== Perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia ==
Perayaan Tahun Baru Imlek di Indonesia umumnya dilaksanakan dalam jangka waktu 15 hari. Ini berlaku dalam berbagai kelompok atau sub-grup Tionghoa. Terutama bagi masyarakat Tionghoa yang masih menjalankan tradisi pemujaan leluhur, Tahun Baru Imlek adalah salah satu peristiwa di mana mereka melaksanakan penghormatan terhadap leluhur yang telah mendahului mereka. Berbagai ritual dan tradisi lain pun dilaksanakan menurut tradisi masing-masing sub-grup dalam 15 hari tersebut. Pengucapan syukur pada hari ke-9 kepada Thian dikenal dalam tradisi Hokkien sebagai "King Thi Kong" atau "Pai Thi Kong" yang kemudian diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia sebagai "Sembahyang Tuhan Allah".
Biasanya, perayaan tahun baru Imlek berlangsung sampai 15 hari. Satu hari sebelum atau pada saat hari raya Imlek, bagi warga Indonesia keturunan Tionghoa adalah suatu keharusan untuk melaksanakan pemujaan kepada leluhur, seperti dalam upacara kematian, memelihara meja abu atau ''lingwei'' (lembar papan kayu bertuliskan nama almarhum leluhur), bersembahyang leluhur seperti yang dilakukan pada hari Ceng Beng (hari khusus untuk berziarah dan membersihkan kuburan leluhur). Oleh sebab itu, satu hari sebelumnya atau pada saat hari raya Imlek para anggota keluarga akan datang ke rumah anggota keluarga yang memelihara ''lingwei'' (meja abu) leluhur untuk bersembahyang, atau mengunjungi rumah abu tempat penitipan lingwei leluhur untuk bersembahyang. Sebagai bentuk penghormatan dan sebagai tanda balas-budi maka pada saat acara sembahyang dilakukan pula persembahan jamuan makan untuk arwah para leluhur. Makna dari adanya jamuan makan untuk arwah leluhur adalah agar kegembiraan dan kebahagian saat menyambut hari raya Imlek yang dilakukan di alam manusia oleh keturunannya juga dapat turut serta dinikmati oleh para leluhur di alam lain. Selain jamuan makan juga dilakukan persembahan bakaran ''jinzhi'' (Hanzi= 金紙; <small>sederhana</small>=金纸; <small>hanyu pinyin</small>= jīnzhǐ; <small>Hokkien</small>= kimcoa; <small>harafiah</small>= kertas emas) yang umumnya dikenal sebagai uang arwah (uang orang mati) serta berbagai kesenian kertas (紙紮) ''zhǐzhā'' (pakaian, rumah-rumahan, mobil-mobilan, perlengkapan sehari-hari, dan pembantu). Makna persembahan bakaran ''jinzhi'' dan ''zhǐzhā'' yang dilakukan oleh keturunannya adalah agar arwah para leluhur tidak menderita kekurangan serta sebagai bekal untuk mencukupi kebutuhannya di alam lain. Praktik jamuan makan dan persembahan bakaran ''jinzhi'' dan ''zhǐzhā'' yang dilakukan oleh keturunannya untuk arwah para leluhur di alam lain merupakan bentuk perwujudan tanda bakti dan balas-budi atas apa yang telah dilakukan oleh orangtuanya saat masih hidup kepada anak-anaknya di alam manusia.
Pada hari ke-15, perayaan diselenggarakan untuk menutup Tahun Baru Imlek dengan meriah. Perayaan ini dinakaman Cap Go Meh atau "Malam ke-15" dalam bahasa Hokkien. Istilah lainnya yang dikenal masyarakat Tionghoa Indonesia adalah Guan Siau. Bagi kalangan masyarakat Hakka, hari ke-15 dikenal dengan istilah Cang Ngiet Pan. Perayaan penutup ini ditandai dengan bersinarnya bulan karena bertepatan dengan purnama.
Pada malam tanggal 8 menjelang tanggal 9 pada saat ''cu si'' (jam 23:00-01:00) Umat melakukan sembahyang lagi. Sembahyang ini disebut Sembahyang “King Thi Kong” (Sembahyang Tuhan Yang Maha Esa) dan dilakukan di depan pintu rumah menghadap langit lepas dengan menggunakan altar yang terbuat dari meja tinggi berikut sesaji, berupa ''sam-poo'' (teh, bunga, air jernih), ''tee-liau'' (teh dan manisan tiga macam), ''mi swa, ngo koo'' (lima macam buah), sepasang tebu, dan tidak lupa beberapa peralatan seperti ''hio-lo'' (tempat dupa), ''swan-loo'' (tempat dupa ratus/bubuk), ''bun-loo'' (tempat menyempurnakan surat doa), dan lilin besar.
Selain dikenal dengan perayaan yang berwarna, pada saat Imlek inilah muncul berbagai hidangan dan makanan khas Imlek yang khas.
Pada hari Cap Go Meh, tanggal 15 Imlek saat bulan purnama, umat melakukan sembahyang penutupan tahun baru pada saat antara ''shien si'' (jam 15:00-17:00) dan ''cu si'' (jam 23:00-01:00). Upacara sembahyang dengan menggunakan ''thiam hio'' atau upacara besar ini disebut Sembahyang Gwan Siau (Yuanxiaojie). Sembahyang kepada Tuhan adalah wajib dilakukan, tidak saja pada hari-hari besar, namun setiap hari pagi dan malam, tanggal 1 dan 15 Imlek dan hari-hari lainnya.
Kini, tahun baru Imlek dirayakan dengan beragam cara, mengingat Indonesia memiliki beragam budaya dan warga Indonesia keturunan Tionghoa telah memeluk keberagaman dan menganut agama dan kepercayaan yang berbeda-beda. Meski demikian, berkumpul bersama, makan [[kue keranjang]], dan berbagi [[angpau]] menjadi benang merah dari perayaan tahun baru Imlek.[https://nasional.kompas.com/read/2019/02/05/15310011/perayaan-imlek-bagi-muslim-tionghoa-di-indonesia-]
== Sejarah Tahun Baru Imlek di Indonesia ==
|