.<ref>{{Cite book|last=Santer|first=Melvin|date=2009|title=Richard Bradley: A Unified, Living Agent Theory of the Cause of Infectious Diseases of Plants, Animals, and Humans in the First Decades of the 18th Century|publisher=in Perspectives in Biology and Medicine|pages=566–578|url-status=live}}</ref>  Hal ini dikarenakan ada kesamaan struktural dan fungsional antara tumbuhan dan hewan, Bradley menyimpulkan bahwa organisme mikroskopis juga menyebabkan penyakit menular pada manusia dan hewan. Namun, kala itu teori penyakit menular tidak diterima oleh masyarakat ilmiah kontemporer. Sementara itu, pada tahun 1762, Dokter Austria, Marcus Antonius von Plenciz, menerbitkan buku berjudul ''Opera medico-physica''. Buku ini menggambarkan teori penyebaran penyakit. Di dalamnya dikatakan bahwa ''animalcule'' yang terdapat di tanah dan udara merupakan penyebab penyakit tertentu. Von Plenciz membuat pembedaan antara penyakit yang dapat menular dan mewabah, seperti campak dan disenteri, dengan penyakit yang menular tetapi tidak mewabah, seperti rabies dan kusta.<ref>{{Cite journal|last=Winslow|first=Charles-Edward Amory|date=1967|title=Conquest of Epidemic Disease: A Chapter in the History of Ideas. Hafner Publishing Co Ltd|journal=Hadner Publishing Co Ltd|issue=ISBN 978-0028548807}}</ref>  Pada saat itu, pendapat medis yang diterima adalah bahwa penyakit itu disebarkan oleh apa yang dikenal sebagai miasma, uap atau kabut beracun, berbau busuk dan terdiri dari partikel-partikel dari bahan-bahan yang membusuk.<ref>{{Cite web|last=Fone|first=Martin|date=14 Maret 2020|title=Curious Questions: Who first discovered that washing your hands stops the spread of disease?, Country Life|url=https://www.countrylife.co.uk/comment-opinion/curious-questions-who-first-discovered-that-washing-your-hands-stops-the-spread-of-disease-212879|website=Country Life|access-date=18 Oktober 2021}}</ref> Dia juga mampu membuktikan bahwa bakteri adalah penyebab sepsis fatal yang telah diidentifikasi Semmelweis. Ini membuka jalan bagi pengembangan vaksin dan membuka jalan bagi penemuan Fleming yang mengarah pada pengembangan antibiotik.<ref>{{Cite web|last=Grenville|first=Andrew|date=9 April 2020|title=Social Distancing and Germ Theory”: How Good Ideas Spread.|url=https://www.marugroup.net/insights/blog/social-distancing-germ-theory-good-ideas-spread,|website=Maru Group Ltd|access-date=18 Oktober 2021}}</ref> Meskipun demikian, teori yang dikemukakan oleh von Plenciz tidak diterima oleh komunitas medis.
 
Dalam ''Baconian Spirit'', Kircher bersikeras bahwa hanya pengetahuan yang diperoleh dari eksperimen yang dapat mengarah pada kebenaran.<ref>{{Cite book|date=2019-12-11|url=http://dx.doi.org/10.2307/j.ctv1q26vpg.40|title=The Mundus subterraneus of Athanasius Kircher|publisher=Peeters Publishers|pages=100–103}}</ref> Kircher menganggap eksperimennya merupakan imitasi dari alam dan secara bersamaan membenarkan konsep generasi spontan miliknya.<ref>{{Cite book|last=Mayer-Deutsch|first=Angela|date=2020|url=http://dx.doi.org/10.1007/978-3-476-05728-0_10225-1|title=Kircher, Athanasius: Mundus subterraneus|location=Stuttgart|publisher=J.B. Metzler|pages=1–2}}</ref> Kircher telah menghabiskan waktu bertahun-tahun mencari penyebab ''vis seminalis'' (mani) atau ''spermatica'' (sperma) terhadap keterkaitannya dengan generasi dan kerusakan. Pada akhirnya ia menemukan “benih” yang berasal dari bangkai tumbuhan dan hewan yang disebut sebagai “panspermia”. Substrat dari “benih” mayat tersebut diparut atau dimaserasi dan ditambah dengan kotoran hewan atau serangga. Campuran itu kemudian ditempatkan pada suhu yang hangat dan lembab. Setelah jangka waktu tertentu, campuran tersebut akan menghasilkan induk yang hidup berdasarkan hewan yang Kircher “hasilkan”, dapat berupa katak, ikan, kupu-kupu, dan yang paling sering adalah lalat. Pada akhirnya Kircher memberikan formula dari eksperimennya dan menamainya “''genesis of flies''”.
 
Francesco Redi beberapa kali melakukan eksperimen untuk membuktikan generasi spontan itu tidak logis. Salah satu eksperimennya yang populer adalah dengan membiarkan mayat ular Aesculapius (coluber''Coluber longissimus'') yang masih segar untuk membusuk di sebuah kotak. Tidak butuh waktu yang lama, muncul ulat-ulat kecil yang menghabiskan daging ular tersebut hingga hanya tersisa tulang dan kemudian ulat-ulat itu menghilang. Redi mencoba untuk melakukan eksperimennya kembali, namun kali ini dengan menutup kotak tersebut agar ulat-ulat tersebut tidak menghilang. Lalu, di akhir eksperimen ia menemukan lalat keluar dari kotak itu. Ia kembali melakukan eksperimen itu menggunakan daging hewan lainnya dan hasilnya tetap sama. Dari eksperimen itu ia menemukan bahwa lalat dewasa menjatuhkan telurnya pada daging mentah, kemudian dari telur itulah lahir ulat-ulat yang muncul di daging. Menurut Redi, daging, tanaman, dan bangkai lainnya berperan sebagai sarang bagi telur, anakan, atau segala bentuk benih lainnya pada saat musim berkawin.<ref>{{Cite book|last=Redi|first=Francesco|last2=Raillard|first2=Giacomo|date=1687|url=http://dx.doi.org/10.5962/bhl.title.152348|title=Esperienze intorno alla generazione degl'insetti /|location=Napoli :|publisher=Nella stamperia di Giacomo Raillard,}}</ref>
----[1] Melvin Santer, "Richard Bradley: A Unified, Living Agent Theory of the Cause of Infectious Diseases of Plants, Animals, and Humans in the First Decades of the 18th Century", in ''Perspectives in Biology and Medicine'', Volume 52, Number 4, Autumn, 2009, pp. 566–78
 
