Muhammad Adnan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 1 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 31:
}}
 
'''Prof. K.H.R. Muhammad Adnan''' merupakan pendiri PTAIN (Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri), kini [[UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta]], sekaligus menjadi rektornya yang pertama. Ia juga merupakan Anggota Konstituante RI mewakili [[Partai Masyumi]].<ref>{{Cite web|title=Prof. Raden H. Muhammad Adnan - Masjumi - Profil Anggota|url=https://www.konstituante.net/id/profile/MASJUMI_muhammad_adnan|website=Konstituante.Net|access-date=2021-10-24}}</ref>
 
== Riwayat Hidup ==
=== Masa Kecil dan Keluarga ===
Muhammad Adnan, lahir pada hari kamis Kliwon tanggal 6 Ramadhan 1818 bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1889, di dalam rumah "pengulon" (tempat kediaman Penghulu) di kampung Kauman, tengah-tengah kota Surakarta, Jawa Tengah. Nama lain Muhammad Adnan pada waktu kecil adalah Muhammad Shauman.
 
== Masa Kecil dan Keluarga ==
Muhammad Adnan, lahir pada hari kamis Kliwon tanggal 6 Ramadhan 1818 bertepatan dengan tanggal 16 Mei 1889, di dalam rumah "pengulon" (tempat kediaman Penghulu) di kampung Kauman, tengah-tengah kota Surakarta, Jawa Tengah. Nama lain Muhammad Adnan pada waktu kecil adalah Muhammad Shauman.
Orang tuanya Muhammad Adnan adalah almarhum Kanjeng Raden Penghulu Tafsir Anom V (lima), seorang ulama bangsawan sebagai abdi dalem (pegawai) kraton Surakarta. Penghulu Tafsir Anom V (lima) dilahirkan pada hari Rabu, 17 Rabiul Awal tahun Jimakir 1786 Jawa 1854 M dan wafat pada tanggal 21 september 1933, dalam usia 79 tahun. Penghulu Tafsir Anom V (lima) memangku jabatan pengulu (qadli) ketika Sri susuhunan Paku Buwana IX (1861-1893) berkuasa.
 
Kiai pengulu Tafsir Anom V adalah keturunan kanjeng kiai pengulu Tafsir Anom IV, yang menjabat penghulu semasa pemerintahan Sri Susuhunan Paku Buwana (PB) VII-IX. Jadi Muhammad Adnan adalah keturunan dari tafsir anom IV yang secara turun-temurun menjabat pengulu (qadhi) di keraton kasunanan Surakarta. Kalau di turut silsilahnya maka akan sampai pada Sultan Syah Alam Akbar III (R. Trenggono), sultan Demak terakhir.
 
Adapun putra dan putri Kiai Tafsir Anom V (lima) ayah Muhammad Adnan berjumlah 10 orang yaitu:
 
1. Raden Ngabei Diprodipuro alias Muhammad Qomar.
2# Raden Ngabei Diprodipuro alias Muhammad Qomar.
# Raden Ngabei Tondhodipuro (Raden Ketib Cendhono), alias Muhammad Ridwan.
3.# Raden Nganten Mursoko alias Mardiyah.
4.# Kiai Haji Raden Muhammad Adnan, alias Shauman.
5.# Kiai Kanjeng Raden Tumenggung Pengulu Tafsir Anom VI. Sebelum bergelar Raden Ketib Winong, dan nama kecilnya Sahlan.
6.# Raden Ngabei Darmosuroto alias Muhammad Thohar, nama kecilnya Muhammad Ishom.
7.# Raden Nganten Maknawi.
8.# Raden Nganten Sumodiharjo, alias Siti Maryam.
9.# Raden Nganten Projowiyoto alias Marfu'ah.
10.# Raden Nganten Condrodiprojo alias Marhaman.
 
Melihat dari silsilah di atas Muhammad Adnan adalah putra yang ke 4 dari Tafsir Anom V (lima), saudara dari Pengulu Tafsir Anom VI sebagai pengganti Pengulu Tafsir Anom V, adik kandung atau saudara nomor lima.
Muhammad Adnan dilahirkan dan dibesarkan di kampung Kauman dan tinggal di rumah tradisional Jawa berbentuk joglo serta berpendapa besar. Mengenai bentuk rumah di Jawa yang ditentukan oleh bangunan atapnya, ada yang dinamakan rumah limasan, rumah serotong, rumah joglo, rumah penggangepe, rumah rumah daragepak, rumah macan jerum, rumah klabang nyander, rumah tajuk, rumah kutuk ngambang, dan rumah sinom.
Baris 59 ⟶ 65:
Kebijaksanaan meletakkan tempat ulama dan para santrinya dekat dan kraton adalah usaha untuk menjalin hubungan yang dekat antara raja (pemimpin pemerintahan atau umara) dengan ulama (pemimpin agama). Rumah-rumah paman Muhammad Adnan berada di sekeliling rumah induk pengulon.
 
