Pangeran Anglingkusumo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 24:
 
== Riwayat Hidup ==
Sebagai atlet panahan, Kanjeng Angling pernah menjadi delegasi Indonesia dalam tim Panahan Nasional pada Kejuaran Dunia di [[Swedia]] tahun 1965. Pernah juga menjadi pelatih Olahraga Panahan di [[Universitas Negeri Yogyakarta|IKIP]] thun 1983 – 1984. Sampai kini, Kanjeng Angling masih dipercaya sebagai Penasehat [[Persatuan Pemanah Indonesia|Perpani (Persatuan Pemanah Indonesia)]] DIY.
Olahraga Menembak[[menembak]] juga pernah ditekuninya. Kanjeng Angling memperoleh penghargaan 20 medali emas, perak dan perunggu dari cabang olahraga Panahan dan menembak tingkat Daerah dan Nasional.
 
Olahraga sepeda juga ditekuninya justru setelah Kanjeng Angling menginjak usia 50 tahun. Bersepeda bukan hanya sekkedan pengisi waktu di kala libur, melainkan lebih dari itu, juga menawarkan olahraga pembakar lemak yang efektif serta rekreasi.
Baris 32:
 
Seiring dengan bertambahnya usia, Kanjeng Angling terus menekuni berbagai bidang yang langsung dapat bermanfaat bagi masyarakat banyak. Pada tahun 1979 mendirikan Yayasan Notokusumo yang bergerak di bidang pendidikan tinggi Keperawatan dan Administrasi Negara. Bidang kesehatan pun ditekuninya. Kanjeng Angling adalah salah seorang pendiri Rumah Sakit Ludira Husada Tama Yogyakarta.
Kecintaannya terhadap peninggalan budaya leluhur diujudkan dengan ketekunannya mengelola [[Museum Pura Pakualaman]].
 
Banyak hal bisa dilakukan secara bersamaan. Kanjeng memilih berwiraswasta. Sebagai putra seorang Wakil Gubernur pastilah mudah untuk menjadi PNS. Tapi lain dengan kanjeng Angling. Berbisnis sebagai agen Pertamina serta pemborong bangunan dan jasa konstruksi menjadikan Kanjeng Angling berkiprah lebih leluasa.
 
Ketajaman di bidang ajaran luhur Pura Pakualamanpun terus diasahnya. Dalam berbagai tulisannya, Kanjeng Angling menyebutkan, [[Paku Alam V]] adalah peletak dasar intelektualisasi Dinasti Paku Alam yang mendorong putra-putra PA beserta sentana Paku Alam untuk menempuh studi di perguruan yang maju bahkan sampai ke luar negeri. PA V berpandangan bahwa pembentukan intelektual itu merupakan kebutuhan mendesak dan mendasar.
 
Disebutkan Kanjeng Anglingkusumo, dalam alam perjuangan melawan penjajahan Belanda tempo dulu, nama-nama seperti Kusumoyudo, Notosuroto, Notodiningrat dan Soerjopranoto. Bahkan yang paling terkenal dalam pergerakan kebangsaan adalah dari dinasti Pakualaman, yakni Suwardi Soerjaningrat yang lebih dikenal dengan nama [[Ki Hadjar Dewantara]].
 
Dua yang terakhir telah mampu menggoncangkan kolonial. Soerjopranoto lewat SI dan Sarikat Buruhnya, sedangkan Ki Hajar lewat [[National Indische Partij|Indische Partij]], Komite Bumi Putera dan [[Sekolah Taman Siswa|Taman Siswa]] sebagai tempat pergerakannya.
 
Menurut Kanjeng Angling, selain sebagai Pendidik, Sri Paku Alam V juga sebagai seorang ekonom yang membenahi ketidakseimbangan keadaan negeri Pakualaman. Sementara itu, ketokohan Soewardi Soerjoningrat sebagai cucu [[Paku Alam III|Sri Paku Alam III]] tampak nyata sekali pada waktu bersama-sama dengan [[Ernest Douwes Dekker|Douwes Dekker]] dan [[Tjipto Mangoenkoesoemo|Tjipto Mangunkusumo]] memimpin Indische Partij. Pergerakan ini diam-diam didukung oleh Sri Paku Alam VII. Karena Sri Paku Alam sadar bahwa perjuang itu untuk menumbuhkan semangat kebangsaan bagi seluruh rakyat yang masih terjajah.
 
Kanjeng Anglingkusumo tergerak untuk menekuni dunia pendidikan dikarenakan mengikuti jejak pendahulunya. Pangeran Notodiprodjo, putra Sri Paku Alam V dengan kesadarannya mendirikan Yayasan Beasiswa Darmoworo guna membiayai dan membantu orang-orang Jawa yang ingin melanjurkan studi ke Eropa.
 
