Teori kuman penyakit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
→‎Perkembangan: menghapus paragraf non-ensiklopedis
→‎Perkembangan: wikifisasi lebih lanjut
Baris 35:
Pada awal abad ke-16, Girolamo Fracastoro, seorang penyair, dokter, dan matematikawan, mencoba menganalisis konsep penularan dan infeksi. Di tahun 1546, ia menerbitkan tulisannya yang berjudul ''Contagious Diseases and Their Cure''. Beberapa ilmuwan seperti Edward Jenner, Ignaz Semmelweis, dan Robert Koch melakukan riset lebih lanjut terkait teori ini.<ref name=":3">{{Cite book|last=Gaynes|first=Robert P.|date=2011-01-01|url=http://www.asmscience.org/content/book/10.1128/9781555817220|title=Germ Theory: Medical Pioneers in Infectious Diseases|publisher=American Society of Microbiology|isbn=978-1-55581-529-5|language=en|doi=10.1128/9781555817220}}</ref> Pada abad ke-18 teori kuman penyakit pada awalnya hanyalah campuran teori dari pemikiran medis beberapa ahli. Pada abad ini teori kuman penyakit kembali mengalami kemajuan karena timbulnya penyakit cacar. Pada saat itu beberapa ilmuwan seperti Edward Jenner melakukan serangkaian metode ilmiah seperti membuat hipotesis, menguji, dan membuktikan teori vaksinasi.
 
Perkembangan pesat dari Teoriteori Kumankuman Penyakit tentunyapenyakit tidak telepas dari perkembangan teknologi mikroskop. [[Mikroskop]] dengan memanfaatkan pembiasan cahaya yang melewati lensa, dapat membuat bayangan benda-benda kecil menjadi berkali-kali lipat ukuran aslinya. Oleh karena itu, objek-objek kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang seperti keberadaan bakteri akhirnya akhirnya dapat diobservasi pertama kali oleh [[Antony van Leeuwenhoek|Anton van Leeuwenhoek]] pada 1676.<ref>{{Cite web|title=The discovery of bacteria {{!}} American Association for the Advancement of Science|url=https://www.aaas.org/discovery-bacteria|website=www.aaas.org|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Pada akhirnya, di abad-19 teori kuman penyakit ini berkembang dan dikenal oleh masyarakat.<ref name=":3" />
 
[[Louis Pasteur]] menjadi salah satu tokoh utama yang berjasa untuk memperkenalkan [[bakteriologi]], ilmu yang mempelajari tentang bakteri. Berkat hasil kerjanya, ia berhasil mengaplikasikan [[inokulasi]] (vaksinasi) pada domba dan sapi untuk mencegah [[antraks]], [[Kolera unggas|kolera pada unggas]], dan juga [[rabies]] pada manusia dan anjing. Selanjutnya [[Robert Koch]] yang juga menjadi salah satu pionir bakteriologi, berhasil menunjukkan bahwa bakteri dapat dibudidayakan, diisolasi, dan diujikan di laboratorium. Ia kemudian pada tahun 1882 menemukan organisme penyebab [[tuberkulosis]] serta organisme penyebab kolera pada 1883.<ref name=":14" />
 
Abad ke-19 ini menjadi era kejayaan bagi teori kuman penyakit. Hal ini dikarenakan,karena teori ini telah dikenal oleh masyarakat luas, sehingga. sejakSejak saat itu, masyarakat percaya bahwa beberapa penyakit yang menyerang manusia selama beradabberabad-abad tenyata disebabkan oleh invasi mikroorganisme ke dalam tubuh manusia. Teori kuman penyakit ini memberikan dampak yang sangat besar bagi perkembangan [[Epidemiologi|epidemologi]] penyakit infeksi. Hal ini dikarenakan teori kuman penyakit ini telah memberikan pencerahan bagi para ilmuwan untuk mengidentifikai berbagai penyakit baru yang menyerang manusia. Berkat teori ini juga, banyak penyakit yang akhirnya dapat dicegah dan juga disembuhkan. Teori kuman penyakit ini mengarahkan para ilmuwan untuk menghasilkan obat-obatan antibiotik dan antimikrobasepertiantimikroba seperti [[vaksin]], steriliasi[[sterilisasi]], [[preurisasi]], dan [[Kesehatan masyarakat|program sanitasi publik]]. Teori ini terus berkembang hingga ke level molekul pada abad ke-20. <ref name=":2" />
 
