Republik Lanfang: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan aplikasi seluler Suntingan aplikasi Android |
Latihdaring (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 144:
* {{negara|Brunei}} [[Brunei]]
* {{negara|Malaysia}} [[Malaysia]]}}
'''Kongsie Langfong'''/<ref name="Almanak 34"/> '''Republik Lanfang''' ([[Hanzi tradisional]]: {{lang|zh-Hant|蘭芳共和國}}, [[Hanyu Pinyin]]: Lánfāng Gònghéguó, [[Pha̍k-fa-sṳ]]: Làn-fông Khiung-fò-koet) adalah nama sebuah [[negara berdaulat|negara]] [[Tionghoa]] dan [[federasi kongsi]] [[Hakka]] di [[Kalimantan Barat]], [[Indonesia]]<ref>{{Cite web |url=http://www.indonesianhistory.info/map/westborn1800.html |title=States of western Borneo, ca 1800 |access-date=2011-06-24 |archive-date=2015-09-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20150924035100/http://www.indonesianhistory.info/map/westborn1800.html |dead-url=yes }}</ref> yang didirikan oleh [[Low Fang Pak]] ([[Luo Fangbo]]) (羅芳伯) pada tahun 1777 sampai akhirnya dibubarkan oleh [[Hindia Belanda|Belanda]] pada tahun 1884.<ref>{{Cite web |url=http://www.stnn.cc:82/culture/reveal/t20060529_223627.html |title=海外華人創建了世上第一個共和國 |access-date=2010-12-16 |archive-date=2011-04-24 |archive-url=https://web.archive.org/web/20110424124658/http://www.stnn.cc:82/culture/reveal/t20060529_223627.html |dead-url=yes }}</ref>
Para sultan di [[Kalimantan Barat]] mendatangkan buruh yang berasal dari [[Tiongkok]] pada abad ke-18 untuk bekerja dalam pertambangan [[emas]] atau [[timah]]. Di antaranya terdapat sejumlah ikatan usaha (kongsi) yang menikmati otonomi politik dan Lanfang dikenal oleh sejarah berdasarkan tulisan oleh Yap-Yoen Siong, menantu Kapitan terakhir kongsi Lanfang, yang diterjemahkan ke dalam bahasa [[Belanda]] pada tahun 1885.<ref>{{Citation | surname=Groot | given=J.J.M. | title=Het Kongsiwezen van Borneo: eene verhandeling over den grondslag en den aard der chineesche politieke vereenigingen in de koloniën | publisher=M. Nijhof | place=The Hague | year=1885}}.</ref>
== Sejarah Kongsi ==
[[Kongsi]] adalah perkumpulan pertambangan Tionghoa di wilayah barat [[Kalimantan|Pulau Borneo]] / Kalimantan. Pertambangan-pertambangan yang dikerjakan oleh orang-orang Tionghoa ini adalah tambang-tambang emas yang tersebar di pesisir utara Wilayah Kalimantan sebelah barat ini. Sebagian besar tambang-tambang emas itu berada di wilayah kekuasaan [[Kesultanan Sambas]]. Orang-orang Tionghoa yang mengerjakan tambang-tambang emas itu pertama kali datang ke wilayah [[Kalimantan Barat]] ini adalah pada tahun 1740 M yang didatangkan oleh Raja Panembahan Mempawah yaitu [[Opu Daeng Manambon]]. Kemudian pada sekitar tahun 1750 M Sultan Sambas ke-4 yaitu [[Sultan Abubakar Kamaluddin]] juga mendatangkan orang-orang Tionghoa untuk pertama kali wilayah Kesultanan Sambas untuk mengerjakan tambang-tambang emas di wilayah Kesultanan Sambas yaitu di daerah Montraduk, Seminis dan Lara. Dalam hal ini status orang-orang Tionghoa ini adalah pekerja-pekerja tambang yang bekerja pada Sultan Sambas. Sebagian hasil tambang itu disisihkan untuk upah para pekerja tambang emas
Seiring dengan semakin berkembangnya kegiatan pertambangan emas di wilayah kekuasaan [[Kesultanan Sambas]], pada sekitar tahun [[1764]] M terjadi gelombang besar-besaran orang-orang [[Tionghoa]] yang didatangkan oleh Sultan Sambas ke-5 yaitu [[Sultan Umar Aqamaddin II]] ke wilayah Kesultanan Sambas menyusul begitu banyaknya ditemukan tambang-tambang emas baru di wilayah kekuasaan Kesultanan Sambas ini.Pada sekitar tahun [[1767]] M jumlah orang-orang Tionghoa yang mengerjakan tambang-tambang emas di wilayah barat Pulau Kalimantan ini khususnya di wilayah [[Kesultanan Sambas]] sudah mencapai hingga belasan ribu orang.
