Arsitektur Minangkabau: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Baris 19:
Adapun pendapat lainnya mengatakan bentuk gonjong melambangkan daun sirih bersusun karena sirih sejak lama menjadi perlambangan budaya yang sangat penting dan sakral di Minangkabau. Bagi masyarakat Minangkabau, sirih bermakna sebagai penyambung tali silaturahmi. Sampai saat ini, sirih masih digunakan dalam setiap kegiatan adat masyarakat Minangkabau.{{sfn|Beritagar.id|8 Desember 2017}}{{sfn|Minangkabaunews.com|6 Juni 2011}}
 
Di antara peninggalan tertua dari bangunan dengan atap bergonjong yakni [[Rumah Gadang Kampai Nan Panjang]] di [[Balimbing, Rambatan, Tanah Datar|Nagari Balimbiang]] dan [[Balairung Sari Tabek|Balairung Sari]] di [[Pariangan, Pariangan, Tanah Datar|Nagari Pariangan]] yang terdapat di [[Kabupaten Tanah Datar]]. Keduanya diperkirakan berasal dari peninggalan abad ke-17.{{sfn|Nurmatias|20 Februari 2019}}{{sfn|Wiwin Djuwita Sudjana Ramelan & Yoka Febriola|2013pp=1}}{{sfn|Zulfikar|2017}} Rumah Gadang Kampai Nan Panjang merupakan rumah gadang milik [[Suku Kampai]] yang telah diwariskan secara turun-temurun kepada lima generasi Suku Kampai. Adapun Balairung Sari merupakan tempat musyawarah, tempatdan pertemuan para pemuka masyarakat, dan tempat membicarakan segala hal berkaitan dengan [[adat Minangkabau]].{{sfn|Popi Trisna Putri|2017|pp=44–45}}{{sfn|Nurmatias|20 Februari 2019}}
 
Saat ini, kantor-kantor pemerintahan di Sumatra Barat mengadopsi desain atap gonjong.{{sfn|Andri Nur Oesman|2014|pp=2}} Di luar Sumatra Barat, atap bergonjong dipopulerkan oleh orang Minang yang [[merantau]], terutama yang membuka warung makan. Gonjong telah menjadi simbol yang digunakan pada tampilan bangunan [[rumah makan Padang]] yang tersebar di seluruh Nusantara.{{sfn|Rosiana Haryanti|31 Juli 2018}}