Albertus Soegijapranata: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler Suntingan seluler lanjutan
Baris 129:
Adanya pertempuran besar di seluruh wilayah Semarang, serta terus beradanya pihak Sekutu, membuat masyarakat kota Semarang kelaparan; dan juga diberlakukannya jam malam dan pemadaman listrik. Kelompok-kelompok yang dipimpin warga sipil berusaha untuk menangani kekurangan ini, tetapi tidak mampu mengatasinya. Sebagai usaha untuk menyelesaikan masalah di Semarang, Soegijapranata mengirim seorang warga lokal ke ibu kota di [[Jakarta]] untuk membicarakannya dengan pemerintah pusat. Warga itu bertemu dengan Perdana Menteri [[Sutan Sjahrir]], yang mengirim [[Wongsonegoro]] ke Semarang untuk membantu dalam pembentukan pemerintahan sipil.{{sfn|Gonggong|2012|pp=68–69}} Namun, pemerintah kota itu masih tidak mampu menangani masalah di Semarang, dan beberapa pemimpinnya ditangkap oleh ''[[NICA|Nederlandsch Indië Civil Administratie]]'' (NICA) dan ditahan; Soegijapranata, biarpun kadang-kadang menyembunyikan para revolusioner Indonesia, tidak ditahan.{{sfn|Gonggong|2012|p=71}}
 
Pada bulan Januari 1946 pemerintah Indonesia pindah dari Jakarta – yang sudah dikuasai Belanda – ke Yogyakarta.{{sfn|Adi|2011|p=53}} Hal ini diikuti sejumlah warga sipil mengungsi dari daerah yang dikuasai Belanda. Soegijapranata awalnya tetap di Semarang, tempat ia berusaha untuk menjaga keamanan dan kesejahteraan. Namun, pada tanggal 18 Januari 1947 ia akhirnya pindah ke Yogyakarta, sehingga ia bisa berkomunikasi dengan pemerintah dengan mudah.{{sfn|Gonggong|2012|pp=74–77}}{{sfn|Subanar|2005|p=79}} iaIa berkedudukan di Gereja Santo Yoseph di Bintaran{{sfn|Gonggong|2012|pp=88–89}} dan menasihati orang-orang Katolik agar berjuang demi negara Indonesia; ia menyatakan bahwa mereka "baru boleh pulang kalau mati."{{sfn|Gonggong|2012|pp=90–92}}
 
[[Berkas:Sukarno and Sugiyo Pranoto 17 August 1950 KR.jpg|jmpl|kiri|Soegijapranata dan [[Georges de Jonghe d'Ardoye]] dengan Presiden [[Soekarno]], 1947]]