Keesokan harinya (28 Agustus), Wakil Menteri Luar Negeri Indonesia Suwito memanggil ''Charge d'Affaires ''Inggris. Ia mengeluhkan bahwa pemberitahuan Inggris terlalu santai. Tanpa meminta Inggris untuk memohon izin kepada Indonesia untuk hal itu, ia meminta Inggris untuk memberikan pengumuman yang lebih formal, sebaiknya tertulis, di waktu berikutnya. Jika tidak, Suwito memperingatkan, "ketegangan sekarang dapat mengakibatkan insiden yang tidak disengaja, tidak diinginkan tetapi serius,". Pernyataan tersebut segera diteruskan ke pemerintah Inggris.<ref name=":2">Easter 2012, p. 100.</ref> ''Charge d'Affairs'' menjawab bahwa setiap pemberitahuan lebih lanjut akan dilakukan secara tertulis agar tidak menimbulkan masalah apapun. Beberapa hari kemudian, pada tanggal 2 September, sehari setelah [[pendaratan di Labis]], Subandrio mengambil sikap yang lebih keras dengan memberitahu Duta Besar Australia di Jakarta bahwa ''Victorious'' akan ditolak jika kembali melalui Selat Sunda. Penyebab larangan tersebut tidak jelas karena dokumen-dokumen resmi dari waktu itu tidak tersedia. Namun, pengumuman Subandrio ini sejalan dengan kebijakan pemerintah soal pelayaran melalui perairan Indonesia yang bermaksud melakukan penindakan terhadap kegiatan-kegiatan ilegal setelah kelompok kapal induk Amerika lewat berlayar pada awal bulan.<ref>Boon Kwan 2005, p. 402.</ref> Pembuat kebijakan Indonesia juga kemungkinan mengkhawatirkan ancaman kekuatan udara Inggris terhadap Jakarta serta kemungkinan Inggris sedang berusaha untuk memprovokasi respons Indonesia, mirip dengan tindakan Vietnam terhadap Amerika pada [[insiden Teluk Tonkin]] di awal tahun itu. Alasan terakhir tampaknya sangat mungkin, menilik kemarahan Sukarno yang sangat tampak dalam menanggapi insiden itu. Sudah wajar jika tanggapan terhadap tindakan Inggris ini sama kuat. Bagaimanapun juga, pimpinan Indonesia memahami insiden ini sebagai pembalasan langsung atas pendaratan Pontian, unjuk tekad Inggris. Meskipun mengkhawatirkan, pelanggaran Inggris atas klaim bahari Indonesia tidak kalah penting.<ref>Boon Kwan 2005, p. 407.</ref>
=== Putusan dan Rencanarencana Inggris Memaksakanmemaksa melewati Selat Sunda ===
Departemen Luar Negeri Inggris tidak memiliki niatberniat mundur dalam menghadapi perbuatan yang dipandang sebagai penghinaan terhadap martabat Inggris. Thorneycroft berargumen bahwa jika ''Victorious'' tidak melewati Selat Sunda dalam perjalanan pulang, Inggris "harus menderita kekalahan politik substansialbesar dengan efek yang tak terduga terhadap posisi militer di Timur Jauh,". Pandangan tersebut didukung oleh Laksamana Mountbatten dan David Luce, Kepala Staf Angkatan Laut.<ref name=":3">Boon Kwan 2005, p. 408.</ref> Mountbatten bahkan melangkah lebih jauh, memperingatkan Thorneycroft bahwa kegagalan dalam memenuhi tantangan ini akan memiliki "dampak serius" untuk "perawakan seluruh militer - tidak hanya di Timur Jauh, tetapi di seluruh dunia." Luce dan Mountbatten juga menganggap ini sebagai kesempatan sempurna untuk menekan Jakarta untuk pertama kalinya. Luce menyatakan bahwa pelayaran kembali "bisa saja memberikan inisiatif untuk kita". Mountbatten memandangnya sebagai saat yang tepat untuk mengalihkan Soekarno dari penyerangan terhadap Malaysia. Setidaknya, pelayaran melalui Selat Sunda harus dipertahankan.
Pandangan pemerintah Inggris tidak disetujui oleh para komandan angkatan laut, terutama Sir Varyl Begg, Panglima tentara Inggris di wilayah itu. Ia meyakini bahwa kapal induk terlalu lemah jika harus mempertahankan diri atau menyerang balik Indonesia. Begg merasa bahwa sempitnya Selat Sunda dan kondisi geografis lokal membatasi gerakan kapal dan menghilangkan fungsi radar. Aturan pelayaran sendiri membuat kapal tidak bisa membawa pesawat di atas dek atau menerbangkan pesawat. Ia menyarankan agar kapal-kapal perusak saja yang melewati selat tersebut. Kapal-kapal tersebut tidak sama berharganya dengan kapal induk. Pandangannya didukung oleh Lord Antony Head yang berpendapat bahwa jika kapal induk tidak berada dalam posisi bahaya, Indonesia hanya sedikit diuntungkan dan Inggris pun sedikit dirugikan. Namun, Luce tetap bersikukuh bahwa ''Victorious'' harus berlayar melewati Selat Sunda. Menghadapi kekhwatiran Begg, Luce memberi tahu bahwa kapal induk yang lebih modern, HMS ''Centaur,'' akan siap memberikan perlindungan udara untuk satuan tugas tersebut. Bala bantuan juga disiapkan di Singapura untuk menghadang provokasi Indonesia. Thorneycroft memerintahkan Begg untuk mulai merencanakan pelayaran melalui Selat Sunda, sebagaimana para petugas tentukan pada 3 - 4 September: kapal induk itu tidak boleh dialihkan.
