Literalisme biblis: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 20:
 
Pada zaman [[Reformasi Protestan]], [[Martin Luther]] (1483–1546) memisahkan [[apokrifa Alkitab|kitab-kitab apokrip]] dari kitab-kitab Perjanjian Lama selebihnya di dalam [[Alkitab Luther|Alkitabnya]]. Tindakan ini mencerminkan keragu-raguan yang berabad-abad lamanya bercokol di dalam benak para sarjana Alkitab.<ref name="cedc">{{cite book|last1=Herbermann|first1=Charles George|title=The Catholic encyclopedia Volume 3|date=1913|pages=269, 272|url=https://books.google.com/books?id=9gIjAQAAIAAJ&pg=PP11 |access-date=13 Maret 2016}}</ref> [[Pengakuan Iman Westminster]] tahun 1646 merendahkan derajat kitab-kitab apokrip sampai ke taraf menyangkali kanonisitasnya.<ref>
"III. Kitab-kitab yang lazim disebut Apokrifa, lantaran bukan ilham dari Allah, bukanlah bagian dari kanon Kitab Suci, dan oleh karena itu tidak memiliki kewenangan di dalam Gereja Allah, tidak pula untuk dibenarkan, atau dimanfaatkan, melebihi karya-karya tulis lain buatan manusia." - See https://en.wikisource.org/wiki/The_Confession_of_Faith_of_the_Assembly_of_Divines_at_Westminster</ref> Golongan literalis dan golongan pengusung gagasan ketanpasalahan Alkitab di kalangan Protestan Amerika sudah mengadopsi [[Alkitab Protestan]] yang lebih sedikit jumlah kitabnya itu sebagai kitab suci yang bukan sekadar diilhamkan Allah, tetapi sungguh-sungguh adalah [[Kepengarangan Alkitab|Firman Allah]] yang mustahil mengandung kekeliruan maupun kontradiksipertentangan.
 
Literalisme biblis pertama kali dipermasalahkan pada abad ke-18,<ref>