Pada tahun 1668, Redi melakukan eksperimen infestasi lalat melalui tiga buah toples. dengan masingMasing-masing toples diisi sepotong daging dan telur. Satu toples disegel rapat, satu toples ditutup menggunakan kain, dan toples terakhir tidak ditutup atau disegel. Eksperimen ini dilakukan Redi selama beberapa hari. Dari eksperimen tersebut, ia menemukan bahwa daging yang ditempatkan di dalam toples terbuka penuh dengan belatung. Hal serupa terjadi juga pada daging yang ditempatkan pada toples yang hanya ditutup kain karena lalat menaruh benihnya atas permukaan kain dan menyebabkan kain terinfestasi oleh belatung. Sementara, toples yang disegel tidak berbelatung sama sekali. Dari hasil tersebut ditemukan bahwa belatung hanya dapat ditemukan di permukaan yang dapat dijangkau oleh lalat. Redi berpendapat selama buah-buahan, sayur-sayuran, dan daging, baik dalam keadaan mentah atau matang, jika disimpan di tempat yang tertutup rapat, maka tidak akan terinfestasi oleh larva atau belatung.<ref>{{Cite book|last=Redi|first=Francesco|last2=Raillard|first2=Giacomo|date=1687|url=http://dx.doi.org/10.5962/bhl.title.152348|title=Esperienze intorno alla generazione degl'insetti /|location=Napoli :|publisher=Nella stamperia di Giacomo Raillard,}}</ref> Eksperimen menjelaskan bahwa larva tidak muncul pada hewan mati, kecuali hewan hidup lainnya tidak menaruh benih di dalamnya. HalPeletakkan benih tersebut dapat dicegah secara efektif menggunakan tempat yang disegel ketat. Berdasarkan eksperimen itu, Redi berhasil menyimpulkan bahwa belatung tidak muncul secara spontan dari daging dan generasi spontan terbukti tidak logis.<ref>{{Cite journal|last=GOTTDENKER|first=PAULA|date=1979|title=FRANCESCO REDI AND THE FLY EXPERIMENTS|url=https://www.jstor.org/stable/44450950|journal=Bulletin of the History of Medicine|volume=53|issue=4|pages=575–592|issn=0007-5140}}</ref>
[2] ''Ibid''
 
[[Antony van Leeuwenhoek|Anton van Leeuwenhoek]] secara universal diakui sebagai bapak [[mikrobiologi]]. Dia merupakan seorang penajajak dalam ilmu seorang penjajak dalam ilmu mikrobiologi, pada tahun 1670-an. Dia berhasil menemukan [[protista]] dan [[bakteri]].<ref>{{Cite journal|last=Leewenhoeck|first=Anton Van|date=1667|title=Observation, communicated to the publisher|journal=Phil. Trans.|volume=12|pages=821– 831|doi=10.1098/rstl.1677.0003}}</ref> Bisa dibilang diaIa menjadiadalah orang yang pertama kali melihat dunia ‘mahluk‘makhluk hidup’ yang tak terbayangkan, dia jugadan yang pertamakalipertama kali berpikir untuk bisa melihat hal tersebut menggunakan mikroskop berlensa tunggal sederhana. Dengan mikroskop tersebut, dia tidak hanya mengamati, tetapi juga melakukan eksperimen yang cerdik, menjelajahi dan memanipulasi alam semesta mikroskopisnya dengan rasa ingin tahu yang tinggi. Van Leeuwenhoek dikatakan sebagai orang pertama yang melihat dan menggambarkan bakteri, tanaman khamir/ragi, kehidupan yang mengambang di dalam setetes air, serta sirkulasi sel darah di dalam pembuluh kapiler. Kata "bakteri" pada waktu itu belum ada dan ia menamakan organisme mikroskopik itu sebagai "''animalcule"'', yang berarti "binatang kecil". Ia mengisolasi berbagai animalcule itu dari berbagai sumber, seperti air hujan, air sumur dan kolam, serta mulut dan usus manusia. van MeskiLeeuwenhoek sempat mendapatkan ketidakpercayaankeraguan dan cemoohan dari banyak ilmuwan lain karena latar background keilmuan diabelakangnya yang tidak bersekolah, serta melalui metodenya yang tidaktergolong dapatbaru dipercaya,dan karenasulit haldipercaya. membukaIa dunia yang tidak bisa dipahami orang lain. Diatetap melaporkan penemuannya dalam lebih dari 100 surat kepada Royal SocieySociety of England dan Akademi Prancis. Laporan pertama Leewuwenhoek kepada Royal Society pada tahun 1673 menggambarkan bagian mulut lebah, kutu, dan jamur. Ia mempelajari struktur sel tumbuhan dan kristal, serta struktur sel manusia seperti darah, otot, kulit, gigi, dan rambut. Ia bahkan mengikis plak dari sela-sela giginya untuk mengamati bakteri di sana, yang ditemukan Leewenhoek, mati setelah meminum kopi. Sejak berhasil diverifikasi oleh naturalpara philosophersfilsuf alam dari Royal Society, membawasains masuk ke dalam aturan dasar baru yang masih menggambarkan sainsbiologi saatmasa inikini. Penemuan van Leeuwenhoek, ditransmisikan secara langsung selama berabad-abad kepada para ahli biologi saat ini. Ahli mikrobiologi dan filogenetik terus berdebat tentang sifat hewan kecil van Leeuwenhoek, jika dalam istilah yang lebih rumit.  Baru akhirnya sekarang kita mulai menemukan jawaban atas pertanyaan yang mendorong Leeuwenhoek: dari mana asal ‘mahluk’ kecil ini, mengapa ukuran dan perilakunya begitu beragam; bagaimana membedakan dan mengklasifikasikannya?<ref>{{Cite journal|last=Lane|first=Nick|date=April 19, 2015|title="The Unseen World: Reflections on Leeuwenhoek (1677) 'Concerning Litlle Animals."|journal=Philosopical Transactions of the Royal Society of London Series B|volume=BIological Sciences 370 (1666)|doi=20140344}}</ref>
[3] Winslow, Charles-Edward Amory (1967). ''Conquest of Epidemic Disease: A Chapter in the History of Ideas''. Hafner Publishing Co Ltd. <nowiki>ISBN 978-0028548807</nowiki>.
 
