Psikosis: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
←Membuat halaman berisi ''''Psikosis''' merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi ...' |
Tidak ada ringkasan suntingan |
||
Baris 1:
'''Psikosis''' merupakan gangguan tilikan pribadi yang menyebabkan ketidakmampuan seseorang menilai realita dengan fantasi dirinya. Hasilnya, terdapat realita baru versi orang psikosis tersebut. Psikosis adalah suatu kumpulan gejala atau sindrom yang
berhubungan gangguan psikiatri lainnya, tetapi gejala tersebut bukan
merupakan gejala spesifik penyakit tersebut, seperti yang tercantum
dalam kriteria diagnostik DSM-IV (Diagnostic and Statistical Manual
of Mental Disorders) maupun ICD-10 (The International Statistical
Classification of Diseases) atau menggunakan kriteria diagnostik
PPDGJ- III (Pedoman Penggolongan dan Diagnosis Gangguan Jiwa).
Arti psikosis sebenarnya masih bersifat sempit dan bias yang berarti
waham dan halusinasi, selain itu juga ditemukan gejala lain termasuk
di antaranya pembicaraan dan tingkah laku yang kacau, dan gangguan
daya nilai realitas yang berat. Oleh karena itu psikosis dapat pula
diartikan sebagai suatu kumpulan gejala/terdapatnya gangguan fungsi
mental, respon perasaan, daya nilai realitas, komunikasi dan hubungan
antara individu dengan lingkungannya. Skizofrenia adalah salah satu
penyakit yang termasuk dalam golongan psikosis dan merupakan
penyakit psikotik yang paling sering dan paling banyak diketahui, hal
ini tidak berarti skizofrenia sinonim dengan psikosis. Insidensi
skizofrenia di Indonesia sendiri belum jelas.
Penyebab pasti penyakit ini sampai saat ini masih belum jelas
diketahui; dari autopsi ditemukan kelainan di area otak tertentu,
termasuk sistem limbik, korteks frontal, dan ganglia basalis, misalnya
pelebaran sulkus, fisura, serta ventrikel, perubahan asimetri hemisfer
serebri, dan gangguan densitas otak, namun tidak ada satupun yang
khas atau selalu ditemukan pada penderita skizofrenia. Petunjuk
adanya peran genetik pertama kali didapat dari penelitian keluarga.
Jumlah penderita dalam keluarga lebih banyak dibandingkan dengan
penderita pada populasi umum. Satu dari 100 orang dalam populasi
umum pernah menderita skizofrenia dalam periode hidupnya,
sementara dari 100 saudara kandung penderita dijumpai 13 orang juga
skizofrenia. Dari penelitian "epidemiologi keluarga" terlihat bahwa
risiko untuk keponakan adalah 3 persen, masih lebih tinggi dari
populasi normal yang hanya 1 persen. Dengan demikian,
kemungkinan anak tumbuh sehat adalah 97 persen. Makin dekat
hubungan keluarga biologis, makin tinggi risiko terkena skizofrenia.
Etiologi lain yang mendukung adalah bahwa aktivitas neurotransmiter
dopamin berlebihan pada jalur dopamin di susunan saraf pusat yaitu
jalur mesolimbik dapat mencetuskan gejala positif skizofrenia, selain
itu penurunan aktivitas neurotransmiter dopamin pada jalur dopamin
juga mengakibatkan munculnya gejala negatif serta fungsi kognitif,
selain itu juga dihubungkan adanya gejala ekstrapiramidal yang sering
muncul pada pasien skizofrenia.
|