Semusim di Neraka: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 62:
== Pengaruh ==
Hingga tahun 2020, karya ini belum diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia selain oleh Ismanto sendiri ''—'' kemungkinan belum diterjemahkan secara utuh, meskipun beberapa penyair Indonesia fasih berbahasa Prancis. Ismanto mengatakan bahwa mereka seperti tidak tergerak untuk menerjemahkan dan menerbitkan hasil terjemahannya itu. Kemungkinan lain adalah mereka telah menerjemahkannya, tetapi konsumsinya hanya untuk kalangan sendiri karena mereka menyadari bahwa karya ini memang akan "rusak" jika diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=9|ps=}}''
Baris 68 ⟶ 69:
Apa pun alasan ketiadaan teks terjemahannya dalam bahasa Indonesia, karya ini penting tidak hanya bagi karier kepenyairan Rimbaud yang relatif singkat (sekitar empat atau lima tahun), tetapi juga bagi perkembangan kesusasteraan [[Prancis]] dan dunia. ''Semusim di Neraka'' dianggap sebagai salah satu karya awal puisi bebas.''{{sfnp|Kurnia|2019||p=46|ps=}}<ref name=":5" />'' Bentuk puisi prosa di dalamnya awalnya digunakan oleh [[Charles Baudelaire]] dan [[Stéphane Mallarmé]] sebelum dilanjutkan dalam ''Semusim di Neraka.{{sfnp|Rimbaud|2020||p=9|ps=}}'' Puisi ini berpengaruh bagi para penyair dan seniman pada masa selanjutnya, mulai dari [[Patti Smith]], [[André Breton]], hingga [[Jim Morrison]].<ref name=":4" />''{{sfnp|Rimbaud|2020||p=9|ps=}}{{sfnp|Kurnia|2019||p=38|ps=}}''
Rimbaud sendiri memang pernah berada di [[Indonesia]] (saat itu masih bernama [[Hindia Belanda]]), tepatnya di [[Kota Salatiga]].''{{sfnp|Rohman|2020||p=116|ps=}}{{sfnp|Mason|2003||p=17–22|ps=}}'' Dia berusia 22 tahun ketika mendaftarkan diri sebagai serdadu ''[[Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger]]'' (KNIL), yang akan dikirim ke Hindia Belanda pada 18 Mei 1876.<ref name=":0">{{Cite web|last=Matanasi|first=Petrik|date=10 November 2019|title=Arthur Rimbaud, Penyair Prancis yang Jadi Desertir KNIL di Jawa|url=https://tirto.id/arthur-rimbaud-penyair-perancis-yang-jadi-desertir-knil-di-jawa-djMo|website=Tirto.id|access-date=22 Juni 2020}}</ref>''{{sfnp|Dorleans|2006||p=474|ps=}}'' Jean Rocher dan Iwan Santosa dalam buku ''Sejarah Kecil Indonesia-Prancis 1800–2000'' turut membahas mengenai perjalanan Rimbaud di [[Jawa]]. Keduanya menjelaskan bahwa durasinya ketika berada di Indonesia sangat pendek karena dia melakukan [[desersi]]. Pada 2 Agustus 1876, dia dan para serdadu tiba di [[Kota Semarang|Semarang]], tetapi mereka kemudian melarikan diri dengan kereta api karena melihat kekejaman [[kolonialisme]].''{{sfnp|Rocher|Santosa|2013|p=123|ps=}}'' Mereka lantas tiba di [[Stasiun Tuntang]] (saat itu Jenderal Janssens telah menandatangani kapitulasi dari pasukan Prancis-Belanda kepada jenderal Inggris bernama Auchmuty) dan melanjutkan perjalanan dengan berjalan kaki.''{{sfnp|Rohman|2020||p=116|ps=}}'' Mereka dapat memasuki barak di Kota Salatiga dalam waktu dua jam dan akhirnya singgah di [[Rumah Dinas Wali Kota Salatiga]].''{{sfnp|Rocher|Santosa|2013|p=123|ps=}}'' Pada 15 Agustus 1876, Rimbaud tidak hadir dalam apel pagi dan dinyatakan hilang pada 30 Agustus 1876.<ref name=":0" /> Dia diam-diam kabur dengan memakai pakaian biasa supaya tidak mudah dikenali dan meninggalkan seragamnya di tangsi Salatiga.''{{sfnp|Rocher|Santosa|2013|p=124|ps=}}'' Dia lantas berjalan kaki dari Salatiga ke Semarang yang berjarak sekitar 48 kilometer. Tak ada catatan yang menjelaskan secara detail caranya bisa kembali ke [[Eropa]].<ref>{{Cite web|url=https://nationalgeographic.grid.id/read/131676992/adakah-hubungan-antara-salatiga-arthur-rimbaud-dan-soekarno?page=all|title=Adakah Hubungan Antara Salatiga, Arthur Rimbaud, dan Soekarno?|last=Thamrin|first=Mahandis Yoanata|date=5 April 2019|website=National Geographic Indonesia|access-date=22 Juni 2020}}</ref><ref>{{Cite web|last=Patnistik|first=Egidius|date=29 April 2012|title=Gila-Gilaan Orang Hutan: Arthur Rimbaud di Jawa|url=https://internasional.kompas.com/read/2012/04/29/09453966/Gila-gilaan.Orang.Hutan.Arthur.Rimbaud.di.Jawa?page=all|website=Kompas|access-date=23 Juni 2020}}</ref> Namun satu hal yang pasti, demi menghindari aparat [[Belanda]], mau tidak mau dia harus naik kapal non-Belanda.<ref name=":0" /> Setidaknya, menjelang tahun baru 1877 atau tanggal 31 Desember 1876, dia sudah berada di rumah keluarganya, yaitu di Charleville-Mézières.<ref>{{Cite web|last=Iqbal|first=Muhammad|date=22 Maret 2020|title=Desersi Sang Penyair Arthur Rimbaud|url=https://historead.co.id/desersi-sang-penyair-arthur-rimbaud/|website=Historead|access-date=23 Juni 2020}}</ref>''{{sfnp|Dorleans|2006||p=478|ps=}}''
|