Ada pula kemungkinan bahwa seorang pendeta dan cendekiawan Yesuit dari Jerman, [[Athanasius Kircher]], sudah melihat mikroorganisme sebelum van Leeuwenhoek. Salah satu buku yang ia tulis tahun 1646 dalam bahasa Latin mengandung satu bab yang kalau diterjemahkan menjadi: "Mengenai struktur benda-benda dalam alam, diinvestigasi melalui Mikroskop". Di bab tersebut ia menulis: "siapa yang akan percaya bahwa cuka dan susu ternyata berisi banyak sekali cacing." Kircher mendefinisikan organisme tidak tampak yang ia temukan dari tubuh membusuk, daging, susu, dan sekresi itu sebagai "cacing". Berdasarkan penelitian yang ia lakukan dengan mikroskop ini, ia kemudian menyimpulkan bahwa penyakit dan pembusukan disebabkan oleh tubuh makhluk hidup yang tidak kasatmata. Terdapat kemungkinan bahwa ia adalah orang pertama yang membuat kesimpulan ini. Pada tahun 1646, Kircher menulis bahwa "sejumlah hal mungkin dapat ditemukan di dalam darah pasien demam". Saat Roma terkena wabah pes bubo pada tahun 1656, Kircher menghabiskan beberapa hari berturut-turut untuk merawat orang sakit. Ia menginvestigasi darah para korban wabah di bawah mikroskop, demi mencari obat. Ia mencatat keberadaan "cacing kecil" atau "''animalcule''" di dalam darah dan menyimpulkan bahwa penyakit itu disebabkan oleh mikroorganisme. Ia adalah orang pertama yang menghubungkan antara penyakit dengan patogen mikroskopik; secara efektif, ia menciptakan teori kuman penyakit, yang digambarkannya di dalam ''Scruitinium pestis physico-medicum'' (dipublikasikan di Roma tahun 1658).<ref>{{cite web|url=http://www.mjt.org/exhibits/kircher.html|title=The Life and Work of Athanaseus Kircher, S.J.|work=mjt.org|archive-url=https://web.archive.org/web/20160417200844/http://www.mjt.org/exhibits/kircher.html|archive-date=17 April 2016|access-date=18 April 2016|url-status=live}}</ref> Kesimpulan Kircher bahwa penyakit disebabkan oleh mikroorganisme memang benar, akan tetapi besar kemungkinan bahwa makhluk kecil yang ia pandang di bawah mikroskop adalah sel darah merah atau putih, dan bukan sel penyakit itu sendiri. Kircher juga kemudian menggambarkan beberapa peraturan kebersihan untuk menghindari penyebaran wabah, seperti isolasi, karantina, pembakaran penyakit yang digunakan oleh orang sakit, serta penggunaan masker untuk menghindari kuman yang masuk melalui hidung. Kircher adalah orang pertama yang mengatakan bahwa makhluk hidup dapat masuk dan hadir di dalam darah.
[4] Martin Fone, ''Curious Questions: Who first discovered that washing your hands stops the spread of disease?'', Country Life, <nowiki>https://www.countrylife.co.uk/comment-opinion/curious-questions-who-first-discovered-that-washing-your-hands-stops-the-spread-of-disease-212879</nowiki>, diakses pada 18 Oktober 2021.
 
Pada tahun 1700, seorang tabib bernama Nicolas Andry merilis Buku pertamanya, ''De la génération des vers dans les corps de l'homme'', yang diterbitkan pada tahun 1700, dan diterjemahkan ke bahasa Inggris pada tahun 1701 asdalam judul ''An Account of the Breeding of Worms in Human Bodies''.<ref>{{Cite journal|last=Andry|first=Nicolas|date=1701|title=An account of the breeding of worms in human bodies; their nature, and several sorts; their effects, symptoms, and prognostics. With the true means to avoid them, and med'cines to cure them, / by Nicholas Andry ... with letters to the author on this subject from M. Nicholas Hartsoeker at Amsterdam, and M. George Baglivi at Rome|journal=London: Printed for H. Rhodes and A. Bell}}</ref> Buku tersebut merupakan catatan eksperimen Andry menggunakan mikroskop, yang dibangun berdasarkan karya AntonieAntony van Leeuwenhoek sebelumnya, yang sering dikutip oleh Andry. Tidak seperti van Leeuwenhoek, tujuan andiAndry memang secara khusus adalah dunia medis, dan. eksperimennyaEksperimennya dengan mikroskop membuatnya percaya bahwa mikroorganisme yang dia sebut sebagai “cacing” bertanggung jawab atas penyakit cacar dan penyakit lainnya.<ref>{{Cite journal|year=1888|title=The History of the Germ Theory|url=https://archive.org/stream/britishmedicaljo11888brit#page/312/mode/2up|journal=The British Medical Journal|volume=1|issue=1415|page=312}}</ref> Selain untuk tujuan medis, buku ini sepertinya ditujukan juga untuk umum. Seperti yang diamati oleh sejarawan medis [[Clara Pinto Correia]], salah satu tujuan utama Andry adalah untuk memberi pembelajaran kepada masyarakat tentang ilmu baru yang muncul dari dunia yang hanya bisa diamati oleh mikroskop. Dia menulis “kita harus mengakui bahwa ada binatang yang seribu kali lebih kecil daripada sebutir debu, yang hampir tidak dapat kita lihat dan kita. Imajinasi kita tenggelam dalam pemikiran ini, takjub pada hal kecil yang aneh; tetapi untuk tujuan apa harus menyangkalnya? Akal meyakinkan kita tentang keberadaan sesuatu yang tidak dapat kita bayangkan”bayangkan.<ref>{{Cite journal|last=Correia|first=Clara Pinto|date=1997|title=The Ovary of Eve: Egg and Sperm and Preformation|journal=Chicago: University of Chicago Press|volume=pp. 74-76|issue=ISBN 978-0-226-66952-6.}}</ref>
[5] Andrew Grenville, ''Social Distancing and Germ Theory”: How Good Ideas Spread''. Maru Group Ltd. <nowiki>https://www.marugroup.net/insights/blog/social-distancing-germ-theory-good-ideas-spread</nowiki>, diakses pada 18 Oktober 2021.
 
