Abdoel Rivai: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
Rescuing 2 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8 |
|||
Baris 1:
'''Abdoel Rivai''' ({{lahirmati|[[Palembayan, Agam|Palembayan, Agam, Sumatra Barat]]|13|8|1871|[[Bandung]], [[Jawa Barat]]|16|10|1937}}) adalah [[dokter]] dan [[wartawan]] [[Indonesia]]. Ia merupakan orang Indonesia pertama yang menerbitkan surat kabar berbahasa Melayu dari luar negeri (Eropa), juga pribumi Indonesia pertama yang meraih gelar doktor.<ref>{{Cite web|last=Ahsan|first=Ivan Aulia|title=Abdul Rivai, Agen Ganda Pribumi-Belanda|url=https://tirto.id/abdul-rivai-agen-ganda-pribumi-belanda-cyEZ|website=tirto.id|language=id|access-date=2021-11-30}}</ref> Rivai dianugerahi gelar sebagai '''Perintis Pers Indonesia''' pada tahun 1974 oleh Pemerintah Indonesia.
== Kehidupan ==
Abdoel Rivai lahir dari pasangan Abdul Karim dan Siti Kemala Ria. Ayahnya bekerja sebagai guru di sekolah Melayu. Rivai memiliki watak yang keras, ulet, serta otak yang cemerlang. Pada tahun 1886, di saat masih berusia 15 tahun dia diterima bersekolah di [[STOVIA]]. Setamat dari STOVIA pada tahun 1894, ia ditugaskan menjadi dokter di [[Kota Medan|Medan]]. Penghujung tahun 1899, Rivai melanjutkan pendidikan ke [[Belanda]] sambil membantu berbagai surat kabar di Indonesia.
Rivai merupakan orang Hindia pertama yang bersekolah kedokteran di Belanda, dan berhasil menyelesaikan pendidikan kedokterannya pada tahun 1907. Ia kemudian melanjutkan studi doktoralnya di [[Universitas Gent]], [[Belgia]] melalui ujian terbuka dan dinyatakan lulus pada 23 Juli 1908, sekaligus mencatatkan namanya sebagai pribumi Indonesia pertama yang meraih gelar doktor di Eropa.<ref>{{Cite web|date=2018-05-25|title=Abdul Rivai: Wartawan dan Doktor Bumiputra Pertama - senandika.web.id Tokoh|url=http://senandika.web.id/abdul-rivai-wartawan-dan-doktor-bumiputra-pertama/|website=senandika.web.id|language=id-ID|access-date=2021-11-30}}</ref><ref>{{Cite web|date=2019-03-26|title=Dokter Indonesia Pertama Lulusan Belanda|url=https://historia.id/sains/articles/dokter-indonesia-pertama-lulusan-belanda-PzjkG|website=Historia - Majalah Sejarah Populer Pertama di Indonesia|language=id-ID|access-date=2021-11-30}}</ref>
Pada awal abad ke-20 Rivai terlibat perdebatan dengan A.A Fokker, pejabat Belanda yang mengklaim lebih fasih berbahasa Melayu ketimbang orang Melayu sendiri. Dalam perdebatan ini Fokker berang karena ada orang ''inlander'' yang berani menantangnya. Akibat kegemilangannya dalam berdebat, Rivai diperbolehkan sekolah di [[Utrecht (kota)|Utrecht]].
|