Geriten: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Nanda Rinjani (bicara | kontrib)
Penambahan pranala kata
Tag: VisualEditor pranala ke halaman disambiguasi Tugas pengguna baru
Tutiana98 (bicara | kontrib)
pranala dalam
Baris 7:
 
== Makna Geriten Pada Mayarakat Karo ==
Pada masyarakat Karo dahulu, setelah orang meninggal, mereka tidak langsung dimakamkan. Upacara adat kematian akan diadakan untuk menghormati jenazahnya. Jenazah dimakamkan untuk sementara dan setelah beberapa tahun lamanya, makam digali kembali untuk mengumpulkan tulang-tulangnya. Tulang-tulang atau kerangka kemudian dibungkus dengan kain putih. Kain putih tersebut dimasukkan ke dalam geriten dan diiringi dengan upacara yang disebut [[nurun-nurun]]. Kerangka yang ditempatkan di geriten adalah kerangka penghulu (kepala kampung/kepala desa). Pada zamannya sebagai panutan (pemimpin) atau sierjabaten, misalnya: guru, penggual, penarune, dan lain sebagainya. Di samping itu orang ini harus mempunyai budi pekerti, kewibawaan, dan tingkah laku yang menjadi teladan bagi masyarakat karena akan dirayakan setiap waktu tertentu untuk mengenang jasanya semasih hidup.
 
== Filosofi Geriten ==
Bagian-bagian [[konstruksi]] Geriten sarat dengan nilai-nilai [[moral]], [[sosial]], [[religius]], dan [[Pedagogi|pedagogis]] yang diharapkan dapat ditiru oleh generasi sesudahnya. Penempatan geriten tidak bisa jauh dari rumah adat. Ketika sebuah raga binasa, maka roh kembali ke rumah untuk mengayomi keturunannya. Tempat tulang-belulang dimasukkan dalam Geriten tidak boleh jauh dari rohnya yang tinggal di rumah. Tulang-belulang yang dinaikkan ke atas merupakan suatu simbol penghargaan. Ada [[filosofi]] yakni d''areh'' jadi ''lau'', daging jadi ''taneh'', ''kesah'' jadi angin, ''buk'' jadi ijuk, ''tulan'' jadi batu, ''tendi mulih ku dibata simada tinuang'' (roh kembali kepada Maha Pencipta). Masyarakat [[Karo]] lama (sebelum menganut agama [[Kristen]] maupun non-kristen) telah paham bahwa diri seseorang bukanlah miliknya dan bahwa suatu penghabisan adalah perubahan. Asal mula, akhir dari suatu perubahan itu dan menjadi, air kembali ke air, tanah kembali ke tanah, roh kembali kepada pemilik roh. Rambut jadi ijuk, tulang jadi batu, akhir bukanlah suatu kesia-siaan, melainkan awal sesuatu yang bermanfaat demi kesejahteraan umat.
 
== Lihat pula ==