Selama tahun 1714 hingga 1721, Richard Bradley, yang merupakan Profesor Botani pertama di Universitas Cambridge, mengajukan teori yang unik tentang penyebab penyakit menular pada tumbuhan dan hewan serta wabah manusia. Teorinya berasal dari studi eksperimental tanaman dan penyakit dari pengamatan mikroskopis ''animalcule'' di lingkungan alami dan buatan yang berbeda. Dia mengemukakan bahwa terdapat "serangga" yang hidup dan berkembang biak pada kondisi yang sesuai, dan bahwa penyakit menular pada tanaman disebabkan oleh "serangga" semacamtersebut, yang hanya tampak ketika dilihat dengan mikroskop.<ref>{{Cite book|last=Santer|first=Melvin|date=2009|title=Richard Bradley: A Unified, Living Agent Theory of the Cause of Infectious Diseases of Plants, Animals, and Humans in the First Decades of the 18th Century|publisher=in Perspectives in Biology and Medicine|pages=566–578|url-status=live}}</ref>  Hal ini dikarenakanKarena ada kesamaan struktural dan fungsional antara tumbuhan dan hewan, Bradley menyimpulkan bahwa organisme mikroskopis juga menyebabkan penyakit menular pada manusia dan hewan. Namun, kala itu teori penyakit menular tidak diterima oleh masyarakat ilmiah kontemporer. Sementara itu, pada tahun 1762, Dokterseorang dokter Austria, [[Marcus Antonius von Plenciz]], menerbitkan buku berjudul ''Opera medico-physica''. Buku ini menggambarkan teori penyebaran penyakit. Di dalamnya dikatakan bahwa ''animalcule'' yang terdapat di tanah dan udara merupakan penyebab penyakit tertentu. Von Plenciz membuat pembedaan antara penyakit yang dapat menular dan mewabah, seperti campak dan disenteri, dengan penyakit yang menular tetapi tidak mewabah, seperti rabies dan kusta.<ref>{{Cite journal|last=Winslow|first=Charles-Edward Amory|date=1967|title=Conquest of Epidemic Disease: A Chapter in the History of Ideas. Hafner Publishing Co Ltd|journal=Hadner Publishing Co Ltd|issue=ISBN 978-0028548807}}</ref>  Pada saat itu, pendapat medis yang diterima adalah bahwa penyakit itu disebarkan oleh apa yang dikenal sebagai miasma, uap atau kabut beracun, berbau busuk dan terdiri dari partikel-partikel dari bahan-bahan yang membusuk.<ref>{{Cite web|last=Fone|first=Martin|date=14 Maret 2020|title=Curious Questions: Who first discovered that washing your hands stops the spread of disease?, Country Life|url=https://www.countrylife.co.uk/comment-opinion/curious-questions-who-first-discovered-that-washing-your-hands-stops-the-spread-of-disease-212879|website=Country Life|access-date=18 Oktober 2021}}</ref> Dia juga mampu membuktikan bahwa bakteri adalah penyebab sepsis fatal yang telah diidentifikasi oleh [[Ignaz Semmelweis]]. IniPembuktian ini membuka jalan bagi pengembangan vaksin dan membuka jalan bagi penemuan Fleming yang mengarah pada pengembangan antibiotik.<ref>{{Cite web|last=Grenville|first=Andrew|date=9 April 2020|title=Social Distancing and Germ Theory”: How Good Ideas Spread.|url=https://www.marugroup.net/insights/blog/social-distancing-germ-theory-good-ideas-spread,|website=Maru Group Ltd|access-date=18 Oktober 2021}}</ref> Meskipun demikian, teori yang dikemukakan oleh von Plenciz tidak diterima oleh komunitas medis.
=== Agostino Bassi ===
[[:en:Agostino_Bassi|Agostino Bassi]] lahir pada tanggal 25 September 1773 di [[Mairago]], Provinsi Lodi, Italia. Ia adalah seorang ahli [[entomologi]] dan menjadi orang pertama yang menuangkan ide etiologi tentang genesis mikrobiologi penyakit dalam sebuah penelitian. <ref>{{Cite journal|last=Mazzarello|first=Paolo|last2=Garbarino|first2=Carla|last3=Cani|first3=Valentina|date=2013-09-01|title=Bassi, Agostino|url=https://www.researchgate.net/publication/283483135_Bassi_Agostino|journal=eLS. John Wiley & Sons, Ltd: Chichester|doi=10.1002/9780470015902.a0025074}}</ref>
 
Pada tahun 1807, ia mulai melakukan penelitian terhadap penyakit di ulat sutra, ''mal de segno'', yang mulai dari tahun 1800-an merusak peternakan ulat sutra dan menyebabkan kerugian ekonomi yang serius di Italia dan Prancis. [[Ngengat sutra|Ulat sutra]] (''Bombyx mori'') yang sakit tidak menunjukkan tanda-tanda sakit sampai mereka hampir mati. Pada titik ini mereka berhenti makan dan memperlambat gerakan merekatubuh melambat. Setelah mati, tubuh mereka yang lembut akan menjadi keras, kering, rapuh seperti kaca, dan dilapisi bubuk putih. Terkadang, tanda-tanda kematian ini akan muncul pada ulat sutra yang sudah dekat dengan kematiannya. Oleh karena itu, penyakit ini disebut dengan ''sign disease'' (penyakit tanda). Selain itu, karena adanya bubuk putih yang menyelimuti ulat sutra yang mati, disebut juga ''calcinaccio'' (''calce'' berarti kapur).<ref>{{Cite journal|last=Mazzarello|first=Paolo|last2=Garbarino|first2=Carla|last3=Cani|first3=Valentina|date=2013-09-01|title=Bassi, Agostino|url=https://www.researchgate.net/publication/283483135_Bassi_Agostino|journal=eLS. John Wiley & Sons, Ltd: Chichester|doi=10.1002/9780470015902.a0025074}}</ref>
 
Ia kemudian melakukan beberapa eksperimen untuk mereproduksi penyakit calcinaccio berdasarkan asumsi dari pembudidaya bahwa penyakit ini muncul secara spontan melalui faktor lingkungan, seperti: makanan, suasana, dan metode pembudidayaan.<ref>{{Cite journal|last=Porter|first=J R|date=1973-09|title=Agostino Bassi bicentennial (1773-1973)|url=https://journals.asm.org/doi/10.1128/br.37.3.284-288.1973|journal=Bacteriological Reviews|language=en|volume=37|issue=3|pages=284–288|doi=10.1128/br.37.3.284-288.1973|issn=0005-3678}}</ref> Setelah memberikan berbagai zat beracun, mineral, [[Korosif|zat korosif,]] dan [[Natrium hidroksida|kaustik]], tidak ada satupun yang membuahkan hasil. Hingga padaPada akhirnya, ia berhasil mereproduksi penyakit yang mirip dengan calcinaccio dengan memasukkan ulat sutra ke dalam kantong kertas dari cerobong asap. Namun, Agostino menyadari bahwa ulat sutra ini tidak mengidap penyakit yang dimaksud.
 
