Kerajaan Gelgel: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
Tidak ada ringkasan suntingan Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler |
||
Baris 11:
Pada masa Kerajaan Gelgel terjadi perkembangan [[stratifikasi sosial]] dalam masyarakat Bali. Masyarakatnya dibedakan menjadi Bali Hindu dan Bali Aga. Bali Hindu adalah masyarakat Bali yang merupakan keturunan dari Kerajaan Majapahit, sedangkan Bali Aga adalah masyarakat pribumi. Sistem [[kasta]] [[wangsa]] hanya diberlakukan terhadap masyarakat Bali Hindu, sedangkan Bali Aga dianggap sebagai orang biasa yang tidak memiliki hak untuk membentuk wangsa.{{Sfn|Suwitha|2019|p=8}} Setelah wilayah kekuasaan Kerajaan Gelgel meluas hingga ke Pulau Lombok dan Pulau Sumbawa, kerajaan ini mulai terlibat hubungan politik dengan masyarakat dari [[Suku Bugis]], [[Suku Makassar]], dan [[Suku Sasak]].<ref>{{Cite journal|last=MSi|first=Sabarudin|date=2019-10-29|title=KERUKUNAN HIDUP ANTAR UMAT BERAGAMA BERBASIS KEARIFAN LOKAL DI KAMPUNG LOLOAN, JEMBRANA, BALI|url=http://dx.doi.org/10.14421/jsr.v14i1.1722|journal=Jurnal Sosiologi Reflektif|volume=14|issue=1|pages=1|doi=10.14421/jsr.v14i1.1722|issn=2528-4177}}</ref>
== Keruntuhan ==
Kekuasaan dari Kerajaan Gelgel mengalami kemunduran setelah mencapai kejayaan pada masa pemerintahan [[Dalem Baturenggong|Dalem Waturenggong]] (1460-1550). Perebutan wilayah oleh kerajaan-kerajaan di luar Pulau Bali membuat kerajaan-kerajaan yang berada dalam pengaruh Kerajaan Gelgel mulai memisahkan diri. Setelah [[Dalem Seganing]] mulai berkuasa pada tahun 1605, satu per satu wilayah Kerajaan Gelgel diserang dan direbut oleh kerajaan lain. Kerajaan Blambangan yang menjadi bawahan dari Kerajaan Gelgel diserang oleh [[
Pada tahun 1651, pejabat pemerintahan yang bernama Ki Agung Maruti memberontak dan merebut kekuasaan di Kerajaan Gelgel. Raja [[Dalem Di Made|Dalem Dimade]] bersama para bangsawan lain yang mendukungnya, mengungsi ke Desa Guliang. Pada 1686, Dewa Agung Jambe menyerang Maruti. Pafa tahun 1687, Maruti dikalahkan dan Dewa Agung Jambe kemudian mendirikan [[Kerajaan Klungkung]] dengan pusat pemerintahannya berada di [[Klungkung, Klungkung|Klungkung]].{{Sfn|Suwitha|2019|p=5}}
|