=== Alternatif dan Resolusi Indonesia untuk Krisis Ini ===
Pada tanggal 9 September, Suwito memberitahu seorang diplomat Inggris bahwa Selat Sunda akan ditutup untukkarena diselenggarakannya latihan angkatan laut. danIa memberitahu bahwa keputusanjika kapal perang Inggris untuk menjauhi daerah itu untuk sementara akanwaktu, ia berterima dihargaikasih. Untuk Inggris, pemberitahuan ini tampak sebagaimerupakan eskalasi krisis;. jikaJika satuan tugas berlayar melaluinyamelalui Selat Sunda, mungkin mereka harus melawan [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|Angkatan Laut Indonesia]] secara langsung - meskipun pada kenyataannya Indonesia sedang mengurangi tekad untuk menghadang pelayaran satuan tugas Inggris melalui Selat Sunda, dan berharap menjauhkan Inggris dari percobaan memaksakan diri melaluidengan metodecara yang tidak langsungtersirat.<ref>Easter 2012, p. 101.</ref> Bagaimanapun, Inggris tidak menafsirkan demikian;. pengumumanPengumuman itu memicu babak baru perdebatan mengenai pemaksaan pelayaran ini. Thorneycroft meninjau kembali rencana dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan Kantor Relasi Persemakmuran;. kebanyakanKebanyakan dari mereka memberitahunyameminta untukagar ia mempertimbangkan pendapat para komandan di tempat. Setelah mengingat dukungan Lord Head yang berpengaruh terhadap pandanganpendapat Begg, Thorneycroft goyah dan memutuskan bahwa dua kapal perusak harus lanjut melalui Selat Sunda tanpa ''Victorious'', dengan pesawat dari kapal itu dan ''Centaur'' mengikuti sebagai bala bantuan.<ref name=":6">Boon Kwan 2005, p. 409.</ref> Meskipun khawatir tentang efek psikologis dari tidak lewatnya kapal induk, ia diingatkanmengingat kembali bahwa Inggris tidakbelum memberitahu Jakarta bahwa kapal ituinduk akan kembali lewat jalanrute ituyang sama dengan sebelumnya.
Dalam rapat Kabinet keesokan paginya, Butler mengangkat isu ini sekali lagi, menginformasikan Kabinet bahwa Indonesia berusaha untuk menghalangi ''Victorious'' melewati Selat Sunda dengan dalih latihan angkatan laut. Thorneycroft kemudian berbicara, menyatakan bahwa Soekarno akan "mendapatkan prestise" jika ia menghentikan kapal-kapal agar tidak lewat, dan bahwa ia mungkin akan menutup jalur air lainya untuk Angkatan Laut Inggris jika usaha kali ini berhasil. Thorneycroft mengaku bahwa ia awalnya berencana untuk mengirim kapal induk itu untukagar melalui Selat Sunda, tetapi, setelah diskusi dengan Head dan Begg, ia memutuskan untuk mengirim kapal perusakpenghancur saja lewat selat itu, dan mengirim ''Victorious'' ke utara mengelilingi Sumatra. Kapal-kapal penghancur masih akan mampu menegakkan hak atas pelayarannya, sementara memaksa Soekarno untuk menyerang atau membiarkan mereka lewat. Jika Indonesia menyerang kapal-kapal tersebut, "itu akan jadi sebuah tindakan perang... dan kita [Inggris] akan harus membalas dengan kekuatan besar." Meskipun Kabinet mencatat bahwa kapal perusakpenghancur bisa saja hancur jika diserang, tidak membungkuk kepadamenuruti Soekarno dianggap perlu. Inggris dan Indonesia berada di jurang perang habis-habisan.
Namun, Kabinet belum tahu bahwa Indonesia sudah menyiapkan alternatifjalan dari kemungkinanselain perang tersebut. Pada hari itu juga, tanggal 10 September, Suwito meminta Inggris untuk menghindari "kesalahpahaman" yang mengerikan dan secara diam-diam menawarkan mereka untuk melewati Selat Lombok. Di samping lebih jauh dari Jakarta, wilayah itu masih diklaimtermasuk dalam klaim Indonesia,. danRute lain ini mungkin akan membantu Inggris menyelamatkan wajahnyareputasi sementaradan tidak memasukkan diri dalammemasuki perang yang mereka tidak inginkandiinginkan. Dengan dukungan Departemen Luar Negeri, Thorneycroft dan Perdana Menteri [[Alec Douglas-Home]] meyetujuimenyetujui kompromi tersebut,. danMereka memberitahu Suwito bahwa kapal-kapal itu akan mengambil jalur Selat Lombok. Suwito tampak, menurut para saksi mata, "teramat lega" setelah menghindari konflik penuh.<ref>Easter 2012, pp. 102–3.</ref> ''Victorious'', setelah bertemu dengan kapal perusak HMS ''Hampshire'' dan frigat HMS ''Dido'' dan HMS ''Berwick'', berlayar dengan aman melalui Selat Lombok pada tanggal 12 September.
== Dampak ==
|