Agostino kemudian mulai mengeksplorasi hipotesis baru sebagai alternatif hipotesis bahwa penyakit ini terjadi secara spontan melalui lingkungan. Hingga akhirnya, sebelum tahun 1826, para [[naturalis]] menyimpulkan bahwa penyebab penyakit adalah organisme hidup, vegetatif, dan merupakan tanaman dari keluarga [[Kriptogamae|kriptogam]], jamur parasit. <ref>{{Cite journal|last=Mazzarello|first=Paolo|last2=Garbarino|first2=Carla|last3=Cani|first3=Valentina|date=2013-09-01|title=Bassi, Agostino|url=https://www.researchgate.net/publication/283483135_Bassi_Agostino|journal=eLS. John Wiley & Sons, Ltd: Chichester|doi=10.1002/9780470015902.a0025074}}</ref>
 
Melalui pengamatan mikroskopis, Agostino menetapkan bahwa penularan penyakit dapat terjadi dari [[inokulasi]] langsung dari bubuk putih (yang melapisi ulat sutra yang terinfeksi calcinaccio) melalui makanan, udara, tangan dan pakaian pembudidaya, dan juga lalat yang telah terkontaminasi bubuk putih. Setelah mengobservasi bubuk putih yang didapatkan dari tubuh ulat sutra yang mati, didapatkan bahwa bubuk putih ini dapat menginfeksi ulat yang sehat melalui inokulasi langsung dengan daya infektivitas paling lama tiga tahun. Karakteristik yang dimiliki oleh infeksi selalu sama, bukan hanya setelah dieksperimenkan pada ulat spesies lainnya, bahkan menggunakan serangga yang masih hidup. Agostino juga menemukan bahwa kelembaban dan suhu dapat mendukung perkembangan mikroorganisme dan kapasitas infeksinya.
 
Agostino merumuskan sebuah siklus penting, yaitu penyakit calcinaccio ini ditularkan dari satu pembibitan ulat sutra ke pembibitan ulat sutra lainnya. Begitu pula dari satu tempat budidaya ulat sutra ke yang lainnya hingga menyebar ke seluruh negeri. Metode ini sama dengan penyakit menular dalam tubuh manusia yang dapat menyebar secara bertahap. Dinamika penularan calcinaccio atau ''sign disease'' (penyakit tanda) ini dapat mencerminkan penularan penyakit secara umum, sehingga kesimpulan dari penelitian ini memperoleh validasi umum. <ref>{{Cite journal|last=Mazzarello|first=Paolo|last2=Garbarino|first2=Carla|last3=Cani|first3=Valentina|date=2013-09-01|title=Bassi, Agostino|url=https://www.researchgate.net/publication/283483135_Bassi_Agostino|journal=eLS. John Wiley & Sons, Ltd: Chichester|doi=10.1002/9780470015902.a0025074}}</ref>
Setelah mengobservasi bubuk putih yang didapatkan dari tubuh ulat sutra yang mati, didapatkan bahwa bubuk putih ini dapat menginfeksi ulat yang sehat melalui inokulasi langsung dengan daya infektivitas paling lama tiga tahun.
 
Pada tahun 1835, Agostino Bassi menuliskan penemuannya dalam buku ''Del mal del segno, calcinaccio o moscardino'' (“The“''The Disease of the Sign, Calcinaccio or Muscardine”Muscardine''”). Penemuan Agostino merupakan terobosan dalam sejarah ilmu alam dan kedokteran. Ini adalah pembuktian pertama bahwa penyakit disebabkan oleh [[mikroorganisme]] dan memiliki rantai penularan. Hal ini menjadi pelopor teori kuman penyakit oleh [[Robert Koch]] dan [[Louis Pasteur]]. <ref>{{Cite web|title=Agostino Bassi {{!}} Italian bacteriologist|url=https://www.britannica.com/biography/Agostino-Bassi|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref>
Karakteristik yang dimiliki oleh infeksi selalu sama, bukan hanya setelah dieksperimenkan pada ulat spesies lainnya, bahkan menggunakan serangga yang masih hidup. Agostino juga menemukan bahwa kelembaban dan suhu dapat mendukung perkembangan mikroorganisme dan kapasitas infeksinya.
 
Agostino merumuskan sebuah siklus penting:
 
Penyakit calcinaccio ini ditularkan dari satu pembibitan ulat sutra ke pembibitan ulat sutra lainnya. Begitu pula dari satu tempat budidaya ulat sutra ke yang lainnya hingga menyebar ke seluruh negeri. Sama halnya dengan penyakit menular dalam tubuh manusia yang dapat menyebar secara bertahap.
 
Dinamika penularan calcinaccio atau ''sign disease'' (penyakit tanda) ini dapat mencerminkan penularan penyakit secara umum, sehingga kesimpulan dari penelitian ini memperoleh validasi umum. <ref>{{Cite journal|last=Mazzarello|first=Paolo|last2=Garbarino|first2=Carla|last3=Cani|first3=Valentina|date=2013-09-01|title=Bassi, Agostino|url=https://www.researchgate.net/publication/283483135_Bassi_Agostino|journal=eLS. John Wiley & Sons, Ltd: Chichester|doi=10.1002/9780470015902.a0025074}}</ref>
 