=== Pendidikan ===
Muhammad Adnan pertama kali mengenal huruf-huruf Al-Qur'an (huruf Arab) melalui ayahnya sendiri Tafsir Anom V. Waktu itu belum banyak sekolah yang didirikan, apalagi sekolah yang memberikan baca tulis huruf Al-Qur'an. Sedangkan sekolah Rakyat baik yang dinamakan Volksscool (sekolah desa) mapun HIS (Hollands Inlandse School) bisa dihitung dengan jari.
Pengetahuan menulis dan membaca Jawa di peroleh di sekolah partikulir di Solo. Sedangkan pengetahuan baca tulis huruf latin dan pengetahuan umum lainnya mula-mula diperoleh dengan belajar secara pribadi dengan mengundang guru dirumahnya.
Baris 77 ⟶ 83:
Karena ketekunannya dalam mencari ilmu, Muhammad Adnan sampai mendapatkan gelar Profesor dalam ilmu Fiqh.
 
=== Membina Rumah Tangga ===
Muhammad Adnan ketika belajar di Makkah kenal dengan Kiai Haji Akram, seorang saudagar berasal dari Laweyan Surakarta dan haji Akram akhirnya menjadi kakak mertua Muhammad Adnan. Haji Akram memilih cucunya untuk dijodohkan dengan Muhammad Adnan. Cucu H. Akram adalah Siti Maimunah putri kedua H. Shafawi, yang dilahirkan di Surakarta tahun 1907.
Dengan persetujuan kedua keluarga Tafsir Anom V dan H. Shafawi, dilangsungkan pernikahan antara Muhammad Adnan dan Siti Maimunah Keduanya saling mebantu dan melengkapi, Muhammad Adnan seorang yang alim dalam ilmu agama Islam, sedangkan Maimunah keturunan saudagar muslim, dan terdidik taat beragama.
Baris 83 ⟶ 89:
Dari perkawinannya dengan Siti Maimunah, Allah menganugrahkan amanah (titipan) 15 orang anak, laki-laki dan perempuan. Anak pertama sampai yang keenam atas kehendak Allah tidak diberi umur panjang. Putra-putri Muhammad Adnan yang pertama sampai keenam meninggal pada usia antara 1 sampai 2 tahun.
Pada tanggal 21 April 1930 Muhammad Adnan dianugrahi anak laki-laki yang ketujuh dan diberi nama dengan salah satu nama dari asma'ul husna, yakni Abdulhayi (Hamba Allah yang bersifat hidup). Berturut-turut lahirlah putranya yag lain.
Adapun jumlah putra-putri Muhammad Adnan berjumlah delapan orang yaitu:
 
1. Abdul Hayi (1930-2003) dengan istri Masadah, dikaruniai 6 orang anak.
2.# 'AbdulllahAbdul Hayi (19311930-19992003) dengan istri MaryatiMasadah, dikaruniai 86 orang anak.
3.# Abdul BasitAbdulllah (19331931-20031999) dengan istri MakrifahMaryati, dikaruniadikaruniai 68 orang anak.
4.# MuhtaromahAbdul Basit (19361933-20022003) dengan istri M. IshomMakrifah, dikaruniaidikarunia 56 orang anak.
5.# 'Abdul HakimMuhtaromah (19371936-19962002) dengan istri SitiM. MaemunahIshom, berputradikaruniai 35 orang anak.
6.# 'Abdul NurHakim (19381937-1996) dengan istri BidayahSiti Maemunah, berputra 3 orang anak.
7.# 'Abdul HadiNur (19401938) dengan istri Ita Siti KhatijahBidayah, dikaruniaiberputra 3 orang anak
8.# 'Abdul LatifHadi (19431940) dengan istri NormalaIta Siti Khatijah, dikaruniadikaruniai 3 orang anak.
1.# Abdul HayiLatif (1930-20031943) dengan istri MasadahNormala, dikaruniaidikarunia 63 orang anak.
Selain sebagai ibu rumah tangga Maimunah istri Muhammad Adnan juga menjadi pengusaha batik dan tenun. Ketika usaha tenunnya berkembang, Muhammad Adnan bersama istrinya pindah kerumahnya sendiri, di jalan Bumi 1, sebelah selatan madrasah Ta’mirul Islam, tidak jauh dari rumah mertuanya.
 