Karena jumlah orang-orang [[Tionghoa]] yang semakin besar ini dan mereka berkelompok-kelompok berdasarkan wilayah pertambangan masing-masing, maka pada sekitar tahun [[1768]] M, kelompok-kelompok ini kemudian mendirikan semacam perkumpulan usaha tambang masing-masing yang disebut dengan nama Kongsi. Kongsi-kongsi ini (yang saat itu berjumlah sekitar 8 Kongsi) menyatakan tunduk kepada [[Sultan Sambas]] namun Kongsi-kongsi itu diberi keleluasaan secara terbatas oleh Sultan Sambas untuk mengatur Kongsinya sendiri seperti pengangkatan pemimpin Kongsi dan pengaturan kegiatan pertambangan masing-masing. Sedangkan mengenai hasil tambang emas, disepakati bahwa Kongsi-kongsi berkewajiban secara rutin menyisihkan sebagian hasil tambang emas mereka untuk diserahkan kepada Sultan Sambas bagi penghasilan Sultan Sambas sebagai pemilik
Pada tahun [[1770]] M mulai timbul semacam pembangkangan dari kongsi-kongsi [[Tionghoa]] yang ada di wilayah Kesultanan Sambas ini terhadap Sultan Sambas. Pembakangan ini berupa penolakan mereka untuk memberikan sebagian hasil tambang emas kepada [[Sultan Sambas]] yaitu sebesar
Hal ini kemudian membuat Sultan Sambas marah apalagi kemudian terjadi pembunuhan oleh orang-orang Tionghoa terhadap petugas-petugas pengawas Kesultanan Sambas (yang adalah orang-orang [[Dayak]]) yang ditugaskan oleh Sultan Sambas untuk mengawasi kegiatan tambang emas Kongsi itu, sehingga kemudian Sultan Sambas saat itu yaitu Sultan Umar Aqamaddin II mengirimkan pasukan Kesultanan Sambas menuju daerah kongsi-kongsi yang melakukan makar dan pembakangan itu. Setelah gerakan pasukan Kesultanan Sambas telah berlangsung selama sekitar 8 hari dan belum sempat terjadi pertempuran besar antara pasukan Kesultanan Sambas dengan pihak kongsi, kemudian pihak kongsi itu ketakutan hingga kemudian mengakui kesalahannya dan bersedia untuk tetap membayar bagi hasil tambang emas kepada Sultan Sambas sesuai dengan kesepakatan sebelumnya yaitu sebesar 1kg emas setiap bulannya. Versi lain mengungkapkan bahwa sebenarnya ada kerja sama erat antara Kesultanan Pontianak dan Sambas dengan kongsi tetapi pada perkembangannya Kesultanan [[Pontianak]] ditekan oleh Belanda agar turut memusuhi kongsi. Akibatnya kerajaan2 menurunkan pasukannya menyerang kongsi.Semakin lama jumlah Kongsi yang ada semakin bertambah dan pada sekitar tahun [[1770]] M, telah ada sekitar 10 Kongsi di wilayah Kesultanan Sambas dan saat itu terdapat 2 Kongsi yang terbesar yaitu Kongsi Thai Kong dan Kongsi Lan Fong.Pada tahun [[1774]] M terjadi pertempuran antara kedua buah kongsi terbesar di wilayah [[Kesultanan Sambas]] yaitu Kongsi Thai Kong dan Kongsi Lan Fong. Kongsi Thai Kong kemudian berhasil mengalahkan Kongsi Lan Fong sehingga Kongsi Lan Fong bubar.
== Kedatangan Lo Fang Pak ==
Lo Fang Pak mulai bertualang pada usia 34 tahun. Dia merantau ke [[Kalimantan Barat]] saat ramainya orang mencari emas (Gold Rush), dengan menyusuri Han Jiang menuju Shantao, sepanjang pesisir [[Vietnam]], dan akhirnya berlabuh di
Kedatangan orang-orang [[Tionghoa]] dari daratan [[Tiongkok]] ini adalah atas permintaan sultan-sultan Melayu saat itu yang mendatangkan para pekerja tambang emas dari daratan Tiongkok yaitu untuk melakukan
Kerajaan Melayu di pesisir barat Pulau Kalimantan yang pertama mendatangkan pekerja tambang dari daratan Tiongkok adalah Panembahan Mempawah. Ketika itu, raja yang memimpin adalah Rajanya adalah [[Opu Daeng Manambung]] yaitu pada sekitar tahun [[1740]] M. Kebijakan Panembahan Mempawah ini kemungkinan atas saran dari Adik [[Opu Daeng Manambung]] yaitu [[Opu Daeng Celak]] yang saat itu sedang menjabat sebagai Raja Muda di Kesultanan Riau yang telah lebih dahulu mendatangkan pekerja dari Tiongkok daratan untuk tambang timah di Kesultanan Riau dan berhasil dengan baik. Namun demikian saat itu Panembahan Mempawah mendatangkan orang-orang Tionghoa untuk pekerja tambang (emas) pertama kali adalah berjumlah 20 orang (kemungkinan para pakar mencari emas) yang sebelumnya telah bekerja di Kesultanan Brunei.
|