Pada tahun 1835, Agostino Bassi menuliskan penemuannya dalam buku Del mal del segno, calcinaccio o moscardino (“The Disease of the Sign, Calcinaccio or Muscardine”). Penemuan Agostino merupakan terobosan dalam sejarah ilmu alam dan kedokteran. Ini adalah pembuktian pertama bahwa penyakit disebabkan oleh [[mikroorganisme]] dan memiliki rantai penularan. Hal ini menjadi pelopor teori kuman penyakit oleh [[Robert Koch]] dan [[Louis Pasteur]]. <ref>{{Cite web|title=Agostino Bassi {{!}} Italian bacteriologist|url=https://www.britannica.com/biography/Agostino-Bassi|website=Encyclopedia Britannica|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref>
 
=== Ignaz Semmelweis ===
Baris 262 ⟶ 230:
Postulat Koch juga memengaruhi ilmuwan yang hendak meneliti patogenesis mikrobial dari sudut pandang molekuler. Pada tahun 1980-an, berkembang sebuah versi molekuler postulat Koch yang digunakan untuk mengidentifikasi gen mikrobial yang mengenkod faktor virulen.<ref>{{cite journal|author=Falkow S|year=1988|title=Molecular Koch's postulates applied to microbial pathogenicity|url=https://semanticscholar.org/paper/acbf3cc939b002c9eda19269219be1a42fc69b12|journal=Reviews of Infectious Diseases|volume=10|issue=Suppl 2|pages=S274–76|doi=10.1093/cid/10.Supplement_2.S274|pmid=3055197}}</ref>
 
'''Postulat Koch:'''
 
'''Postulat Koch:'''
 
Postulat Koch adalah prosedur untuk memasangkan suatu penyakit dengan tepat satu patogen tertentu. Postulat Koch terdiri dari 4 poin, yaitu:
Baris 284 ⟶ 251:
Prosedur tentang hubungan antara kuman dan penyakit Edwin Klebs:
 
1.# Studi mikroskopis yang teliti terhadap organ yang sakit.
2.# Isolasi dan kultur patogen yang terasosiasi dengan penyakit.
 
3.# Produksi penyakit yang sama dengan inokulasi ke organisme yang sehat.
2. Isolasi dan kultur patogen yang terasosiasi dengan penyakit.
 
3. Produksi penyakit yang sama dengan inokulasi ke organisme yang sehat.
 
Ketiga prosedurnya sangat mirip dengan yang dibuat oleh Koch dan murid-muridnya, tetapi Klebs tidak dapat memverifikasi prosedurnya tersebut karena dia tidak dapat mengisolasi kultur murni yang merupakan persyaratan utama untuk melakukan postulat Koch dan prosedurnya sendiri.
 
Friedrich Loeffler (1852–1915), salah satu asisten Koch, menerbitkan makalah yang membahas tentang [[difteri]]. Dalam makalahnya, Loeffler menyatakan bahwa 3 postulat tersebut harus dilengkapi lagi untuk membuktikan bahwa difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu. Hal ini diperlukan untuk menunjukkan sifat parasit yang dimiliki oleh suatu penyakit. Pendapat Loeffler ini hampir identik dengan prosedur yang dijelaskan oleh Koch setahun sebelumnya.<ref name=":18" />
 
Friedrich Loeffler (1852–1915), salah satu asisten Koch, menerbitkan makalah yang membahas tentang difteri. Dalam makalahnya, Loeffler menyatakan bahwa 3 postulat tersebut harus dilengkapi lagi untuk membuktikan bahwa difteri adalah penyakit yang disebabkan oleh mikroorganisme tertentu. Hal ini diperlukan untuk menunjukkan sifat parasit yang dimiliki oleh suatu penyakit. Pendapat Loeffler ini hampir identik dengan prosedur yang dijelaskan oleh Koch setahun sebelumnya.<ref name=":18" />
 
 
'''Koch dan Metode Kultur Bakteri'''
Baris 308 ⟶ 271:
Koch kemudian bereksperimen untuk membuat media tumbuh dengan zat lain. Karena saran dari salah satu asistennya yang suka membuat selai dan jeli, Koch mencoba membuat media dari agar-agar. Ternyata, media dari agar-agar adalah media yang ideal untuk menumbuhkan mikroba. Agar-agar masih digunakan sampai sekarang sebagai media terbaik untuk kultur bakteri.<ref>{{Cite book|last=Goldstein|first=Natalie|date=Oktober 2010|url=https://books.google.co.id/books/about/Germ_Theory.html?id=idAQPQAACAAJ&source=kp_book_description&redir_esc=y|title=Germ Theory|location=New York|publisher=Infobase Publishing|isbn=978-1-4381-3520-5|pages=76|url-status=live}}</ref>
 
=== Joseph Lister ===
Joseph Lister adalah seorang dokter dari Britania Raya yang mengembangkan aplikasi teori kuman penyakit dalam lingkungan medis. Ia mengembangkan penggunaan asam karbol sebagai antiseptik.
'''Kehidupan awal Joseph Lister'''
 
Sir Joseph Lister lahir di Upton, Essex, Inggris pada tanggal 5 April 1827. Sir Joseph Lister lahir dari pasangan Joseph Jackson dan Isabella Lister. Joseph Jackson mengembangkan lensa akromatik yang membantu dalam perkembangan mikroskop modern.
 
Sir Joseph Lister dikenal sebagai Bapak Bedah Antiseptik Modern. Beliau menggunakan asam karbol sebagai agen antiseptik. Beliau menyumbangkan teknik penerapan yang bila dikombinasikan dengan alat sterilisasi panas, bisa menghasilkan penurunan kematian pascaoperasi yang signifikan.
 
Semasa kecil, Joseph Lister mengenyam pendidikan di School at Hitchen and Groven House, Tottenham. Lister merupakan siswa yang cerdas dan sedari awal sudah menunjukkan ketertarikan akan ilmu alam. Lister sedari awal sudah mengetahui apa yang menjadi keinginannya yaitu ingin menjadi dokter bedah. Lister pindah ke Universitas London pada tahun 1844. Pada masa perkuliahan, Lister menderita cacar dan mengalami gangguan mental yang mengharuskannya pergi ke Irlandia guna penyembuhan diri. Tiga tahun kemudian, tepatnya pada tahun 1847, Lister mendapatkan gelar Bachelors of Arts.
 
