Asal mula tradisi Maras Taun/Maras Taon tidak diketahui dengan pasti. MunculHadir dan berkembangnya tradisi ini, seiring dengan pola pikir masyarakat tradisional Belitung. PadaAwal mulanya, masyarakat [[Belitung]] yang menempatiberada di bagian pesisir atau/ pedalaman daratan, hidup secara berkelompok menempati wilayah pemukiman yang disebut dengan "kubok" dan "parong". Pembukaan kubok atau parong bermula dari membuka hutan untuk berladang padi yang di gunakan sebagai sumber [[makanan]] utama penduduk Belitung.
Penghuni kubok merupakan sebuah kelompok kecil yang berasal dari sebuah keluarga, yang kemudian berkembang menjadi beberapa keluarga hingga terbentuknyaterbentuklah perkampungan kecil yang disebut dengan kubok. Kubok dipimpin oleh seseorang yang "dituakan" dalam perkampungan, yang disebut dengan "kepala kubok". “Dituakan” artinya memiliki kepiawaian, termasuk ilmu perdukunan, karenanya ketua kelompok itu juga otomatis merangkap menjadi dukun yang melindungi warganya.
Sementara ituSedangkan penghuni parong merupakan sebuah [[komunitas|kelompok]] keluarga yang tidak berasal lebih dari satu1 [[keluarga]], tetapi berasal dari /beberapa keluarga dandengan jumlahnya lebihyang banyak. Sehingga, pada akhirnya terbentuklah sebuah [[perkampungan]]. Baikparong"kubok" ataudan pun kubok"parong" dipimpin oleh seorang ketua adat yang dituakan. Yang disebut kepala parongkubok ataudan kepala kubokparong. “Dituakan” artinya memiliki kepiawaian, termasuk ilmu perdukunan, karenanya ketua kelompok itu juga otomatis merangkap menjadi dukun yang melindungi warganya.
KemudianMakin parong ataulama, "kubok" makindan lama"parong" bertambah populasinya. Ketika sudah menjadi sebuah perkampungan, maka [[dukun]] tersebut tetap menjadi dukun sekaligus merangkap sebagai kepala kampungnyakampung. KiniSekarang, dalam masyarakat Belitung dikenal adanya "dukun kampong". Pola ini terus mentradisi hingga sekarang, bahwa di setiap kampung harus ada seorang dukun kampong di samping adanya [[Lurah (jabatan)|lurah]] atau kepala desa sebagai pimpinan adminisratifnya.
Pembukaan kubok atau parong bermula dari membuka hutan untuk berladang padi yang di gunakan sebagai sumber [[makanan]] utama penduduk Belitung. Sebagai rasa syukur atas panen inilah kemudian diadakan kegiatan ritual Maras Taun pada setiap tahunnya. Dalam ungkapan rasa syukur ini dimintakanmasyarakat padamengucap yangrasa Mahasyukur Kuasadengan untukdi keselamatanadakannya wargaacara dan berharap keberhasilan [[panen]] di tahun mendatang. Rasa syukur ini pada awalnya disebut memaras atau berselamatan tahun . Lama kelamaan tradisi ini disebut dengan Maras Taun/Maras. Taon.
Tradisi Maras Taun bertujuan untuk mencari keselamatan kampung. Dalam tradisi yang diadakan setiap tahun ini, seluruh warga berkumpul bersama seorang dukun kampung untuk didoakan bersama-sama. Inilah tradisi Maras Taun yang masih dianggap sakral di negeri laskar pelangi. <ref>{{Cite web|title=Warisan Budaya Takbenda {{!}} Beranda|url=https://warisanbudaya.kemdikbud.go.id/|website=warisanbudaya.kemdikbud.go.id|access-date=2021-10-22}}</ref>