Pondok Pesantren Lirboyo: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Hapus. Referensi yang ada hanya website internal. Peringatan primary sources sudah hampir sebulan dan tidak dihiraukan.
NFarras (bicara | kontrib)
Masih cukup layak untuk dipertahankan. Bagian yang tidak memiliki referensi saya hapus.
Baris 1:
{{hapus|a7}}{{Artikel bermasalah|{{More citations needed}}{{Primary sources}}{{copyedit}}}}
{{Infobox pesantren
|nama = Pondok Pesantren Lirboyo
Baris 34:
 
Pondok Pesantren Lirboyo adalah pondok yang berhaluan [[Suni|Ahlussunnah wal Jama'ah]] dan berafiliasi kepada jam'iyyah [[Nahdlatul Ulama|Nahdlatul Ulama']] dengan tetap menjadi pondok salaf/salafiyah, yakni pondok pesantren yang menekankan pada kemampuan membaca serta mengkaji kitab-kitab salaf (kitab kuning) untuk pembelajaran sehari-hari. Lulusan dari Pondok Pesantren Lirboyo juga tersebar luas di Indonesia bahkan mancanegara, sebab tidak sedikit Warga Negara Asing yang juga turut menimba ilmu di Pondok Pesantren Lirboyo ini.{{Butuh rujukan}}
 
== Sejarah ==
Sejarah berdirinya Pondok Pesantren Lirboyo sangat erat hubungannya dengan awal mula [[KH. Abdul Karim]] menetap di Desa Lirboyo sekitar tahun 1910 M setelah kelahiran putri pertama beliau yang bernama Hannah dari perkawinannya dengan Nyai Khodijah (Nyai Dlomroh), putri Kyai Sholeh Banjarmelati.{{Butuh rujukan}}
 
Perpindahan [[KH. Abdul Karim]] ke Desa Lirboyo dilatarbelakangi dorongan dari mertuanya sendiri yang pada waktu itu menjadi seorang kyai, karena Kyai Sholeh berharap dengan menetapnya [[KH. Abdul Karim]] di Lirboyo, maka syiar Islam lebih luas. Di samping itu, atas permohonan Kepala Desa Lirboyo kepada Kyai Sholeh agar berkenan menempatkan salah satu menantunya di Desa Lirboyo. Dengan hal ini diharapkan Lirboyo yang semula dikenal angker dan rawan kejahatan menjadi sebuah desa yang aman dan tenteram.{{Butuh rujukan}}
 
Harapan kepala desa menjadi kenyataan. Konon ketika pertama kali [[KH. Abdul Karim|KH Abdul Karim]] menetap di Lirboyo, tanah tersebut dikumandangkan adzan. Saat itu juga semalaman penduduk Lirboyo tidak bisa tidur karena perpindahan makhluk halus yang berlarian menyelamatkan diri. Tiga puluh lima hari setelah menempati tanah wakaf tersebut, [[KH. Abdul Karim]] mendirikan suatu surau sederhana untuk mendekatkan diri kepada sang pencipta.{{Butuh rujukan}}
 
Santri pertama yang belajar kepada [[KH. Abdul Karim|KH Abdul Karim]] adalah Umar asal Madiun. Kedatangannya disambut baik oleh [[KH. Abdul Karim]], karena tujuannya baik, yakni untuk menimba ilmu pengetahuan agama. Selang beberapa waktu ada tiga santri menyusul jejak Umar. Mereka berasal dari Magelang, daerah asal [[KH. Abdul Karim]]. Masing-masing bernama Yusuf, Shomad, dan Sahil. Tidak lama kemudian datanglah dua orang santri bernama Syamsuddin dan Maulana, keduanya berasal dari Gurah, Kediri.{{Butuh rujukan}}
 
Seperti santri sebelumnya, kedatangan kedua santri ini bermaksud untuk mendalami ilmu agama dari [[KH. Abdul Karim]]. Akan tetapi baru dua hari saja mereka berdua menetap di Lirboyo, semua barang-barangnya ludes di sambar pencuri. Memang pada saat itu situasi Lirboyo belum sepenuhnya aman. Akhirnya mereka berdua mengurungkan niatnya untuk mencari ilmu. Mereka pulang ke kampung halamannya.{{Butuh rujukan}}
 
Tahun demi tahun, keberadaan Pondok Pesantren Lirboyo semakin dikenal oleh masyarakat luas dan semakin banyaklah santri yang berdatangan mengikuti para santri sebelumnya untuk bertholabul ilmi, dan pada tahun 1913 M KH. Abdul karim mendirikan sebuah masjid di tengah-tengah komplek pondok, sebagai sarana ibadah dan sarana belajar untuk santri.
 