Sebagai sosok yang berwirausaha penuh serta terjun langsung membidani lahirnya perguruan tinggi swasta mampu menginspirasi seorang mantan Fungsionaris Koperasi Mahasiswa [[Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta|IAIN Sunan Kalijaga (sekarang UIN)]] tahun 1998 – 2001, Ahmad Baihaki AM menyebutkan, penekanan Kanjeng Angling terhadap gerakan moral dengan strategi kultural merupakan ciri dia. Kata Baihaki:”Belaiau cukup smart, analisis tajam, detail tapi sangat komprehensif dalam pengambilan keputusan. Dimenasi spiritual wirausaha menjadikan dia sebagai entrepreneur yang bisa menjadi suri tauladan umat.
 
Ahmad menyebutkan, penekanan Kanjeng Angling terhadap gerakan moral dengan strategi kultural merupakan ciri dia. Kata Baihaki:”Belaiau cukup smart, analisis tajam, detail tapi sangat komprehensif dalam pengambilan keputusan. Dimenasi spiritual wirausaha menjadikan dia sebagai entrepreneur yang bisa menjadi suri tauladan umat.”
 
Profesor Dr [[Amri Yahya]] (alm) pernah membuat catatan bahwa KPH Anglingkusumo adalah satu-satunya keturunan langsung alm. Paku Alam VIII yang memiliki kepedulian tinggi terhadap dunia pendidikan, seni dan budaya.
Dan kepedulian seperti itu sangat dibutuhkan bila sebiuah dinasti akan tetap menjadi bagian dari masyarakat modern. Bahkan Prof Amri Yahya waktu itu menegaskan, banyak kegiaatan Pak Angling maupun Bu Angling yang terdokumentasi di media cetak maupun elektronik.
 
Amri Yahya pun waktu itu mengingatkan. Sebagaimana Nabi Muhammad SAW pernah bersabda: ”Serahkan pada ahlinya, kalau tidak, tunggu kehancurannya.” Bahkan Prof Amri telah lama meneropongDinastimeneropong Dinasti Pakualaman. Banyakkah kegiatan seni dan budaya melalui pentas dan pameran-pameran yang digelar di Bangsal Pakualaman? Kalau ternyata jumlah event yang digelar sangat kurang, itu namanya pemimpin dinasti yang hanya mampu memimpin kerabat Pakualaman. Padahal yang dibutuhkan seorang pemimpin Wangsa lebih dari itu. Kepedulian yang tinggi terhadap seni, budaya dan pendidikan dimiliki sosok Kanjeng Anglingkusumo.
 
Seniman gaek Azwar AN (71 tahun) yang saat ini menjabat sebagai Ketua Bidang Seni dan Budaya Keluarga Minangkabau Yogyakarta mengenal sosok Kanjeng Angling sebagai seorang bangsawan yang berjiwa kerakyatan. “Pak Anglingitu sosok keluarga ningrat dari Pakualaman yang supel dan selalu berperhatian terhadap lawan bicara, meskipun yang mengajak bicara itu rakyat biasa”. Tambah Azwar lagi: ”Saya lebih terkesan lagi dengan Pak Angling karena perhatiannya terhadap dunia seni dan budaya. Hampir semua karya seni tradisi sampai modern diperhatikan secara cermat. Bahkan dia menguasai dunia fotografi.”
Baris 64 ⟶ 56:
Hal yg sama disampaikan oleh sesepuh Hudyono pada rapat kerabat 23 November 1998 di Jakarta, ”Suksesi Pimpinan Projo Paku Alaman dan Kepala Keluarga Besar Trah Pakualaman adalah bersifat intern keluarga dank arena itu diselesaikan oleh Ahli Waris Sri Paduka KGPAA. Paku Alam VIII yang terdiri dari 2 Garwo dan para putra kakung serta putri.
 
Terjadi rapat keluarga pada tgl 7 Maret 1999, dibahas antara lain masalah Paugeran Jawi (hukum adat tidak tertulis) dan Ibu sepuh (ibu yg dituakan). Pada rapat tersebut diakui oleh KRAy. Purnamaningrum bahwa dia adalah istri yang MUDAdenganMUDA dengan panggilan diajeng/adik dan KRAy. Ratnaningrum adaah istri yang DITUAKAN dengan panggilan Mbakyu/kakak. Hal tersebut merujuk pada bukti-bukti lain:
# Merujuk pada Janji yg diucapakan oleh KGPAA. Paku Alam VIII dihadapan kakek kandungnya SISKS PB X ketika meminang KRAy. Ratnaningrum sebagai istri untuk apabila putri Solo tersebut (KRAy. Ratananingrum) datangnya belakangan supaya dijadikan ISTRI yang nomor 1/ DITUAKAN. DITUAKAN artinya adalah apabila anak pertama dr istri yang dituakan lali-laki maka posisinya akan dituakan/atau merupakan anak pertama yang berhak atas Tahta. Adanya Janji tersebut merujuk pada bukti-bukti antara lain;
* Surat Keterangan Resmi SISKS PAKOE BUWONO XII,
Baris 96 ⟶ 88:
 
[[Kategori:Tokoh Indonesia]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh Yogyakarta]]
[[Kategori:Tokoh dari Kota Yogyakarta]]