Krisis Selat Sunda: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Konfrontasi Mengembang: Perbaikan terjemahan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor
Awal Konfrontasi: Perbaikan terjemahan
Baris 15:
Proyek pembentukan federasi ini diberi nama "Grand Design" oleh [[Ramsay MacDonald]] dan merupakan pondasi pemikiran strategi Inggris menyangkut Asia Tenggara selama pertengahan 1950-an. Federasi awal terbentuk dari berbagai negara bagian Malaya. Singapura dan negara-negara bagian di Borneo bergabung kemudian. Rencana ini juga mendapat dukungan dari pemerintah Malaysia yang berharap untuk mencegah klaim Indonesia atas Pulau Borneo.<ref>Easter 2012, pp. 5–6.</ref>
 
=== Awal Konfrontasi Indonesia-Malaysia ===
[[Berkas:Presiden_Sukarno_dyk.jpg|jmpl|Presiden Soekarno dari Indonesia adalah kekuatan pendorong di balik <span>Konfrontasi</span>.]]
Sementara itu, Indonesia, dan terutama presidennya yang lama menjabat: Soekarno, dengan keras menentang pembentukan Federasi. Soekarno menentang menetapnya kehadiran Inggris yang "imperialis" di [[Asia Tenggara]], ia bercita-cita menjadi kekuatan tertinggi di wilayah tersebut. Penggabungan koloni-koloni Borneo ke federasi baru tersebut juga ia tentang karena ia bermaksud untuk mendapatkan kontrol seluruh pulau. Dengan kepemilikan atas [[Kalimantan (Indonesia)|Kalimantan]], Indonesia sudah menguasai sebagian besar Pulau Borneo. Untuk meningkatkan posisi Indonesia di meja perundingan sebelum Federasi diciptakan, Soekarno memulai periode k<span>onfrontasi</span> dengan Malaysia. Awalnya Konfrontasi terdiri atas serangan yang sering dilakukan oleh 'relawan' Indonesia ke wilayah Malaysia. Konflik ini masih tidak dianggap sebagai perang oleh kedua pihak, terutama oleh Indonesia. Ketika ditanya tentang apa sebenarnya konfrontasi itu, Menteri Luar Negeri [[Soebandrio]] dari Indonesia menjawab, "Konfrontasi tidak mencakup perang, karena dapat dilakukan tanpa perang."
Baris 31:
=== <span>Pelayaran </span>''Victorious'' dari Singapura ===
[[Berkas:HMS_Victorious_(R38)_underway_in_the_Pacific_Ocean_c1964.jpg|jmpl|HMS ''Victorious'' berjalan di Pasifik pada tahun 1964.]]
Pada tanggal 26 Agustus, kapal induk HMS ''Victorious'' berlayar dari Singapura. bersama duaDua kapal perusak yang mengawal, HMS ''Caesar'' dan HMS ''Cavendish'', mengawal kapal induk tersebut menuju [[Fremantle|Perth]], [[Australia Barat]]. Tujuan sebenarnya perjalanan ini yang sebenarnya masih diperdebatkan,. namunNamun, ada kemungkinan bahwa kelompok kapal induk tersebut lewat sebagai unjuk kekuatan kepada Indonesia setelah peristiwa pendaratan relawan Indonesia di Pontian. danPerjalanan 'ini juga merupakan bagian "kunjungan niatberniat baik" yang rutin resmidilakukan untukkepada negara sekutu Inggris.<ref name=":7">Auerswald 2000, p. 103.</ref><ref name=":4">Roberts 2009, p. 52.</ref> Satuan tugas tersebut ternyata mendapat respons yang sangat sedikitkecil dari Indonesia saat melewati wilayah perairan mereka. Kapal induk melaporkan hanya ada satu [[Tu-16 Badger|Tupolev Tu-16]] yang melakukan ''flyover'' ketika kapal-kapal perang ini melalui Selat Sunda pada hari berikutnya.<ref>McCart 1998, p. 153.</ref> Kepemilikan selat itu sendiri kompleks,bersifat rumit. Indonesia mengklaimnyamengajukan meskipunklaim sementara Inggris menegaskannya sebagai perairan internasional. sehinggaBerdasarkan sudut pandang Inggris, kapal perang mereka bisa lewat setiap waktu. Mengikuti standar prosedur Inggris dalam situasi seperti ini, [[Atase militer|Atase Militer]] Inggris di [[Daerah Khusus Ibukota Jakarta|Jakarta]] telah menelepon Direktur Intelijen Angkatan Laut Indonesia dan menyampaikan bahwa skuadron mereka akan melewati wilayah Indonesia tanpa memintapersetujuan. izinSebelumnya, sebelumnya Inggris telah melalui selat tersebut samadengan halnyacara yang sama pada bulan Oktober 1963.<ref>Easter 2012, p. 99.</ref> Kebijakan ini,yang dibuat oleh [[Departemen Luar Negeri dan Persemakmuran|Departemen Luar Negeri Inggris]], memiliki tujuan ganda. Mereka memberi peringatan memberitahukanterhadap orang-orang Indonesia atas aksi yang mungkindinilai provokatif tanpa kesadaran mengenai apa yang mereka pikir sebagai klaim berlebihan diuntuk perairan internasional. Tanggal kembali ke Singapura tidakbelum diatur dengan pasti pada saat berlayarini, tetapipelayaran kembali hanya diperkirakan dilakukan pada sekitar pertengahan bulan September.<ref name=":1">Boon Kwan 2005, p. 406.</ref>
 
