Dalam hasil rapat kabinet perihal operasi angkatan laut pada 7 September, Thorneycroft dan Mountbatten mengajukan pemaksaan pelayaran melalui Selat Sunda dengan satuan tugas meskipun mereka mengakui bahwa kapal induk akan berisiko mengalami kerusakan atau kerugian. Hal ini mereka anggap mencegah Soekarno mencapai kemenangan ''[[brinkmanship]],'' bernilai sepadan dengan kerugian yang akan diderita. Walau Menteri Luar Negeri R. A. Butler dengan sangat kuat mendukung argumen Begg bahwa ''Victorious ''merupakan aset yang terlalu berharga untuk dikorbankan, argumen Thorneycroft menang. Kabinet setuju bahwa kapal tidak akan dialihkan sebab penghalangan kapal induk itu akan meningkatkan martabat Soekarno tanpa batas. Mereka menyetujui persiapan Operasi Althorpe, rencana untuk melenyapkan angkatan udara Indonesia sebagai balasan terhadap serangan yang mungkin terjadi.<ref name=":5">Easter 2012, p. 102.</ref> Meskipun tidak ada keputusan tergesa-gesa yang dibuat, Kabinet setuju untuk memeriksa masalah ini lebih lanjut.<ref>Boon Kwan 2005, pp. 408–9.</ref>
=== Alternatif dan Resolusiresolusi Indonesia untuk Krisis Ini ===
Pada tanggal 9 September, Suwito memberitahu seorang diplomat Inggris bahwa Selat Sunda akan ditutup karena diselenggarakannya latihan angkatan laut. Ia memberitahu bahwa jika kapal perang Inggris menjauhi daerah itu untuk sementara waktu, ia berterima kasih. Untuk Inggris, pemberitahuan ini merupakan eskalasi krisis. Jika satuan tugas berlayar melalui Selat Sunda, mungkin mereka harus melawan [[Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut|Angkatan Laut Indonesia]] secara langsung - meskipun pada kenyataannya Indonesia sedang mengurangi tekad untuk menghadang pelayaran satuan tugas Inggris melalui Selat Sunda dan berharap menjauhkan Inggris dari percobaan memaksakan diri dengan cara tersirat.<ref>Easter 2012, p. 101.</ref> Bagaimanapun, Inggris tidak menafsirkan demikian. Pengumuman itu memicu babak baru perdebatan mengenai pemaksaan pelayaran ini. Thorneycroft meninjau kembali rencana dengan Kementerian Luar Negeri, Kementerian Pertahanan, dan Kantor Relasi Persemakmuran. Kebanyakan dari mereka meminta agar ia mempertimbangkan pendapat para komandan di tempat. Setelah mengingat dukungan Lord Head terhadap pendapat Begg, Thorneycroft memutuskan bahwa dua kapal perusak harus lanjut melalui Selat Sunda tanpa ''Victorious'', pesawat dari kapal itu dan ''Centaur'' mengikuti sebagai bala bantuan.<ref name=":6">Boon Kwan 2005, p. 409.</ref> Meskipun khawatir tentang efek psikologis dari tidak lewatnya kapal induk, ia mengingat kembali bahwa Inggris belum memberitahu Jakarta bahwa kapal induk akan kembali lewat rute yang sama dengan sebelumnya.
== Dampak ==
Krisis Selat Sunda adalah titik puncak di mana konfrontasiKonfrontasi Indonesia-Malaysia hampir memasuki perang penuh,. danMeskipun pada akhirnya pergerakankemungkinan itu memang terhindari, tetapi bayangan konflik belum sepenuhnyamasih berlaluberjalan. Indonesia belum berhenti melakukan pendaratan di Malaysia, dan. Inggris telah berniat melakukan pembalasan jika terpojok karena tekanan Malaysia baik melalui badan pemerintahan maupun [[Perserikatan Bangsa-Bangsa]] (PBB).<ref>Easter 2012, p. 103.</ref> Namun, krisis ini dengan cepat mereda setelah pelayaran ''Victorious'' melalui Selat Lombok. Perdana Menteri Malaysia [[Tunku Abdul Rahman]] melaporkan tawaran damai rahasia dari Soekarno pada 16 September; walaupun Inggris meragukan ketulusan tawaran ini, sulit diragukan bahwa insiden ini telah menguncang kepercayaan diri Jakarta. Dukungan Indonesia dari Afrika dan Asia di PBB mulai melemah; bertahan dari pengutukan sebab perbuatan mereka terhadap Malaysia hanya karena veto [[Uni Soviet]]. Hasilnya Tunku memberitahu Inggris pada 18 September bahwa ia tidak akan membalas secara langsung dan akan berusaha membawa kasus ini ke PBB, melegakan Inggris, yang menyambut "let-off" ini.<ref name=":8">Subritzky 2000, p. 121.</ref> Inggris membatalkan rencana pelayaran kapal-kapal perang besar mereka yang provokatif, dan mulai saat itu menjadi jelas bahwa tidak ada pihak yang menginginkan perang.<ref>Kraska & Pedrozo 2013, p. 137.</ref>
Krisis Selat Sunda dengan cepat mereda setelah pelayaran ''Victorious'' melalui Selat Lombok. Perdana Menteri Malaysia [[Tunku Abdul Rahman]] melaporkan tawaran damai rahasia dari Soekarno pada 16 September. Walaupun Inggris meragukan ketulusan tawaran ini, insiden ini berhasil mengguncang kepercayaan diri Jakarta. Dukungan Indonesia dari Afrika dan Asia di PBB mulai melemah. Indonesia tidak menerima kutukan atas perbuatan mereka terhadap Malaysia hanya karena veto [[Uni Soviet]].