Beberapa tahun kemudian, Lister mengambil studi bidang kedokteran di University College of London dan saat itu penggunaan anestesi baru diperkenalkan dalam dunia bedah. Ketika menjadi mahasiswa, Lister mempublikasikan tulisan pertamanya yang berjudul “On the Contractile Tissue of the Iris,” dan kemudian disusul oleh publikasi tulisan keduanya yang berjudul  “Muscular Tissue of the Skin”. Lister lulus dengan gelar Bachelor of Medicine dan menerima beasiswa di  Royal Society of Surgeons. Satu tahun kemudian, mentor sekaligus profesor dari Lister, William Sharpey memberikan saran kepada Lister agar mengunjungi pusat-pusat kesehatan. Salah satu dari pusat-pusat kesehatan itu adalah daerah Edinburgh, dan pada akhir tahun, Lister juga diminta untuk bekerja dengan Profesor James Syme di bangsal rumah sakitnya yang berada di Eropa.  Pada tahun 1854, Lister menjadi asisten ahli bedah di rumah sakit Syme sembari aktif mengajar. Pada saat berada di Edinburgh, Lister bertemu dengan putri sulung dari James yang bernama Agnes, kemudian Lister menikahinya pada tahun 1856. Setelah menikah, Lister menemui tenaga medis yang sudah terdepan pada saat itu dan setelahnya, Lister kembali ke Edinburgh dan memulai praktik medis.
 
Pada tahun 1860, Lister diangkat menjadi profesor bedah di University of Glasgow, dan setelahnya  Lister ditunjuk sebagai ahli bedah dari Rumah Sakit Kerajaan. Selama di Glasgow,  Lister mengembangkan prinsip-prinsipnya mengenai teknik antiseptik. Sepanjang karirnya, Lister juga memikirkan gagasannya mengenai luka infeksi. Ahli-ahli bedah pada saat itu sudah melakukan observasi bahwa “bencana sepsis” lebih lumrah terjadi di rumah sakit dibandingkan rumah penduduk biasa dan lebih banyak tersebar di area perkotaan dibandingkan pedesaan<ref>{{Cite journal|last=Arunakul|first=Nikorn R|date=2003-03|title=Dr. Joseph Lister:|url=https://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/S1068607X02001658|journal=Primary Care Update for OB/GYNS|language=en|volume=10|issue=2|pages=71–72|doi=10.1016/S1068-607X(02)00165-8}}</ref>.
 
Sebagai ahli bedah di Glasgow Royal Infirmary, Lister menemukan bahwa ia kehilangan hampir setengah dari seluruh kasus amputasi yang ditanganinya karena sepsis. Lister mulai melakukan percobaan-percobaan dengan menggunakan metode baru guna mencegah terjadinya infeksi. Lister berfokus pada teori Louis Pasteur yang menjelaskan bahwa pembusukan materi disebabkan oleh organisme hidup yang masuk ke dalamnya. Lister sadar bahwa mikroba ini harus dimusnahkan sebelum memasuki area luka. Berbekal pengetahuan penyemprotan dengan karbol bisa mencegah parasit penyebab penyakit ternak, Lister menggunakan larutan karbol untuk membersihkan dan melarutkan luka. Lister berhasil melakukannya pada tahun 1865, dan pada tahun 1867 Lister melaporkan bahwa bangsalnya sudah bebas dari sepsis selama 9 bulan. Akan tetapi, metodenya kontroversial karena penggunaan karbol pada area yang luka menyebabkan rasa perih pada jaringan tubuh ahli bedah dan juga pasien itu sendiri. Segera setelah ditawarkan posisi ahli bedah pada tahun 1877, Lister membuktikan keahliannya dengan mengoperasi Francis Smith yang mengalami keretakan pada lutut. Lister berhasil mengoperasi Francis dengan metode antiseptiknya sehingga Francis dapat keluar dari rumah sakit tiga bulan setelahnya<ref>{{Cite web|title=Lord Lister, 'Father of antiseptic surgery' {{!}} Feature from King's College London|url=https://www.kcl.ac.uk/lord-lister-father-of-antiseptic-surgery-2|website=www.kcl.ac.uk|language=en-GB|access-date=2021-10-18}}</ref>.  
 
'''Praktik Bedah Pra-Lister'''
 
Praktik bedah pada masa Joseph Lister terbilang primitif berdasarkan standar modern dan memiliki tingkat kematian pasien pascaoperasi yang terbilang tinggi. Hampir 80% dari seluruh operasi diikuti oleh gangren.<ref name=":9">{{Cite journal|last=Jessney|first=Benn|date=2012-08|title=Joseph Lister (1827–1912): a pioneer of antiseptic surgery remembered a century after his death|url=http://dx.doi.org/10.1258/jmb.2011.011074|journal=Journal of Medical Biography|volume=20|issue=3|pages=107–110|doi=10.1258/jmb.2011.011074|issn=0967-7720}}</ref> Pada tahun 1860 di rumah sakit St Bartholomew di London, Inggris, hampir 40% dari seluruh pasien yang menjalani amputasi meninggal dunia. Sementara itu di Paris, pasien meninggal dunia setelah amputasi mencapai 52%.<ref name=":10">{{Cite journal|last=Barr|first=Justin|last2=Podolsky|first2=Scott H|date=2017-03|title=Listerism then and now|url=http://dx.doi.org/10.1016/s0140-6736(17)30652-9|journal=The Lancet|volume=389|issue=10073|pages=1002–1003|doi=10.1016/s0140-6736(17)30652-9|issn=0140-6736}}</ref> Meskipun dugaan bahwa kuman dapat menyebabkan penyakit sudah ada pada saat itu, tidak ada yang mengasosiasikan kuman dengan infeksi pada luka. Kebanyakan orang saat itu tidak menerima peran infeksi sebagai penyebab kematian pasca operasi dan menganggap kematian sebagai sesuatu yang tak terelakkan.<ref name=":9" /> Instrumen bedah saat itu hanya dibersihkan seadanya sebelum disimpan sementara alas tempat tidur dan jas operasi tidak dicuci. Pasien jarang dibersihkan dari kotoran dan ahli bedah jarang mencuci tangannya sebelum menjalankan operasi. Instrumen medis yang sama digunakan bergantian untuk memeriksa luka seluruh pasien tanpa dibersihkan terlebih dahulu. Nanah pada luka pada saat itu dianggap sebagai proses penyembuhan normal.<ref name=":11">{{Cite journal|last=Pitt|first=Dennis|last2=Aubin|first2=Jean-Michel|date=2012-10-01|title=Joseph Lister: father of modern surgery|url=http://dx.doi.org/10.1503/cjs.007112|journal=Canadian Journal of Surgery|volume=55|issue=5|pages=E8–E9|doi=10.1503/cjs.007112|issn=0008-428X}}</ref>
Baris 329 ⟶ 278:
Sebagian besar ahli bedah pada masa Lister percaya bahwa infeksi disebabkan oleh miasma.<ref>{{Cite web|title=Bloody hands, dirty knives: The horrors of Victorian medicine|url=https://www.aamc.org/news-insights/bloody-hands-dirty-knives-horrors-victorian-medicine|website=AAMC|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Bau pembusukkan di rumah sakit diasosiasikan dengan resiko penyakit. Sebagian yang lain percaya penyakit terbentuk secara spontan pada materi organik yang membusuk dan menyebar melalui udara. Karena hal ini, menjaga luka tetap bersih bukanlah sesuatu yang diperhatikan oleh ahli bedah saat itu.<ref name=":9" /><ref name=":11" />
 
