Puisi Gelap: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
MA. Fauzan (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
MA. Fauzan (bicara | kontrib) kTidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 9:
Sajak-Sajak [[Amir Hamzah]] yang berjudul sajak Nyanyi Sunyi banyak mengungkapkan majas yang personal. Hal tersebut membuat Chairil menyebutnya sebagai puisi gelap (duistere poezie). Chairil menjelaskan bahwa dalam puisi tersebut, kita sebagai pembaca tidak akan bisa mengerti Amir Hamzah jika hanya membaca Nyanyi Sunyi Sonder dengan bekal pengetahuan tentang sejarah dan agama karena kalimat yang disampaikan Amir mengenai misal serta perbandingan dari sejarah dan agama (Jassin, 1959).<ref name=":0" /><ref>{{Cite news|last=Tempo|first=Tempo|date=14 Agustus 2017|title=PUISI GELAP AMIR HAMZAH|url=https://majalah.tempo.co/read/laporan-utama/153806/puisi-gelap-amir-hamzah|work=Tempo|access-date=20 Oktober 2021}}</ref>
Puisi gelap pada tahun 1950-1960 tersebut juga sudah marak dan banyak puisi yang susah dmengerti dan dinikmati. Lalu pada tahun berikutnya yakni pada 70 hingga 80-an juga tetap eksis. Pada tahun 1980-an ditemukan banyak aliran puisi gelap seperti yang ditulis oleh [[Afrizal Malna]] dan Kriapur. [[Abdul Hadi W.M.|Abdul Hadi W.M]] (1988) menyebutkan bahwa sajak-sajak Kriapur bukan menggunakan kata-kata klise, melainkan juga tanpak aneh dan gila. Ungkapan seperti “bulan pecah berantakan” dan “kupahat mayatku di dasar air” adalah majas dan lambang yang bersifat pribadi sehingga gelap maknanya.
== Perkembangan Puisi Gelap di Jawa Timur ==
|