Gilgamesh: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k Bot: +{{Authority control}} |
Natsukusha (bicara | kontrib) k clean up, replaced: Semitik → Semit (3) |
||
Baris 19:
'''Gilgamesh''' adalah sosok raja dalam sejarah [[negara-kota]] [[Uruk]] di [[Sumeria]] yang juga menjadi tokoh pahlawan dalam [[Agama Mesopotamia kuno|mitologi Mesopotamia Kuno]] dan tokoh utama dalam ''[[Wiracarita Gilgamesh|Epos Gilgamesh]]'', sebuah epos yang ditulis dalam [[bahasa Akkadia]] pada akhir milenium kedua SM. Ia kemungkinan berkuasa pada kisaran tahun 2800-2500 SM dan didewakan setelah ia meninggal. Ia menjadi tokoh utama dalam legenda Sumeria pada masa [[Dinasti Ketiga Ur]] (sekitar 2112 – 2004 SM). Legenda Gilgamesh dikisahkan dalam lima puisi Sumeria yang masih lestari hingga kini. Dari antara kelima puisi ini, yang tertua mungkin adalah ''[[Gilgamesh, Enkidu, dan Dunia Bawah]]''. Puisi ini berkisah tentang Gilgamesh yang membantu dewi [[Inanna]] mengusir makhluk-makhluk yang menjadi penunggu pohon ''huluppu'' milik sang dewi. Untuk menghargai jasa Gilgamesh, sang dewi memberinya dua benda yang disebut ''mikku'' dan ''pikku'', tetapi Gilgamesh kemudian kehilangan kedua benda tersebut. Setelah kematian [[Enkidu]] (yang dikisahkan sebagai hamba Gilgamesh dalam puisi-puisi Sumeria), rohnya bercerita kepada Gilgamesh tentang keadaan di [[Dunia Bawah Sumeria Kuno|Dunia Bawah]]. Sementara itu, puisi ''Gilgamesh dan Agga'' mengisahkan Gilgamesh yang memberontak melawan [[Aga dari Kiš|Raja Agga]]. Puisi-puisi Sumeria lainnya bercerita tentang Gilgamesh yang mengalahkan raksasa [[Humbaba|Huwawa]] dan [[Banteng Surgawi]], sementara sebagian besar isi dari puisi kelima sudah hilang, meskipun puisi ini tampaknya berisi tentang kematian dan pemakaman Gilgamesh.
Pada masa [[Babilonia]], puisi-puisi ini mulai menjadi suatu narasi yang saling terhubung. ''Epos Gilgamesh'' dicatat oleh seorang juru tulis yang bernama [[Sîn-lēqi-unninni]], kemungkinan pada [[Bangsa Kass|Periode Babilonia Pertengahan]] (sekitar 1600 – 1155 SM) dan didasarkan pada sumber yang lebih kuno. Dalam epos ini, Gilgamesh digambarkan sebagai sosok dua per tiga dewa yang sangat kuat. Ia berpetualang bersama Enkidu (yang dikisahkan sebagai sahabat Gilgamesh dalam epos ini) dan mengalahkan Humbaba (nama Huwawa dalam bahasa [[Rumpun bahasa Semit|
Sebagian besar sejarawan sepakat bahwa ''Epos Gilgamesh'' memengaruhi ''[[Iliad]]'' dan ''[[Odisseia]]'', dua epos yang ditulis dalam [[bahasa Yunani Kuno]] pada abad kedelapan SM. Kisah kelahiran Gilgamesh digambarkan dalam sebuah anekdot dari ''[[Claudius Aelianus|De Natura Animalium]]'' karya penulis Yunani [[Claudius Aelianus]] pada abad kedua M. Aelianus bercerita bahwa kakek Gilgamesh menjaga anak perempuannya agar tidak hamil, karena ia mendapatkan nubuat dari seorang peramal bahwa cucunya akan menjatuhkannya. Anak perempuan itu hamil dan para penjaga melempar anaknya dari sebuah menara, tetapi seekor elang menyelamatkannya dan membawanya ke sebuah kebun buah. Ia lalu dibesarkan oleh seorang tukang kebun.
Baris 68:
Menurut epos ini, Gilgamesh adalah sosok yang "dua per tiga dewata dan sepertiga manusia".{{sfn|Powell|2012|page=339}} Pada permulaan puisi, Gilgamesh digambarkan sebagai sosok penguasa yang keji.{{sfn|Black|Green|1992|page=89}}{{sfn|Powell|2012|page=339}} Para ahli berpendapat bahwa hal ini menunjukkan Gilgamesh memaksa semua bawahannya untuk melakukan kerja paksa, atau ia mungkin menindas semua bawahannya secara seksual. Untuk menghukum kekejaman Gilgamesh, dewa [[Anu (dewa)|Anu]] menciptakan seorang manusia liar yang bernama Enkidu. Setelah dijinakkan oleh seorang pelacur yang bernama [[Shamhat]], Enkidu datang ke Uruk untuk menghadapi Gilgamesh. Lauh kedua kemudian mengisahkan bahwa mereka saling bergulat. Walaupun Gilgamesh berhasil menang, ia mengagumi kekuatan lawannya, dan mereka pun bersahabat. Dalam puisi-puisi Sumeria, Enkidu digambarkan sebagai hamba, tetapi dalam ''Epos Gilgamesh'', mereka berdua adalah sahabat dengan kedudukan yang setara.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}}
Dalam Lauh III dan IV, Gilgamesh dan Enkidu berkelana ke [[Hutan Aras]] yang dijaga oleh seorang raksasa yang bernama Humbaba (nama Huwawa dalam bahasa Akkadia).{{sfn|Black|Green|1992|page=90}} Mereka melintasi tujuh gunung untuk mendatangi hutan tersebut, dan mereka lalu mulai menebang pohon untuk menantang Humbaba.{{sfn|Fontenrose|1980|page=168}} Humbaba mengamuk dan membuat takut Gilgamesh. Gilgamesh pun berdoa kepada dewa matahari [[Utu|Shamash]] (nama dewa Utu dalam bahasa
Lauh VII dimulai dengan kisah Enkidu yang menceritakan mimpinya ketika ia melihat Anu, [[Enki|Ea]], dan [[Utu|Shamash]] yang mengatakan bahwa salah satu dari Gilgamesh atau Enkidu harus mati sebagai hukuman karena telah membunuh Banteng Surgawi. Mereka memilih Enkidu, dan Enkidu kemudian jatuh sakit. Ia bermimpi tentang Dunia Bawah dan lalu mati. Lauh VIII menceritakan duka cita yang dialami Gilgamesh atas kematian sahabatnya, dan juga mengisahkan pemakaman Enkidu.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}} Lauh IX hingga XI menceritakan bagaimana Gilgamesh dirundung duka dan rasa takut atas ajal. Ia lalu berkelana untuk mencari rumah [[Utnapishtim]], satu-satunya orang yang selamat dari [[mitos air bah Gilgames|Air Bah]], yang telah dihadiahi kehidupan abadi oleh para dewa.{{sfn|Black|Green|1992|page=90}}{{sfn|Fontenrose|1980|page=171}}
|