=== Respons Awal Indonesia ===
[[Berkas:Subandrio_1964.jpg|kiri|jmpl|Menteri Luar Negeri Soebandrio pada tahun 1964.]]
Keesokan harinya (28 Agustus), Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Suwito memanggil ''Charge d'Affaires ''Inggris. Ia mengeluhkan bahwa pemberitahuan Inggris terlalu kasual;santai. meskipunMeskipun tidak meminta Inggris untuk memohon izin kepada Indonesia untuk tindakan sepertihal itu, ia meminta Inggris untuk memberikan pengumuman yang lebih formal, sebaiknya tertulis, di waktu berikutnya. Jika tidak, Suwito memperingatkan, "ketegangan sekarang mungkin dapat mengakibatkan insiden yang tidak direncanakan, tidak diinginkan tetapi serius,". pernyataanPernyataan yang dengantersebut cepatsegera diteruskan ke pemerintah Inggris.<ref name=":2">Easter 2012, p. 100.</ref> ''Charge d'Affairs'' menjawab bahwa setiap pemberitahuan lebih lanjut akan dilakukan secara tertulis, agar tidak menimbulkan masalah apapun. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 2 September, sehari setelah [[pendaratan di Labis]], Subandrio mengambil garissikap yang lebih keras dengan memberitahu Duta Besar Australia di Jakarta bahwa ''Victorious'' akan ditolak jika kembali melalui Selat Sunda. Penyebab larangan tersebut tidak jelas, karena dokumen-dokumen resmi dari waktu itu tidak tersedia,. tetapiNamun, pengumuman Subandrio ini sejalan dengan kebijakan pemerintah soal pelayaran melalui perairan Indonesia, yakniyang bermaksud melakukan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan ilegal setelah kelompok kapal induk Amerika melakukannyalewat diberlayar pada awal bulan.<ref>Boon Kwan 2005, p. 402.</ref> Pembuat kebijakan Indonesia juga kemungkinan khawatir atasmengkhawatirkan ancaman kekuatan udara Inggris yang begitu dekat denganterhadap Jakarta serta kemungkinan akanInggris usahasedang Inggrisberusaha untuk memprovokasi respons yangIndonesia, mirip dengan tindakan Vietnam terhadap Amerika pada [[insiden Teluk Tonkin]] di awal tahun itu. Alasan terakhir tampaknya sangat mungkin, dengandijelaskan oleh kemurkaankemarahan Sukarno yang sangat tampak dalam menanggapi insiden itu,. sudahSudah wajar jika tanggapan terhadap serangantindakan Inggris ini sama kuat. Bagaimanapun juga, pimpinan Indonesia memahami insiden ini sebagai pembalasan langsung atas pendaratan Pontian dan mensinyalir ketekadantekad Inggris;. meskipunMeskipun mengkhawatirkan, tidak bisa mengalahkan pelanggaran Inggris atas klaim bahari mereka tidak kalah penting.<ref>Boon Kwan 2005, p. 407.</ref>
 
=== Putusan dan Rencana Inggris Memaksakan Selat Sunda ===