Umi Dachlan: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Mundugumor (bicara | kontrib) |
Mundugumor (bicara | kontrib) |
||
Baris 31:
Karya awal Umi Dachlan dipengaruhi oleh lukisan [[Batik]] tradisional dan permadani, karya tekstil dan lukisan pemandangan. Helena Spanjaard menggambarkan karya awalnya sebelum tahun 1990 sebagai komposisi liris abstrak yang terinspirasi oleh lanskap dan hubungan yang kuat dengan aktivitasnya dalam desain tekstil dan kolase.<ref>Bandung, the Laboratorium of the West? Helena Spanjaard dalam: Modern Indonesia Art, 1945-1990, 1990, Fischer, Berkeley, CA, USA, hlm. 54-77. [https://www.worldcat.org/title/modern-indonesian-art-three-generations-of-tradition-and-change-1945-1990/oclc/24280139]</ref>
Teknik dan penggunaan ruang dalam lukisan lanskapnya mirip dengan seniman wanita Muslim terkemuka lainnya, penulis dan pelukis abstrak Lebanon [[Etel Adnan]]. Mirip dengan Umi Dachlan, Etel Adnan menciptakan lukisan dan tekstil yang menampilkan lanskap,<ref name="Whitney">[http://whitney.org/Exhibitions/2014Biennial/EtelAdnan "Etel Adnan"] {{Webarchive|url=https://web.archive.org/web/20140423100953/http://whitney.org/Exhibitions/2014Biennial/EtelAdnan |date=2014-04-23 }}, The Whitney Museum of American Art, Retrieved 10 April 2014.</ref> yang menerima pengakuan dunia yang berkembang sejak awal abad ke-21.<ref>Untitled is a magnificent example of Etel Adnan’s coveted abstract landscapes. Sotheby's, 14.Oct.2021. [https://www.sothebys.com/en/buy/auction/2021/contemporary-art-evening-auction-2/untitled]</ref>
Pada tahun 1971, Umi bergabung dengan kelompok 18 seniman di ITB yang menamakan dirinya ''Grup 18''. Mereka merilis serangkaian sablon untuk mempopulerkan karya dan gaya mereka, yang ditampilkan di Taman Izmail Marzuki di Jakarta.<ref>Group 18 1971, Sidharta Auctioneer, Jakarta, 12. Des. 2020 [https://auctions. sidharta-auctioneer.com/lots/view/4-1F35XO/group-18-1971-mochtar-apin-but-muchtar-kaboel-suadi-rita-widagdo-harjadi-suadi-erna-pirous-umi-dahlan-sunarjo- achmad-sadali-srihadi-soedarsono-ad-pirous-jusuf-affendi-rustam-arief-t-sutanto-sanento-yuliman]</ref> Tidak jelas apakah pilihan 18 seniman tersebut mencerminkan ''The Irascibles atau Irascible 18'', sekelompok 18 seniman Abstrak, Modernis yang telah memantapkan dirinya pada tahun 1950 di New York dan menolak representasi seni mereka oleh pendirian pada waktu itu. Saat ini, banyak dari anggota ''Irascible 18'' termasuk artis termahal di dunia. Demikian pula, para seniman dari ''Grup 18'' termasuk seniman Indonesia yang paling berpengaruh sejak Perang Dunia II, dan patung, lukisan, ajaran dosen dan pendidikan mereka ada di seluruh Indonesia.
Sementara Umi Dachlan sangat dipengaruhi oleh fakultasnya di ITB, Bandung, ia juga memiliki banyak kontak artistik dengan pusat seni besar kedua di Indonesia, [[Akademi Seni Rupa Indonesia]] (ASRI) di Institut Seni Indonesia di Yogyakarta. Sejak berdirinya Republik Indonesia setelah Perang Dunia II, kedua lembaga ini mencerminkan dua kutub diskusi yang disebut "East versus West". ITB dipimpin oleh pelukis Belanda [[Ries Mulder]], yang lembaganya sering dikritik, sedangkan ASRI dipandang sebagai cerminan seni asli Indonesia yang sebenarnya. Pada tahun 1974, konflik East versus West dan fokus pada bentuk seni klasik seperti lukisan dan patung menyebabkan berdirinya [[Gerakan Seni Rupa Baru Indonesia]] (GSRB), yang dipandang sebagai awal Seni Rupa Kontemporer Indonesia. Banyak seniman individu ITB yang tidak melihat karyanya sebagai cerminan Timur versus Barat, termasuk A.D. Pirous dan Umi Dachlan yang dekat dengan banyak Seniman ASRI, seperti [[Fadjar Sidik]] dan [[Nasirun]], yang kemudian memiliki beberapa karya selanjutnya, Umi Dachlan juga beberapa kali dipamerkan di Galeri dan Museum di Jogjakarta sejak tahun 1968, termasuk di [[Museum Affandi]].
|