Siti Fadilah Supari: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 133:
=== Delegasi WHO ke Indonesia ===
Sikap Indonesia yang tegas menolak mengirim [[Flu Burung|Virus H5N1]] ke [[WHO]] lagi, diekspos begitu luas oleh berbagai media kredibel di dunia, benar-benar membuat WHO gerah. Akhirnya [[delegasi]] [[WHO]] datang juga ke Indonesia dipimpin oleh [[:en:David L. Heymann|David Heymann]], Asistant to Director General WHO yang bertanggung jawab terhadap [[Flu Burung]], dan Keiji Fukuda, bersama dengan staf stafnya, termasuk seorang lawyer perempuan. Pertemuan diadakan di kantor Siti Fadilah, di ruang Cut Mutiah di lantai 2, ruang rapat khusus yang jumlah kursinya terbatas. Delegasi dari Indonesia langsung pimpinannya dan diikuti oleh hampir semua eselon 1 nya, serta sebagian eselon 2 yang terkait. Mulailah rapat tersebut dibuka resmi dan langsung ke titik, ke pokok masalah utama. Pertanyaan mereka sangat klasik. "Mengapa anda tidak mau mengirim virus ke WHO?" Maka jawab Siti Fadilah
milik kami, milik negara Indonesia, milik bangsa Indonesia, milik rakyat Indonesia. Maka kalau anda bersedia mengakui bahwa virus itu milik kami, yaitu dengan jalan menandatangani MTA (''Material Transfer
Agreement'').
Maka saya akan mengirim kembali virus-virus tersebut. Tentu saja bukan untuk diperjual belikan sebagai vaksin. Tetapi untuk kepentingan kesehatan masyarakat saja. Yaitu untuk risk assesment." [[:en:David L. Heymann|David Heymann]] mengatakan
mengirim kembali virus-virus tersebut tanpa syarat, anda akan kami bantu dalam capacity building. Laboratorium anda akan kami jadikan reff Lab. Dan apa pun kebutuhan anda yang lain?! Apa anda butuh vaksin yang sudah jadi dan berapa dosis yang anda butuhkan?
Semuanya, kami akan penuhi." Siti Fadilah menjawab
untuk bersikap adil terhadap negara negara yang sedang berkembang yang biasanya menderita infeksi. Hargailah hak mereka yang menderita, hak untuk memiliki virus yang mungkin sudah membunuh rakyatnya. Saya ataupun mereka bukan pengemis yang minta-minta dibantu. Dan kemudian harus menurut saja kepada kemauan anda untuk agar kami berjalan di dalam koridor ketidak-adilan bahkan didalam koridor penjajahan. Kalau saja kepemilikan virus oleh negara yang mengirim virus itu diakui, segalanya akan bisa kita peroleh bukankarena anda beri tetapi
kita menjadi mampu memiliki itu semua dengan cara
yang bermartabat. [[:en:David L. Heymann|Mister Heymann]], sadarkah anda hahwa [[WHO]] melalui mekanisme GISN nyata-nyata telah bertindak tidak adil?" [[:en:David L. Heymann|Heymann]] menjawab
[[:en:David L. Heymann|Heyman]] diam.{{sfn|Saatnya Dunia Berubah! Tangan Tuhan di Balik Virus Flu Burung|2007|p=41}}
Baris 148:
*Kedua, Indonesia dengan tegas menyatakan bahwa bersedia mengirim virus asalkan WHO mengakui kepemilikan virus tersebut adalah milik Indonesia dengan jalan menandatangani MTA (dimana isinya termasuk menjelaskan untuk keperluan apa virus itu diambil). Kalau hanya untuk keperluan public health, atau diagnosis dan untuk pengkajian risiko, Indonesia tidak keberatan. Tetapi Indonesia tidak setuju bila WHO memindah-tangankan virus/seed virus kepada siapa pun termasuk kepada industri farmasi produsen vaksin dan kemudian diperdagangkan dan yang terakhir seed virus tidak boleh dipatenkan (saat ini beberapa orang telah mematenkan atas nama pribadi)
Perdebatan berjalan terus. Apalagi sewaktu Delegasi Indonesia mempersiapkan press release. [[:en:David L. Heymann|David Heymann]] maunya konsep yang dia buat yang harus disampaikan bersama ke wartawan, dimana isi dari konsep tersebut
sikap [[WHO]] "sedikit melunak" dengan menawarkan konsesus atau kesepakatan antar negara yang sedang berkembang. Maksudnya apa yang menjadi keinginan negara-negara sedang berkembang akan ditampung dan diakomodasi. [[:en:David L. Heymann|David Heymann]]
|