Husain bin Ali: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
kTidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 47:
{{Syi'ah}}
{{Imamah12}}
'''Al-Husain bin ‘Alī bin Abī Thālib''' ([[Bahasa Arab]]: <span lang="ar" dir="ltr">الحسين بن علي بن أﺑﻲ طالب</span>) (3 [[Sya'ban|Sya‘bān]] 4 H - 10 [[Muharram]] 61 H; [[8 Januari]] [[626]] - [[10 Oktober]] [[680]] AD) adalah putra [[Ali bin Abi Thalib]] dan [[Fatimah az-Zahra]] dan cucu [[Muhammad|Nabi]]. Dia adalah Imam ketiga [[Syiah|Syi'ah]] dan ayah dari dinasti [[Imamah|Imam Syi'ah]] dari Dua Belas Imam dari [[Ali bin Husain]] hingga [[Muhammad al-Mahdi|Mahdi]]. Ia juga dikenal dengan nama panggilannya, Aba Abdullah.
Husain menghabiskan tujuh tahun pertama hidupnya bersama kakeknya, Muhammad. Nabi dikutip mengatakan tentang Husain dan saudaranya, [[Hasan bin Ali|Hasan]]. Seperti: "Hasan dan Husain adalah penguasa para pemuda surga." Peristiwa terpenting masa kecil Husain adalah ikut serta dalam peristiwa [[Mubāhalah]] dan disebut "Ibnaana" dalam ayat Mubahila. Selama kekhalifahan Ali bin Abi Thalib, Husain bersama ayahnya dan menemaninya dalam perang. Kemudian, dia mematuhi [[Perjanjian Hasan–Mu'awiyah|perjanjian]] damai saudaranya dengan [[Muawiyah bin Abu Sufyan|Muawiyah]] dan tidak melakukan tindakan apapun terhadap Muawiyah; Namun, dia menganggap permintaan Muawiyah untuk menerima [[Yazid bin Muawiyah|Yazid]] sebagai Putra Mahkota bertentangan dengan perjanjian damai dan [[bidah]] dalam Islam dan tidak menerimanya.
Setelah kematian Muawiyah pada tahun 60 [[Kalender Hijriyah]], dia tidak berjanji setia kepada Yazid dan pergi ke [[Makkah]] bersama keluarganya dan tinggal di sana selama empat bulan. Syiah [[Kufah]] senang dengan kematian Muawiyah dan menulis banyak surat kepada Husain bahwa mereka tidak akan lagi mentolerir kekuasaan Benyamin dan berjanji setia kepadanya. Husain juga mengirim sepupunya, [[Muslim bin Aqil]], ke sana untuk menyelidiki situasi. Kemudian, akibat tindakan [[Ubaidillah bin Ziyad|Ubaidullah bin Ziad]] orang-orang menjadi takut dan meninggalkan Muslim sendirian. Husain, yang tidak mengetahui apa yang terjadi di Kufah, pergi ke Kufah pada tahun 60 H untuk melakukan apa yang Tuhan ingin dia lakukan. Di tengah jalan, Korps Kufah di bawah komando [[Al-Hurr at-Tamimi|Hurr bin Yazid]] memblokir rute kafilah ke Kufah, dan akibatnya, kafilah menyimpang dari rutenya dan mencapai Karbala pada hari kedua Muharram tahun 61 H. Sejak hari ketiga Muharram, di bawah komando Umar bin Sa'ad, pasukan memasuki daerah itu dari Kufah. Pada pagi hari kesepuluh Muharram, Asyura, Husain mempersiapkan pasukannya dan memberikan pidato di atas kuda menghadap tentara [[Umar bin Sa'ad|Ibn Sa'ad]] dan menjelaskan posisinya kepada mereka; Tetapi dia kembali diberitahu bahwa dia harus terlebih dahulu menyerah kepada Yazid. Dia menjawab bahwa dia tidak akan pernah menyerah. Dengan demikian, pertempuran Karbala dimulai dan sejumlah dari kedua belah pihak terbunuh. Setelah tengah hari, pasukan
Semua agama Islam menghargai Husain sebagai cucu dan sahabat Muhammad. Syiah menganggapnya sebagai imam masoum {{efn|name=fn1|Seseorang yang tidak melakukan dosa atau kesalahan sejak lahir sampai mati.}} dan [[syahid]]. Banyak Muslim, terutama Syiah dan pemeluk agama lain, meratapi hari jadi Karbala. Menurut mereka, Husain bukanlah pemberontak sembarangan yang mengorbankan hidupnya dan keluarganya untuk keuntungan pribadi. Dia berdiri melawan penindasan. Dia tidak melanggar perjanjian damai dengan Muawiyah, tetapi menolak untuk berjanji setia kepada Yazid. Seperti ayahnya, dia percaya bahwa Tuhan telah memilih [[Ahlul Bait]] untuk memimpin umat Muhammad, dan dia merasa berkewajiban untuk memimpin dengan datangnya surat-surat kaum Kufi. Namun, dia sengaja tidak mencari kesyahidan; Dan setelah menjadi jelas bahwa dia tidak mendapat dukungan dari kaum Kufi, dia menawarkan untuk meninggalkan Irak. Ada banyak karya tentang kehidupan dan peristiwa Karbala dalam budaya populer, seni dan sastra komunitas Muslim, khususnya Syiah.
|