Tingki ni Pidari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
ProudBatak (bicara | kontrib) ←Membuat halaman berisi 'Tingki ni Pidari (Bahasa Indonesia: Zaman Paderi) adalah sebuah kejadian yang terjadi dari tahun 1816-1821 dimana pasukan Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Iman Bonjol melancarkan invasi ke Tanah Batak yang dihuni Bangsa Batak dengan misi untuk mengislamkan Tanah Batak, Pasukan Paderi yang dipimpin oleh Tuanku Iman Bonjol berhasil menguasai sekaligus mengislamkan Tanah Batak bagian Selatan yaitu daerah Angkola...' |
ProudBatak (bicara | kontrib) Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 2:
== Sejarah ==
[[Islamisasi]] di-Tanah Batak tidak membuahi banyak hasil, mulai dari invasi [[Aceh]] ke-Tanah Batak, sampai pedagang dari [[Orang Minangkabau|Minangkabau]] yang beragama [[Islam]] yang kemudian menikah dengan wanita-wanita Batak, bisa dibilang upaya bangsa lain untuk mengislamkan Tanah Batak tidaklah begitu efektif, alhasil bangsa lain harus menggunakan kekarasan demi mengislamkan Tanah Batak, salah satu contohnya adalah Tingki ni Pidari dimana kaum Paderi menyerang Tanah Batak dan membunuh orang Batak tanpa pandang bulu, mulai dari anak kecil sampai yang lansia, tidak sedikit jumlah orang Batak yang meninggal karena ini, tidak
== Hasil ==
Walaupun sudah pergi dari Tanah Batak dengan sepenuhnya peristiwa ini meninggalkan sebuah luka dalam untuk bangsa Batak, dampak dari Tingki ni Pidari dapat dilihat dari struktur hukum bangsa Batak Toba yang mengatur tatacara berperang yang tidak boleh dilanggar sama sekalipun, yaitu tidak boleh menyerang musuh pada malam hari, membakar rumah, dan membunuh perempuan dan anak-anak, Tingki ni Pidari juga sudah mengobrak-abrik tata sosial, dan hukum bangsa Batak, Scharten menarasikan bahwa Padri tidak berhasil mengislamkan Batak, dan orang-orang Batak mulai kembali ke-agama leluhurnya termasuk orang-orang yang sudah dikonversi menjadi seorang yang beragama Islam. Walaupun meninggalkan banyak penderitaan, dan kecemasan orang-orang Batak yang berada di-utara dan selatan memiliki persepsi yang berbeda atas Tingki ni Pidari ini, orang-orang Batak yang tinggal di-Utara memiliki persepsi bahwa peristiwa ini hanyalah sebuah pembawa malapetaka terbesar yang disebut ‘Tingki ni Pidari’, tetapi di Tanah Batak bagian selatan mereka menyebutnya sebagai "Masa ni Habontaron" yang berarti "Masa Terang" Penerimaan orang-orang Batak dibagian Angkola dan Mandailing atas agama Islam, tidak mutlak hanya karena keterpaksaan, melainkan pula karena sejak abad ke-16, sebagian kecil masyarakat Batak Angkola dan Mandailing sudah ada yang beragama Islam karena adanya interaksi dalam bentuk perdagangan dengan tetangga di pesisir Timur dan Minangkabau.
== Kontroversi ==
Tingki ni Pidari mempunyai berbagai kontroversi, banyak yang berpendapat bahwa kejadian ini tidak benar-benar terjadi dan Tingki ni Pidari secara keseluruhan adalah sebuah cerita fiktif yang dibuat oleh orang-orang, ada juga yang berpendapat bahwa kejadian benar-benar terjadi, tetapi sampai saat ini belum diketahui pasti apakah kejadian ini benar-benar terjadi.
|