ID Food: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Perbaikan info, sesuai Laporan Tahunan 2012 yang telah ada di referensi
k Sejarah: perbaikan info
Baris 56:
Pada akhir dekade 1980-an hingga 1990-an, RNI melakukan penggabungan sejumlah anak usahanya. Pada tahun 1986, PT Bandareksa Rajawali (pengelola pergudangan), PT Apotik Bima (pengelola apotik), dan PT Mutiara Rajawali (pengelola [[lahan yasan]]) digabung ke dalam PT Rajawali Nusindo, sementara PT Perkebunan Karet Cimayak dan PT Perkebunan Karet Cileles digabung untuk kemudian dijual pada tahun 1987. Dana hasil penjualan kedua perkebunan karet tersebut kemudian digunakan untuk mendirikan PT Rajawali Gloves Corporation yang bergerak di bidang produksi sarung tangan golf pada tahun 1991, bersama investor asal [[Amerika Serikat]] sebagai penyedia pasar dan investor asal [[Korea Selatan]] sebagai penyedia teknologi. PT Rajawali Gloves Corporation saat ini dalam proses [[likuidasi]], karena kekurangan modal. Pada tahun 1991 juga, PT Industrial Management Company (IMACO) digabung ke dalam perusahaan ini. IMACO sebelumnya diberi tanggung jawab untuk mengelola PT Pabrik Gula Krebet Baru, PT Pabrik Gula Rejo Agung Baru, PT [[Madu Baru]], PT Phapros, serta Pabrik Batu dan Semen Tahan Api (PBSTA) “LOKA”.<ref name="imaco">{{Cite web|url=http://pgrajawali1.co.id/wp-content/uploads/2020/07/Annual-Report-PT-PG-Rajawali-I-2019_compressed.pdf|title=Laporan Tahunan 2019|publisher=PG Rajawali I|language=id|access-date=25 Oktober 2021}}</ref> Pada tahun 1996, PT Pabrik Gula Krebet Baru dan PT Pabrik Gula Rejo Agung Baru digabung untuk membentuk PT Pabrik Gula Rajawali I.
 
Pada tahun 1988, RNI mendirikan PT Perkebunan Mitra Ogan bersama [[PTPN III]] untuk mengelola sebuah perkebunan kelapa sawit di [[Sumatera Selatan]]. Pada tahun 19891990, PemerintahRNI Indonesiamendirikan menitipkanPT pengelolaanPerkebunan Mitra Kerinci bersama [[PerkebunanPTPN XIVIV]] keuntuk RNImengelola perkebunan teh di [[Solok Selatan]], [[Sumatera Barat]]. Pada tahun 1994, Pemerintah Indonesia resmi menyerahkan mayoritas saham PT Perkebunan XIV ke RNI, dan nama perusahaan tersebut pun diubah menjadi PT Pabrik Gula Rajawali II. Pada tahun 1992, Pemerintah Indonesia menyerahkan sebuah pabrik kondom yang terletak di [[Bandung]] kepada RNI, dan kemudian dibentuklah PT Mitra Rajawali Banjaran untuk mengelola pabrik tersebut. Pada tahun 1998, anak usaha RNI yang bergerak di bidang produksi alat suntik, PT Skifa Rajawali Indonesia, digabung ke dalam PT Mitra Rajawali Banjaran. Pada tahun 1997, RNI mengakuisisi produsen karung plastik asal [[Mojokerto]], PT Citramass Plastik Industri. RNI lalu juga mengakuisisi PT GIEB Indonesia yang saat itu bergerak di bidang distribusi [[barang konsumen]] buatan [[Unilever]] dan lampu buatan [[Philips]] di [[Bali]]. Pada tahun 2003, RNI membeli mayoritas saham PT Pabrik Gula Candi Baru di [[Sidoarjo]].<ref name="merger">{{Cite web|url=https://www.rni.co.id/assets/uploads/document/annual-report/Annual_Report_RNI_2012.pdf|title=Laporan Tahunan 2012|publisher=Rajawali Nusantara Indonesia (Persero)|language=id|access-date=25 Oktober 2021}}</ref>
 
Pada tanggal 7 Juli 2004, RNI memisahkan unit bisnis produksi [[kulit (produk hewan)|kulit]] dan karung plastik dari PT Rajawali Nusindo menjadi sebuah perusahaan tersendiri, masing-masing dengan nama PT Rajawali Tanjungsari dan PT Rajawali Citramass. Pada tanggal 5 November 2014, nama PT Rajawali Tanjungsari diubah menjadi PT Rajawali Tanjungsari Enjiniring. Pada tahun 2017, Rajawali Tanjungsari Enjiniring berekspansi ke bisnis produksi karung plastik.<ref name="rte">{{Cite web|url=https://rajawalitanjungsari.com/index.php?sp|title=Sejarah Perusahaan|publisher= Rajawali Tanjungsari Enjiniring|language=id|access-date=25 Oktober 2021}}</ref> Pada bulan Desember 2010, RNI resmi membeli mayoritas saham PT Laras Astra Kartika yang bergerak di bidang agroindustri kelapa sawit di [[Ogan Komering Ulu Timur]].<ref name="merger"/> Pada tahun 2012, RNI resmi mengakuisisi PT Perkebunan Mitra Kerinci yang bergerak di bidang agroindustri teh di [[Solok Selatan]], [[Sumatera Barat]]. Pada tanggal 27 Maret 2019, RNI resmi menjual mayoritas saham [[Phapros]] ke [[Kimia Farma]] dengan harga Rp 1,36 triliun, sebagai bagian dari upaya pemerintah untuk membentuk holding BUMN di bidang farmasi.<ref name="akuisisi">{{cite web|url=https://m.liputan6.com/bisnis/read/3927042/akuisisi-phapros-kimia-farma-rogoh-rp-136-triliun|title=Akuisisi Phapros, Kimia Farma Rogoh Rp 1,36 Triliun|publisher=liputan6.com|accessdate=9 Januari 2019}}</ref>
 
== Bidang usaha ==