Joseph Lister adalah orang pertama yang menerapkan teori kuman penyakit ke dalam prosedur operasi medis (sciencemuseum.org). Ketertarikan Lister pada penyembuhan luka berawal ketika ia bekerja pada Sir Erichsen. Erichsen, seperti ahli bedah lainnya, percaya bahwa luka terinfeksi oleh miasma yang muncul dari luka itu sendiri dan terkonsentrasi di udara. Erichsen mendeduksi 7 orang pada bangsal dengan luka yang terinfeksi menyebabkan tersebarnya udara buruk penyebab gangren. Namun, Lister tidak percaya dan menduga bahwa sesuatu di dalam luka itu sendiri yang menyebabkan gangren. Dugaan ini muncul karena ketika luka dibersihkan, luka tersebut membaik.<ref>{{Cite book|last=Ackerknecht|first=Erwin H.|date=1982|url=https://www.worldcat.org/oclc/8172172|title=A short history of medicine|location=Baltimore|publisher=Johns Hopkins University Press|isbn=0-8018-2726-4|edition=Revised edition|oclc=8172172}}</ref>
 
'''Metode Bedah Antiseptik Lister'''
 
Lister mengembangkan bedah antiseptik dengan menggunakan larutan asam karbol. Asam karbol berpotensi mengeliminasi kuman yang terdapat pada luka dengan mencuci, membersihkan, dan menyemprot luka. Peralatan, tangan ahli bedah, dan seluruh lingkungan bedah juga dibersihkan dengan asam karbol.<ref>{{Cite journal|last=Toledo-Pereyra|first=Luis H.|date=2010-09|title=Joseph Lister's Surgical Revolution|url=http://www.tandfonline.com/doi/full/10.3109/08941939.2010.520574|journal=Journal of Investigative Surgery|language=en|volume=23|issue=5|pages=241–243|doi=10.3109/08941939.2010.520574|issn=0894-1939}}</ref> Lister pertama kali merancang pengobatan untuk membasmi kuman melalui pembalut yang direndam dalam asam karbol dan menerapkannya pada James Greenlees pada tahun 1865.<ref name=":10" /> James Greenlees, yang pada saat itu berusia 11 tahun, dibawa ke rumah sakit dengan tulang menonjol dari luka pada kaki kiri bawahnya akibat tertabrak gerobak. Lister kemudian memerintahkan stafnya untuk membalut luka dengan pembalut yang dicelupkan ke dalam asam karbol. Luka tersebut kemudian ditutupi kertas timah untuk mencegah penguapan asam karbol. Empat hari kemudian, Lister memeriksa luka tersebut kembali. Bukannya terbentuk gangren, luka tersebut justru bersih.<ref>{{Cite web|last=Hollingham|first=Richard|title=The pioneering surgeons who cleaned up filthy hospitals|url=https://www.bbc.com/future/article/20200812-the-pioneering-surgeons-who-cleaned-up-filthy-hospitals|website=www.bbc.com|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Mengetahui pembalut dengan asam karbol dapat mencegah infeksi pada Greenlees, Lister melakukan percobaan pada pasien lainya. Sembilan dari 12 percobaan yang Lister lakukan tidak menunjukkan adanya infeksi pada luka.<ref name=":10" /> Jika dibandingkan dari hasil-hasil sebelumnya, hasil yang diperoleh Lister dianggap luar biasa. Hasil ini kemudian dideskripsikan Lister di dalam ''The Lancet.''<ref name=":12">{{Cite journal|last=Cope|first=Zachary|date=1967|title=Joseph Lister, 1827-1912|url=https://www.jstor.org/stable/25411706|journal=The British Medical Journal|volume=2|issue=5543|pages=7–8|issn=0007-1447}}</ref> Pada 20 April 1867, Lister melakukan operasi pengangkatan tumor dari lengan. Lister menggunakan larutan asam karbol sebagai losion pada luka mentah dan mengoleskan pasta karbol antiseptik pada luka yang dijahit. Hasil yang diperoleh Lister terbilang bagus. Empat bulan berikutnya Lister berhasil menggunakan metode antiseptik untuk beberapa amputasi dengan hasil yang baik.<ref name=":12" />
 
'''Pengaruh metode bedah antiseptik Lister'''
 
Penerapan metode Lister dalam dunia bedah sangat berpengaruh pada perkembangan dunia bedah modern. Sebelum masa Lister, ungkapan yang umum dalam dunia bedah adalah “operasi berhasil akan tetapi pasien meninggal”. Perkembangan dari sistem antiseptik yang dikembangkan oleh Joseph Lister secara signifikan merubah  resiko kematian dari pascaoperasi yang sebelumnya mencapai 40% menjadi kurang dari 3% pada tahun 1910. Keberhasilan Lister ini dipublikasikan secara luas, sehingga praktisi lainnya dapat melihat bagaimana Lister menggunakan keahliannya dalam membangun metode baru dalam dunia bedah. <ref>{{Cite web|title=Lord Lister, 'Father of antiseptic surgery' {{!}} Feature from King's College London|url=https://www.kcl.ac.uk/lord-lister-father-of-antiseptic-surgery-2|website=www.kcl.ac.uk|language=en-GB|access-date=2021-10-18}}</ref>
Baris 349 ⟶ 294:
*[[Rudolf Virchow]]
*[[Penyakit zimotik]]
 
== Catatan kaki ==
{{Reflist|group=N}}