Islam di Bengkulu: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Pranala adab Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
→Masuknya Islam di Bengkulu: Links luar di tambahkan Tag: Dikembalikan Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 4:
Penyebaran Islam di bengkulu sama seperti penyebaran islam di Indonesia pada umumnya. Akulturasi dan asimilasi kebudayan, hal ini dilakukan dengan menggunakan unsur-unsur kebudayaan lama untuk usaha penyebaran Islam. Misalnya menggunakan doa-doa dalam upacara perhelatan adat seperti tayuhan, tayuhan bimbang paksi, kelahiran, selapanan, perkawinan, hippun, sembiyang hadiah, ngattak batu kubukhan untuk dakwah, penyebaran lewat pondok pesantren berarti penyebaran melalui perguruan Islam dan lain sebagainya.<ref>https://brainly.co.id/tugas/1334003</ref>
Dengan demikian dakwah Islam juga masuk ke Bengkulu melalui pintu kerjasama antara kerajaan-kerajaan yang ada di Bengkulu diperkirakan pada [[abad ke-12]] hingga abad ke-13 Masehi. Selain itu peninggalan sejarah menyangkut kontak hubungan masyarakat Bengkulu dengan agama Islam yang masih dapat dilihat sampai sekarang adanya perayaan ritual
Pada masa kolonial Inggris berada di Bengkulu, orang-orang Benggala termasuk pelapisan sosial. Orang-orang Benggala lebih sedikit jumlahnya dibandingkan dengan orang Cina. Tabiat orang Benggala penuh curiga, suka berkelahi, dalam bekerja lebih lamban dari orang-orang Melayu. Selain itu mereka menciptakan suatu tradisi perayaan yang lain dari kebudayaan orang-orang Melayu yang ada di Bengkulu, orang Benggala dikenal juga sebagai Sipaijer atau orang Sipai. Kebudayaan dan tradisi yang diciptakan oleh orang Benggala tersebut sampai saat ini dikenal dengan perayaan Tabut. Selain bukti sejarah berupa kebudayaan, tulisan, dan lain sebagainya, bukti lain yang mengindikasikan masuknya dakwah Islam ke suatu daerah antara lain adalah adanya makam orang Islam atau makam yang bercorak Islam. Seperti ditemukannya batu nisan yang bertuliskan dan atau berarsitektur Timur Tengah. Masyarakat turunan Pasemah khususnya masyakat yang ada di Padang Guci kabupaten Kaur menyebut tulisan Ka-Ga-Nga adalah [[Aksara Lampung]] dengan sebutan tulisan Ke-Ge-Nge, dan dari informasi yang penulis dapatkan tidak ada perbedaan antara Ka-Ga-Nga orang suku Rejang dengan tulisan Ke-Ge-Nge yang pernah ada di Padang Guci. Selain peninggalan tulisan, makam, dan artefak, masjid merupakan sebuah bukti sejarah Islam. Sehingga untuk mengkaji sejarah Islam, tidak jarang masjid menjadi tolok ukur masuk dan berkembangnya Islam di suatu daerah. Masjid sebagai sentral kegiatan ibadah dan dakwah Islam yang dapat menjadi bukti sejarah masuknya Islam di Bengkulu, namun di sayangkan sangat sedikit dapat ditemukan masjid-masjid tua yang menunjukkan indikasi bahwa masjid tersebut dibangun pada awal masuknya Islam di Bengkulu. Pada umumnya masjid yang ada di Bengkulu dibangun setelah abad ke -19. Sebagai bukti masuk dan berkembangnya Islam di Bengkulu, tidak salah kiranya ditelusuri melalui masjid-masjid tua yang ada di Bengkulu. Dalam tulisannya Masjid-Masjid Bersejarah di Indonesia Abdul Baqie Zein mengemukakan ada beberapa masjid tertua dan bersejarah di kota Bengkulu adalah: masjid Baiturrahim simpang lima th 1910, masjid Taqwa Jl Sutoyo Rt. 4 th 1910, masjid Al-Muhtadin Jl S. Parman Rt. 10 th 1912, masjid Lembaga Pemasyarakatan th 1915, masjid Al-Muhtadin th 1920, masjid Al-Iman Jl. Sutoyo Rt. 5 th 1921. masjid-masjid inilah yang tercatat dalam direktori masjid Kanwil Depag Bengkulu tahun 1997. Sumber lain menyebutkan bahwa masjid-masjid yang bersejarah di Bengkulu di antaranya masjid Jamik di Jl. Suprapto, masjid Syuhada di kelurahan Dusun Besar, masjid Al-Mujahidin di kelurahan Pasar Baru, dan masjid Baitul Hamdi di kelurahan Pasar Baru.<ref>http://repositori.kemdikbud.go.id/7414/1/SEJARAH%20DAERAH%20BENGKULU.pdf</ref><ref>https://kompaspedia.kompas.id/baca/profil/daerah/provinsi-bengkulu</ref>
=== Peninggalan-peninggalan Islam ===
|