Berita bohong: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Empat Tilda (bicara | kontrib) →Produsen hoaks: menambah referensi merdeka.com |
Empat Tilda (bicara | kontrib) →Alasan hoaks tetap ada: menambahkan referensi |
||
Baris 74:
Berbagai cara telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang peduli dengan maraknya hoaks di kehidupan masyarakat. Pemerintah misalnya telah membuat pagar hukum dengan menyetujui lahirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektonik, memblokir situs-situs yang menyebarkan hoaks, menangkap sindikat penyebar hoaks hingga membentuk lembaga siberkreasi yang berfokus dalam menangani hoaks. Tidak hanya itu, masyarakat juga turut serta dalam menekan peredaran hoaks dengan memberikan klarifikasi terhadap hoaks. Diantaranya adalah Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) yang secara aktif dan peduli memberikan klarifikasi akan hoaks hingga melakukan literasi media, baik dikalangan masyarakat hingga jurnalis. Lantas muncul pertanyaan, sebenarya faktor apa saja yang mempengaruhi hoaks masih terus ada dan berkembang. Berikut beberapa alasan hoaks tetap ada.
* [[Jurnalisme]] yang lemah, jurnalisme yang lemah membuat konten hoaks terus berkembang karena tidak terbiasa dengan proses [[verifikasi]], cek dan recheck. Peran media profesional yang seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di masyarakat semakin lama semakin tergerus.<ref>{{Cite web|last=Prasetya Utomo|first=Wisnu|date=2017-02-01|title=Jurnalisme Memproduksi Hoax - Remotivi|url=https://www.remotivi.or.id/mediapedia/356/jurnalisme-memproduksi-hoax|website=remotivi|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>
* [[Ekonomi]], Faktor ekonomi yang lemah membuat peredaran hoak terus ada. Bagaimana tidak, dengan memproduksi hoaks atau mengarang berita seseorang bisa mendapatkan penghasilan yang dapat mendokrak ekonominya.
* [[Internet]], kemunculan internet semakin memperparah sirkulasi hoaks di dunia. Sama seperti [[meme]], keberadaannya sangat mudah menyebar lewat media-[[media sosial]]. Apalagi biasanya konten hoaks memiliki isu yang tengah ramai di masyarakat dan menghebohkan, yang membuatnya sangat mudah memancing orang membagikannya.<ref>{{Cite news|last=Anjar Sawitri|first=Angelina|date=2017-01-22|title=penyebab hoax mudah viral di media sosial|url=https://nasional.tempo.co/read/838621/4-penyebab-hoax-mudah-viral-di-media-sosial|work=tempo|access-date=2021-11-26}}</ref>
* Munculnya [[media abal-abal]], kemunculan media abal-abal sama sekali tak menerapkan standar [[jurnalisme]]. Keadaan ini tentu semakin memperburuk kualitas informasi yang tersebar di masyarakat.<ref>{{Cite web|last=Rahadi|first=Fernan|date=2017-01-13|title=Masyarakat Diminta Waspadai Media Penyebar Hoax|url=https://republika.co.id/berita/nasional/umum/17/01/13/ojpsij291-masyarakat-diminta-waspadai-media-penyebar-hoax|website=Republika Online|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>
* [[Pendidikan]], rendahnya kualitas pendidikan membuat seseorang tidak bisa menyaring informasi yang diterimanya apalagi mencoba untuk bertindak kritis dengan membandingkan setiap informasi yang diterimannya dengan informasi yang ada di berbagai media mainstream.<ref name=":3">{{Cite web|last=Debora|first=Yantina|date=2017-05-01|title=Literasi Rendah Sebabkan Masyarakat Mudah Percaya Hoax|url=https://tirto.id/literasi-rendah-sebabkan-masyarakat-mudah-percaya-hoax-cnQa|website=tirto.id|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>
* [[Literasi media]] yang rendah, rendahnya literasi media membuat seseorang cenderung mempercayai sebuah informasi yang diterima, didapatkannya tanpa melakukan [[verifikasi]]. Rendahnya literasi media membuat seseorang cenderung untuk membagikan setiap [[informasi]] yang dapatkannya kepada orang lain tanpa mengetahui kebenaran dari sebuah informasi tersebut.<ref name=":3" />
== Produsen hoaks ==
|