Suku Toraja: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Agama Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan visualeditor-wikitext |
k Perbaiki referensi Tag: halaman dengan galat kutipan Suntingan visualeditor-wikitext |
||
Baris 161:
Sebelum tahun 1970-an, Toraja hampir tidak dikenal oleh wisatawan barat. Pada tahun 1971, sekitar 50 orang Eropa mengunjungi Tana Toraja. Pada 1972, sedikitnya 400 orang turis menghadiri upacara pemakaman Puang dari Sangalla, [[bangsawan]] tertinggi di Tana Toraja dan bangsawan Toraja terakhir yang berdarah murni. Peristiwa tersebut didokumentasikan oleh ''[[National Geographic]]'' dan disiarkan di beberapa negara Eropa.<ref name="Volkman1990"/> Pada 1976, sekitar 12,000 wisatawan mengunjungi Toraja dan pada 1981, [[seni patung]] Toraja dipamerkan di banyak museum di Amerika Utara.<ref name="Volkman1982">{{cite journal|last=Volkman|first=Toby|title=Tana toraja: A Decade of Tourism|url=http://209.200.101.189/publications/csq/csq-article.cfm?id=69|journal=Cultural Survival Quarterly|volume=6|issue=3|date=31 Juli 1982|accessdate=2007-05-18|archive-date=2007-09-27|archive-url=https://web.archive.org/web/20070927222359/http://209.200.101.189/publications/csq/csq-article.cfm?id=69|dead-url=yes}}</ref> "Tanah raja-raja surgawi di Toraja", seperti yang tertulis di brosur pameran, telah menarik minat dunia luar..
Pada tahun 1984, [[Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Republik Indonesia|Kementerian Pariwisata Indonesia]] menyatakan Kabupaten Toraja sebagai ''primadona'' [[Sulawesi Selatan]]. Tana Toraja dipromosikan sebagai "perhentian kedua setelah [[Bali]]".<ref name="Adams1995"/> Pariwisata menjadi sangat meningkat: menjelang tahun 1985, terdapat 150.000 wisatawan asing yang mengunjungi Tana Toraja (selain 80.000 turis domestik),<ref name="
Para pengembang pariwisata menjadikan Toraja sebagai daerah petualangan yang eksotis, memiliki kekayaan budaya dan terpencil. Wisatawan Barat dianjurkan untuk mengunjungi desa [[zaman batu]] dan [[pemakaman]] purbakala. Toraja adalah tempat bagi wisatawan yang telah mengunjungi [[Bali]] dan ingin melihat pulau-pulau lain yang liar dan "belum tersentuh".<ref name="Volkman1990">{{cite journal|last=Volkman|first=Toby Alice|title=Visions and Revisions: Toraja Culture and the Tourist Gaze| url= http://links.jstor.org/sici?sici=0094-0496%28199002%2917%3A1%3C91%3AVARTCA%3E2.0.CO%3B2-G |journal= American Ethnologist |issue=1| volume=17| pages=91–110|accessdate=2007-05-18|doi=10.1525/ae.1990.17.1.02a00060|month=February|year=1990}}</ref> Tetapi suku Toraja merasa bahwa ''tongkonan'' dan berbagai ritual Toraja lainnya telah dijadikan sarana mengeruk keuntungan, dan mengeluh bahwa hal tersebut terlalu dikomersialkan. Hal ini berakibat pada beberapa bentrokan antara masyarakat Toraja dan pengembang pariwisata, yang dianggap sebagai orang luar oleh suku Toraja.<ref name="Adams1990">{{cite journal|last=Adams|first=Kathleen M.|title=Cultural Commoditization in Tana Toraja, Indonesia |url= http://209.200.101.189/publications/csq/csq-article.cfm?id=841 |journal= Cultural Survival Quarterly|volume=14|issue=1|date=January 31, 1990|accessdate=2007-05-18}}</ref>
|