Teori kuman penyakit menghubungkan penyebab suatu penyakit dengan mikoorganisme tertentu yang berada di dalam tubuh manusia. Teori ini akhirnya menolak teori miasma yang mengatakan bahwa penyakit disebabkan oleh miasma semacam "udara buruk" yang keluar dari materi organik yang membusuk.<ref name=":0">{{citation|contribution=miasma theory|title=A Dictionary of Public Health|editor=John M. Last|publisher=Oxford University Press|year=2007|location=Westminster College, Pennsylvania|url=https://archive.org/details/dictionaryofpubl0000last|isbn=9780195160901|url-access=registration}}</ref>
 
Meskipun telah banyak data dan fakta yang digunakan untuk memvalidasi Teori Kuman Penyakit, namun tentunya masih ada orang-orang yang menolak teori ini. Kepercayaan yang menolak Teori Kuman Penyakit disebut sebagai ''[[:en:Germ_theory_denialism|germ theory denialism]]''.  Kepercayaan ini berawal dari [[:en:Antoine_Béchamp|Antoine Béchamp]], seorang biokimiawan asal Prancis yang menghasilkan berbagai hasil penelitian pada pertengahan tahun 1800-an. Béchamp mempostulasikan bahwa mikroorganisme bukan merupakan penyebab dari penyakin, namun sebaliknya, jaringan tubuh yang sakitlah yang menyebabkan munculnya mikroorganisme. Sehingga, kesehatan dari suatu organisme, atau disebut “terrain”-lah yang merupakan penentu utama sakit atau tidaknya organisme tersebut, bukannya keberadaan mikroorganisme. Ide ini disebut sebagai Teori Pleomorfik Penyakit yang saat ini hanya digunakan oleh orang-orang yang menolak vaksinasi dan pengobatan alternatif yang mempercayai bahwa makanan adalah obat. <ref>{{Cite news|last=Pontin|first=Jason|title=The 19th-Century Crank Who Tried to Tell Us About the Microbiome|url=https://www.wired.com/story/the-19th-century-crank-who-tried-to-tell-us-about-the-microbiome/|newspaper=Wired|language=en-US|issn=1059-1028|access-date=2021-10-20}}</ref>
 
=== Israel Kuno ===
Hukum Musa atau Taurat Musa (1000 SM) merupakan salah satu bukti pemikiran-pemikiran awal tentang penularan dalam penyebaran penyakit, yang bertentangan dengan tradisi medis klasik dan tulisan-tulisan oleh Hippocrates<ref>{{Cite book|last=McGrew|first=Roderick|date=1985|title=Encyclopedia of medical history|location=London|publisher=Macmillan|url-status=live}}</ref>. Dalam Hukum Musa, hal ini disebut dengan ''contagium animatum'' atau penyebaran penyakit yang tak kasat mata melalui kontak fisik yang berdekatan<ref>{{Cite web|last=Gillen|first=Dr. Alan L.|last2=Oliver|first2=Douglas|date=2009|title=Creation and the Germ Theory|url=https://answersingenesis.org/biology/microbiology/creation-and-the-germ-theory/|website=Answers in Genesis web site|access-date=17 Oktober 2021}}</ref>. Untuk mencegah penyebaran penyakit tersebut, Hukum Musa membahas tentang pentingnya memberlakukan peraturan kebersihan dalam masyarakat, menjaga kesehatan reproduksi, dan memerintahkan karantina bagi penderita kusta atau penyakit kelamin. Termasuk di antara bentuk-bentuk tanggung jawab kesehatan individual dan masyarakat adalah kebersihan makanan, tempat tinggal atau rumah, waktu untuk istirahat, pembuangan sampah yang benar, dan akses air bersih<ref name=":8">{{Cite journal|last=Tulchinsky|first=Theodore|last2=Varavikova|first2=Elena|date=2014|title=A History of Public Health|journal=The New Public Health}}</ref>. Masyarakat Israel Kuno juga diperintahkan untuk mencuci tangan dan benda lain sebagai bentuk pemurnian. Selain itu, terdapat juga larangan untuk memakan daging binatang yang sakit atau kotor, serta tata cara penyembelihan binatang agar bisa disimpan lebih lama.
Baris 52 ⟶ 47:
Kewajiban untuk menjaga kebersihan dan kesehatan yang terdapat dalam Hukum Musa tersebut merupakan pesan dari Tuhan untuk para umat manusia yang disampaikan lewat Musa. Oleh karena itu, praktik-praktik kebersihan dianggap sebagai bagian dari kegiatan keagamaan. Pembahasan mengenai kebersihan dan kesehatan manusia yang terdapat dalam Hukum Musa menciptakan dasar ''health policies'' dalam individu dan masyarakat modern.
 