=== Hasil yang Diperdebatkan === ▼
Perdebatan mengenai siapa yang lebih diuntungkan dengan hasil krisis ini, Inggris atau Indonesia, berlanjut hingga kini; meskipun banyak sejarawan menggambarkan Inggris untung (diakui, mereka berkebangsaan Inggris dan Amerika) ada kondisi kredibel yang menunjukkan keberhasilan kedua belah pihak.<ref>Boon Kwan 2005, p. 410.</ref> ▼
Dengan demikian, Tunku mengabari Inggris pada tanggal 18 September bahwa ia tidak akan menyerang balik secara langsung dan akan berusaha membawa kasus ini ke PBB. Keputusan ini melegakan Inggris yang menyambut perelaan ini.<ref name=":8">Subritzky 2000, p. 121.</ref> Inggris membatalkan rencana pelayaran kapal-kapal perang besar yang provokatif. Dimulai saat itu, menjadi jelas bahwa tidak ada pihak yang menginginkan perang.<ref>Kraska & Pedrozo 2013, p. 137.</ref>
▲=== Hasil yang Diperdebatkandiperdebatkan ===
▲Perdebatan mengenai siapaSiapa yang lebih diuntungkan dengandalam hasilresolusi krisis ini, Inggris atau Indonesia, berlanjutmasih diperdebatkan hingga kini ; meskipun. banyakBanyak sejarawan menggambarkanmenganggap Inggris untungdiuntungkan. (diakui,Sejarawan-sejarawan merekatersebut berkebangsaan Inggris dan Amerika ). Namun, ada kondisilaporan kredibeltepercaya yang menunjukkan keberhasilan kedua belah pihak.<ref>Boon Kwan 2005, p. 410.</ref>
==== Inggris ====
Kebanyakan sejarawan mendukung ceritanarasi bahwa meskipun ''Victorious'' berlayar melalui Selat Lombok dan bukan Selat Sunda, Inggris dengan gamblang menang dalam unjuk kekuatan selama Krisis Selat Sunda. Banyak laporan, termasuk ''History of Counterinsurgency ''oleh Gregory Fremont-Barnes, setuju dengan versi sederhana bahwa Indonesia menutup selat tersebut karena satu alasan atau yang lain dan kedatangan satuan tugas mengintimidasi Soekarno untuk membukanya kembali.<ref>Fremont-Barnes 2015, p. 112.</ref> ArgumenBanyak argumen yang umum adalah pelayaran tersebut merupakan unjuk kekuatan yang efektif dan berani,. Mereka sering kali mengabaikan masalah Selat Sunda sama sekali;. sentimenSentimen yangitu ditunjukkan oleh para awak ''Victorious ''sendiri,. yang selamaSelama perjalanan melalui Selat Lombok, mereka berada di pos aksi saat melihat kapal selam Indonesia dan siap untuk menembak jika ada tanda-tanda permusuhan, percaya bahwa orang Indonesia memilih untuk menahan diri karena takut terhadap kekuatan mereka. Pandangan tersebut dipertahankan oleh laporan resmi Inggris,. menggambarkanResolusi hasilkrisis krisisdianggap sebagai kompromi dari masyarakat Indonesia, yang dalam istilah ''brinksmanship'', "berkedip terlebih dahulu" setelah Inggris menolak untuk mundur. Departemen Luar Negeri bahkan habis-habisan mengklaim bahwa Selat Lombok sama saja dengan Selat Sunda, meskipun terdapat jarak yang lebih jauh antara Singapura dan Australia lebih jauh karenanya.<ref>Boon Kwan 2005, p. 411.</ref> Setidaknya, kekalahan Indonesia kemudian hari di Perserikatan Bangsa-Bangsa dan kesepakatan pembatalan Tunku Abdul Rahman untukdari menjauhkanpenyerangan diri dari pembalasanbalik adalah hasil yang sangat positif bagi Inggris dariuntuk insidenperistiwa ini.
==== Indonesia ====
Sebaliknya, sejarawan Toh Boon Kwan berpendapat panjang lebar mengenai kepentingan orang Indonesia,. Ia menegaskan bahwa mereka mendapatkanmemperoleh kemenangan yang sama jika tidakatau lebih valid daripada Inggris. Ia menyatakan bahwa pembuat kebijakan Inggris, lega karena dapat terhindar dari jalanrute menuju peperanganperang, sudah lupa bahwa Selat Lombok secara militer menguntungkan Indonesia,. kapalKapal perang Indonesia bisa menghalangi satuan tugas Inggris dengan mudah dari pusat pangkalan angkatan laut yang dekat. Secara simbolis, juga,mereka memaksa kapal-kapal kebanggaan [[Angkatan Laut Britania Raya]] untukmelewati mengambiljalur jalanyang panjang mengitari wilayah merekaIndonesia. Hal ini dapat dianggap sebagai keberhasilan diplomatik yang besar. Politisi indonesia memperoleh kekuatan dari krisis ini,. Mereka menjadi percaya bahwa mereka bisa setara dengan 'Imperialis' dan bertahanselamat dari "bersenggolansenggolan dengan bahaya." Hal ini, menurut Boon Kwan, berkontrasbersilang pendapat dengan pandangan defaitisangkatan tentarabersenjata yang kesalmerasa kalah karena mereka sangat dekatmungkin denganmemulai perang, dansaat itu. Mereka juga tidak begitu senang melaksanakan kebijakan-kebijakan Konfrontasi. Para tentara-lah, ia menegaskan, yang mengirim inisiatif perdamaian ke Tunku pada bulan September.<ref>Boon Kwan 2005, pp. 411–2.</ref>
== Referensi ==
|