Asrul Sani: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Fix joeind (bicara | kontrib)
→‎Pranala luar: Menambahkan dan mengganti link 404 untuk profil Asrul Sani dan karyanya agar lebih lengkap.
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: di tahun → pada tahun (WP:BAHASA)
Baris 45:
Sejak tahun 1950-an Asrul lebih banyak berteater dan mulai mengarahkan langkahnya ke dunia film. Garapan pertamanya di bidang film adalah skenario ''Pegawai Tinggi'' (1953). Debut pertama penyutradaraan filmnya adalah ''Titian Serambut Dibelah Tudjuh'' (1959).<ref>Sinematek Indonesia & Badan Penelitian dan Pengembangan, Penerangan, Departemen Penerangan RI. (1979). Apa Siapa Orang Film Indonesia 1926-1978. hlm. 65</ref> Ia mementaskan ''Pintu Tertutup'' karya [[Jean-Paul Sartre]] dan ''Burung Camar'' karya Anton P., dua dari banyak karya yang lain. Skenario yang di tulisnya untuk ''[[Lewat Djam Malam]]'' (mendapat penghargaan dari FFI, [[Festival Film Indonesia 1955|1955]]), ''[[Apa Jang Kau Tjari, Palupi?]]'' (mendapat Golden Harvest pada Festival Film Asia, 1971), dan ''[[Kemelut Hidup]]'' (mendapat [[Festival Film Indonesia 1979|Piala Citra 1979]]) memasukkan namanya pada jajaran sineas hebat Indonesia.<ref>{{harvnb|Rosidi|2010|p=63}}</ref> Ia juga menyutradarai film ''[[Salah Asuhan]]'' (1972), ''[[Jembatan Merah (film)|Jembatan Merah]]'' (1973), ''[[Bulan di Atas Kuburan]]'' (1973), dan sederet judul film lainnya.<ref>{{harvnb|Rosidi|2010|pp=63–64}}</ref> Salah satu film karya Asrul Sani yang kembali populer pada tahun 2000-an adalah ''[[Nagabonar]]'' yang dibuat sekuelnya, ''[[Nagabonar Jadi 2]]'' oleh sineas kenamaan [[Deddy Mizwar]].
 
Selain menulis puisi, cerpen, esai, naskah teater, dan skenario film, dia banyak menerjemahkan karya sastra mancanegara. Sementara bergiat di film, pada masa-masa kalangan komunis aktif untuk menguasai bidang kebudayaan, Asrul mendampingi [[Usmar Ismail]] ikut menjadi arsitek lahirnya LESBUMI (Lembaga Seniman Budayawan Muslimin Indonesia) dalam tubuh partai politik [[Nahdlatul Ulama|Nahdhatul Ulama]]. Lembaga yang berdiri dipada tahun 1962 itu, didirikan untuk menghadapi aksi seluruh front kalangan "kiri". Usmar Ismail menjadi Ketua Umum, sedangkan Asrul sebagai wakilnya.<ref>{{Cite web|date=2019-03-01|title=Sejarah Pendirian Lesbumi III|url=https://jagadbudaya.com/gagasan/sejarah-pendirian-lesbumi-iii/|website=Jagad Budaya|language=id-ID|access-date=2021-02-14}}</ref> Pada saat itu ia juga menjadi Ketua Redaksi penerbitan LESBUMI, Abad Muslimin.
 
Memasuki [[Orde Baru]], sejak tahun 1966 Asrul menjadi angota [[DPR]] mewakili NU. Terpilih lagi pada periode 1971-1976 mewakili [[Partai Persatuan Pembangunan]] (PPP) untuk provinsi Sumatra Barat.<ref>{{cite news|title=Daftar nama-nama tjalon jang terpilih untuk anggota Dewan Perwakilan Rakyat dalam Pemilihan tahun 1971|work=Siaran Pemilihan Umum|location=[[Jakarta]]|date=14 August 1971|p=3}}</ref> Sementara itu sejak tahun 1968 terpilih sebagai anggota DKJ (Dewan Kesenian Jakarta) dan dipada tahun 1976-1979 menjadi Ketua DKJ. Sejak tahun 1970, Asrul diangkat menjadi salah satu dari 10 anggota Akademi Jakarta. Ia juga pernah menjadi Rektor LPKJ (Lembaga Pendidikan Kesenian Jakarta), yang kini bernama [[Institut Kesenian Jakarta]] (IKJ). Asrul beberapa kali duduk sebagai anggota [[Lembaga Sensor Film|Badan Sensor Film]], dan dipada tahun 1979 terpilih sebagai anggota dan Ketua [[Dewan Film Nasional]]. Pada tahun 1995, ia menjadi anggota BP2N ([[Badan Pertimbangan Perfilman Nasional]]).
 
== Karya ==