=== Yunani dan RomaRomawi ===
Di periode klasik, seorang sejarawan Yunani, [[Thukidides]] (sekitar 460 – 400 SM) adalah orang pertama yang menyatakan bahwa penyakit dapat menular dari orang yang berpenyakit ke orang lain.<ref name=":5">Thucydides with Richard Crawley, trans., ''History of the Peloponnesian War'' (London, England: J.M. Dent & Sons, Ltd., 1910), Book III, § 51, [https://archive.org/stream/pelocrawleyr00thucuoft#page/130/mode/2up pp. 131–32.] From pp. 131–32: " … there was the awful spectacle of men dying like sheep, through having caught the infection in nursing each other. This caused the greatest mortality. On the one hand, if they were afraid to visit each other, they perished from neglect; indeed many houses were emptied of their inmates for want of a nurse: on the other, if they ventured to do so, death was the consequence."</ref><ref>Singer, Charles and Dorothea (1917) "The scientific position of Girolamo Fracastoro [1478?–1553] with especial reference to the source, character and influence of his theory of infection," ''Annals of Medical History'', '''1''' : 1–34; [https://babel.hathitrust.org/cgi/pt?id=mdp.39015016778261;view=1up;seq=28 see p. 14.]</ref> Hal ini ia tulis dalam catatannya mengenai [[wabah Athena]]. Teori lain yang menyatakan bahwa penyakit tidak menular melalui kontak langsung adalah teori yang menyatakan bahwa penyakit disebar melalui "benih" (''semina'' dalam bahasa Latin) berbentuk [[spora]] yang ada dan dapat menyebar melalui udara. Penyair Romawi, [[Lucretius]] (sekitar 99 – 55 SM), dalam puisinya yang berjudul ''[[De rerum natura]]'' menulis bahwa dunia ini mengandung berbagai "benih" yang dapat membuat orang sakit apabila dihirup atau ditelan.<ref>Nutton, Vivian (1983) "The seeds of disease: an explanation of contagion and infection from the Greeks to the Renaissance," ''Medical History'', '''27''' (1) : 1–34; see p. 10. Available at: [https://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC1139262/?page=23 U.S. National Library of Medicine, National Institutes of Health]</ref><ref>Lucretius with Rev. John S. Watson, trans., ''On the Nature of Things'' (London, England: Henry G. Bohn, 1851), Book VI, lines 1093–1130, pp. 291–92; [https://archive.org/stream/onnaturethingsd00carugoog#page/n320/mode/2up see especially p. 292.] From p. 292: "This new malady and pest, therefore, either suddenly falls into the water, or penetrates into the very corn, or into other food of men and cattle. Or even, as may be the case, the infection remains suspended in the air itself; and when, as we breathe, we inhale the air mingled with it, we must necessarily absorb those ''seeds of disease'' into our body."</ref> Negarawan Romawi, [[Marcus Terentius Varro]] (116–27 SM) dalam bukunya ''Rerum rusticarum libri III'' (Tiga Buku Mengenai Agrikultur) yang dipublikasikan tahun 36 SM menulis bahwa: "Harus lebih berhati-hati di daerah rawa [...] karena di daerah tersebut ada makhluk-makhluk kecil yang tidak kasatmata, yang mengambang di udara dan dapat memasuki tubuh melalui mulut dan hidung. Makhluk tersebut kemudian menyebabkan penyakit serius."<ref>Varro, Marcus Terentius with Lloyd Storr-Best, trans., ''Varro on Farming'' (London, England: G. Bell and Sons, Ltd., 1912), Book 1, Ch. XII, [https://archive.org/stream/onfarmingmterent00varruoft#page/38/mode/2up/search/diseases p. 39.]</ref> Tabib Yunani Galenus (129 M – sekitar 200 atau 216) berspekulasi dalam bukunya, ''Tentang Penyebab Awal'' (sekitar 175 M) bahwa beberapa pasien mungkin memiliki "benih demam".<ref>Nutton (1983), p. 4</ref> Dalam bukunya yang lain berjudul ''Tentang Berbagai Jenis Demam'' (sekitar 175 M), Galenus berspekulasi bahwa wabah disebabkan oleh "sejenis benih wabah" yang ada di udara.<ref>Nutton (1983), p. 6</ref> Dalam bukunya yang berjudul ''Epidemi'' (sekitar 176–178 M), Galenus berpendapat bahwa pasiennya mungkin dapat kembali mengalami demam setelah sembuh akibat "benih penyakit" yang masih bersembunyi di dalam tubuh mereka. Benih ini dapat kembali menyebabkan demam apabila pasien tersebut tidak mengikuti proses terapi pengobatan yang diperintahkan seorang dokter.<ref>Nutton (1983), p. 7</ref>
 