Pada 1940 ketika Muhammad Isa, ketua Hoofd Voor Islamitische Zaken meninggal dunia, Gubernur menunjuk Muhammad Adnan sebagai gantinya. Berhubung dengan jabatan baru itu, ditinggalkannya jabatan sebagai Hoofd Pengulu Landraad Surakarta. Pada bulan Desember 1941 berangkatlah Muhammad Adnan bersama keluarganya ke Jakarta yang pada waktu itu masih bernama Betawi.
Selain sebagai ibu rumah tangga Maimunah istri Muhammad Adnan juga menjadi pengusaha batik dan tenun. Ketika usaha tenunnya berkembang, Muhammad Adnan bersama istrinya pindah kerumahnya sendiri, di jalanJalan Bumi 1, sebelah selatan madrasah Ta’mirul Islam, tidak jauh dari rumah mertuanya.
Ketika tinggal di jalan Kramat Raya, istri Muhammad Adnan mangandung putranya yang bungsu. Pada tanggal 6 Muharram 1363 Hijri atau bertepatan dengan 13 Januari 1943, Maimunah melahirkan putranya yang ke-9 (bungsu), bernama Abdul Latif lahir dalam keadaan selamat, akan tetapi ibunya Maimunah mengalami pendaharan terlalu banyak yang akhirnya jiwanya tak tertolong lagi.
Pada 1940 ketika Muhammad Isa, ketua ''Hoofd Voor Islamitische Zaken'' meninggal dunia, Gubernur menunjuk Muhammad Adnan sebagai gantinya. Berhubung dengan jabatan baru itu, ditinggalkannya jabatan sebagai Hoofd Pengulu Landraad Surakarta. Pada bulan Desember 1941 berangkatlah Muhammad Adnan bersama keluarganya ke Jakarta yang pada waktu itu masih bernama Betawi.
Ketika tinggal di jalanJalan Kramat Raya, istri Muhammad Adnan mangandung putranya yang bungsu. Pada tanggal 6 Muharram 1363 Hijri atau bertepatan dengan 13 Januari 1943, Maimunah melahirkan putranya yang ke-9 (bungsu), bernama Abdul Latif lahir dalam keadaan selamat, akan tetapi ibunya Maimunah mengalami pendaharan terlalu banyak yang akhirnya jiwanya tak tertolong lagi.
Almarhumah dimakamkan pada tanggal 13 Januari 1943, dipemakaman Umum "Kawi-Kawi" di kawasan Gang Sentiong, Jakarta. Setelah tenggang waktu satu tahun dari wafatnya almarhumah Maimunah, Ibu Nyai Pengulu Tafsiranom V menganjurkan kepada putranya Adnan, agar menikah lagi dengan Nyonya Salamah, seorang Janda yang dahulu menjadi istri almarhum adiknya, Muhammad Ishom yang meninggal pada tahun 1941.
Muhammad adnanAdnan (57 tahun) menerima anjuran ibundanya, dan melangsungkan pernikahannya dengan Salamah binti Masyhuri, yang dilahirkan pada 10 Agustus 1911. pernikahanPernikahan berlangsung pada bulan Desember 1943.
 
Pada hari Jumat, 17 Agustus 1945 Tahun Masehi, atau 17 Agustus 2605 menurut tahun Jepang, Proklamasi Kemerdekaan Indonesia dibacakan oleh Ir. Soekarno yang didampingi oleh Drs. Mohammad Hatta di Jalan Pegangsaan Timur 56, Jakarta Pusat. Peristiwa ini disambut gembira oleh seluruh rakyat Indonesia, dan juga keluarga Muhammad Adnan. Sejak proklamasi kemerdekaan itu rumah dan kantor Mahkamah Islam Tinggi tempat Muhammad Adnan bekerja tiada lagi dikibarkan bendera “hinomaru”. Sebagai gantinya, sang Merah Putih dikibarkarkan di rumahnya di Jakarta, bahkan di seluruh Indonesia.
Sebagai wakil sekutu, kedatangan tentara Inggris untuk melucuti tentara Jepang dan membebaskan tawanan perang Sekutu tidak menjadikan kota Jakarta menjadi lebih aman. Ketegangan-ketegangan semakin menjadi karena disamping tentara Inggris, ada tentara Belanda yang menyelundup di belakangnya. Pertempuran terjadi dimana-mana antara tentara Belanda/Sekutu dengan pemuda-pemuda Indonesia sehingga situasi kota tidak aman. Berhubung dengan itu, Muhamad Adnan memutuskan untuk memindahkan keluarganya ke kota Surakarta.
Baris 144 ⟶ 153:
 