Sosok KH. Abdul Karim adalah sosok yang sangat istiqomah dan berdisiplin dalam beribadah, bahkan dalam segala kondisi dan keadaan bagaimanapun, hal ini terbukti tatkala ia menderita sakit, ia masih saja istiqamah untuk memberikan pengajian dan memimpin sholat berjemaah, meski harus dipapah oleh para santri. Akhirnya, pada tahun 1954, tepatnya hari senin tanggal 21 Ramadhan 1374 H, [[KH. Abdul Karim]] berpulang kerahmatullah, ia dimakamkan di belakang Masjid Lirboyo.{{Butuh rujukan}}
 
Pondok Pesantren Lirboyo berkembang menjadi pusat studi Islam sejak puluhan tahun sebelum kemerdekaan Republik Indonesia. Bahkan dalam peristiwa-peristiwa kemerdekaan, Pondok Pesantren Lirboyo ikut berperan dalam pergerakan perjuangan dengan mengirimkan santri-santrinya ke medan perang seperti peristiwa 10 November 1945 di Surabaya.{{Butuh rujukan}}
 
Sebagai Pusat pendidikan Islam, Pondok Pesantren Lirboyo mencetak generasi bangsa yang cerdas ruhaniyah, juga smart-intelektual, mumpuni dalam keberagaman bidang, juga keberagamaan Islam yang otentik. Pondok Pesantren Lirboyo memadukan antara tradisi yang mampu mengisi kemodernitasan dan terbukti telah melahirkan banyak tokoh-tokoh yang saleh keagamaan, sekaligus saleh sosial.<ref>{{Cite web|title=Pojok Lirboyo Archives -|url=https://lirboyo.net/category/pojok-lirboyo/|language=en-US|access-date=2021-10-31}}</ref>{{Butuh sumber yang lebih baik}}
 
== Tokoh Lirboyo ==
Tiga Tokoh Lirboyo merupakan sebutan untuk tiga ulama' (sesepuh) utama yang sangat memiliki jasa marwah yang besar bagi Lirboyo, sekaligus sebagai pimpinan/pengasuh utama Pondok Pesantren Lirboyo dari masa ke masa.{{Butuh rujukan}}
{| class="sortable" cellspacing="0" cellpadding="6" border="2" style="margin: 1em 1em 1em 0; background: #f9f9f9; border: 1px #aaa solid;"
| bgcolor="green" |<center>{{white|'''Potret'''}}</center>
| bgcolor="green" |<center>{{white|'''Nama'''}}</center>
| bgcolor="green" |<center>{{white|'''Lahir'''}}</center>
| bgcolor="green" |<center>{{white|'''Wafat'''}}</center>
| bgcolor="green" |<center>{{white|'''Peran'''}}</center>
|-
|[[Berkas:Kh. abdul karim.jpg|pus|jmpl|148x148px]]
|'''[[KH. Abdul Karim]]'''
|[[Kota Magelang|Magelang]], 1856 M
|Kediri, 1954 M
|Pendiri (Muassis) Ponpes Lirboyo
|-
|[[Berkas:KH MARZUQI DAHLAN.jpg|pus|jmpl|148x148px]]
|'''[[KH. Marzuqi Dahlan]]'''
|Kediri, 1906 M
|Kediri, 1975 M
|Pengasuh Ponpes Lirboyo
setelah KH. Abdul Karim wafat
|-
|[[Berkas:KH Mahrus Ali.jpg|pus|jmpl|148x148px]]
|'''[[Mahrus Aly|KH. Mahrus Aly]]'''
|[[Kota Cirebon|Cirebon]], 1907 M
|Kediri, 1985 M
|Pengasuh Ponpes Lirboyo
setelah KH. Marzuqi Dahlan wafat
|}
 
== Daftar unit pondok ==