Baris 280 ⟶ 275:
 
Koch kemudian bereksperimen untuk membuat media tumbuh dengan zat lain. Karena saran dari salah satu asistennya yang suka membuat selai dan jeli, Koch mencoba membuat media dari agar-agar. Ternyata, media dari agar-agar adalah media yang ideal untuk menumbuhkan mikroba. Agar-agar masih digunakan sampai sekarang sebagai media terbaik untuk kultur bakteri.<ref>{{Cite book|last=Goldstein|first=Natalie|date=Oktober 2010|url=https://books.google.co.id/books/about/Germ_Theory.html?id=idAQPQAACAAJ&source=kp_book_description&redir_esc=y|title=Germ Theory|location=New York|publisher=Infobase Publishing|isbn=978-1-4381-3520-5|pages=76|url-status=live}}</ref>
 
== Penolakan ==
Meskipun telah banyak data dan fakta yang digunakan untuk memvalidasi Teoriteori Kumankuman Penyakitpenyakit, namun tentunya masih ada orang-orang yang menolak teori ini. Kepercayaan yang menolak Teoriteori Kumankuman Penyakitpenyakit, dalam bahasa Inggris, disebut sebagai ''[[:en:Germ_theory_denialism|germ theory denialism]]'' (denialisme teori kuman penyakit).  Kepercayaan ini berawal dari [[:en:Antoine_Béchamp|Antoine Béchamp]], seorang biokimiawan asal Prancis yang menghasilkan berbagai hasil penelitian pada pertengahan tahun 1800-an. Béchamp mempostulasikan bahwa mikroorganisme bukan merupakan penyebab dari penyakinpenyakit, namun sebaliknya, jaringan tubuh yang sakitlah yang menyebabkan munculnya mikroorganisme. Sehingga, kesehatan dari suatu organisme, atau disebut “terrain”-lah''terrain'', yang merupakanadalah penentu utama sakit atau tidaknya organisme tersebut, bukannyabukan keberadaan mikroorganisme. Ide ini disebut sebagai Teoriteori Pleomorfikpleomorfik Penyakitpenyakit yang saat ini hanya digunakan oleh orang-orang yang menolak vaksinasi dan pengobatan alternatif yang mempercayai bahwa makanan adalah obat. <ref>{{Cite news|last=Pontin|first=Jason|title=The 19th-Century Crank Who Tried to Tell Us About the Microbiome|url=https://www.wired.com/story/the-19th-century-crank-who-tried-to-tell-us-about-the-microbiome/|newspaper=Wired|language=en-US|issn=1059-1028|access-date=2021-10-20}}</ref>
 
== Lihat pula ==