=== Bidang Politik ===
Muhammad Adnan menjadi anggota DPA RI pada tahun 1947. Muhammad Adnan, seorang ulama yang hanya berpendidikan pesantren tanpa pendidikan Barat dengan tanpa ditanya lebih dahulu diangkat menjadi anggota Lembaga Tinggi Negara, yaitu [[Dewan Pertimbangan Agung]] (DPA). Pemberitahuan pengangkatan itu hanya diketik diatas sehelai kartu pos cetakan Jepang, tertanggal 28 September 1945 dan ditandatangani Sekretaris Negara Mr. [[Abdoel Gaffar Pringgodigdo|A.G. PringgodigtoPringgodigdo]].
Pada masa Revolusi segala-galanya memang sederhana, bahkan sangat sederhana. Anggota DPA mendapat uang kehormatan 200 rupiah per bulan. Ini berlaku bagi mereka yang tidak merangkap pegawai negeri. Mereka yang merangkap jabatan sebagai pegawipegawai negeri hanya memperoleh uang duduk (uang sidang) 20 rupiah sehari dan uang harian 15 rupiah.
Kemudian menjadi anggota DPR di Jakarta pada tahun 1950 – 1955. Selain itu pada tahun 1956 – 1959 ia juga menjadi anggota [[Konstituante|Konstituante RI]] di Bandung hasil Pemilihan Umum pertama.
Pengalihan tugas dari DPA ke DPR menyebabkan Muhammad Adnan lebih banyak lagi berkecimpung dalam dunia politik. Karena Muhammad Adnan dulu diusulkan oleh [[Partai Masyumi yang merupakan satu-satunya partai politik Indonesia yang didirikan berdasarkan keputusan muktamar Umat Islam di Yogyakarta pada tanggal 7 November 1945|Masyumi]].
 
=== Diplomasi ===
Baris 154 ⟶ 163:
 
=== Sosial Kemasyarakatan ===
Ia menjadi penasehat PMI pusat Jakarta pada tahun 1947. Juga penasehat Syuriah [[Nahdlatul Ulama|PBNU]] serta Dewan Pimpinan Umum [[Nahdlatul Ulama|PBNU]] pada tahun 1950.
Muhammad Adnan selain sebagai pendidik ia juga seorang arsitek yang merancang masjid jami’ Tegalsari. Pencetus gagasan untuk membangun masjid Jami’ Tegalsari adalah: K.H.R. Muhammad Adnan, H. Sonhaji, H. Djayadi, KH. A. Mudzakir, Ali Imron dan KH. M. Umar bin Akram. Semua orang tersebut di atas sudah wafat dan nama-nama ia tertulis di prasasti tembok belakang masjid.
Setelah bangunan masjid berdiri Muhammad Adnan segera menghubungi penguasa kraton Surakarta untuk mengajukan izin mendirikan salat jum’at. Atas beberapa pertimbangan, antara lain semakin banyaknya penduduk yang bermukim jauh dari masjid jami’ (masjid kraton) akhirnya pihak kraton memberikan izin kepada takmir masjid Tegalsari untuk menyelenggarakan shalat jum’at.
Pada tengah malam dinihari, selasa pon 24 juni 1969, pukul 03.30 Muhammad Adnan dipanggil oleh Allah Swt., setelah mencapai usia 80 tahun. Jenazahnya dimakamkan hari itu juga ke [[Pajang, Laweyan, Surakarta|Pajang, Surakarta]] setelah dishalatkan di masjid[[Masjid Syuhada|Masjid Syuhada Yogyakarta]] dan masjidMasjid Tegalsari, Surakarta.
 
== Karya-karya ==
Baris 185 ⟶ 194:
{{Kotak_suksesi |jabatan = [[Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta|Rektor Perguruan Tinggi Agama Islam Negeri]] |tahun = [[1951]] - [[1959]]|pendahulu = |pengganti = [[Muchtar Jahja|Prof. Dr. H. Muchtar Jahja]]}}
{{Kotak_selesai}}
[[Kategori:Rektor Indonesia]]
 
[[Kategori:Rektor UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta|Muhammad Adnan]]
[[Kategori:Tokoh Jawa]]
[[Kategori:Tokoh dari Surakarta]]
[[Kategori:Tokoh Islam Indonesia]]
[[Kategori:Ulama|Muhammad Adnan]]
[[Kategori:Ulama Indonesia|Muhammad Adnan]]
[[Kategori:Ulama Nusantara|Muhammad Adnan]]
[[Kategori:Ahli tafsir (Al Qur'an) Indonesia|Muhammad Adnan]]
[[Kategori:Tokoh Nahdlatul Ulama]]
[[Kategori:Politikus Indonesia]]
[[Kategori:Politikus Partai Masyumi]]
[[Kategori:Anggota Konstituante Republik Indonesia]]