Teori kuman penyakit: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k v2.04b - Fixed using Wikipedia:ProyekWiki Cek Wikipedia (Tanda baca setelah kode "<nowiki></ref></nowiki>")
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: di abad → pada abad (WP:BAHASA)
Baris 4:
Infeksi terjadi apabila mikroorganisme kecil tak kasatmata ini masuk ke dalam tubuh untuk mengganggu fisiologis normal pada tubuh dan menyerang kekebalan tubuh maka menyebabkan penyakit. Penyakit yang disebabkan oleh patogen disebut [[penyakit menular]] karena dapat berpindah dari satu individu ke individu lainnya, baik pada manusia maupun hewan atau makhluk hidup lainnya yang sehat, sehingga populasi penderita semakin meluas. [[Penularan penyakit]] ini prosesnya dapat terjadi dengan berbagai macam cara, seperti melalui penularan langsung ketika individu terinfeksi bertemu dengan individu peka di suatu tempat maupun secara tidak langsung dengan perantara benda atau organisme lainnya. Meskipun patogen dapat menjadi penyebab utama seseorang terkena penyakit, tetapi ada juga faktor-faktor lain yang memperparah penyakit tersebut maupun potensi seseorang terinfeksi, seperti faktor pejamu (genetik, umur, jenis kelamin, keadaan fisiologis, kekebalan, penyakit bawaan, sifat-sifat manusia), dan faktor lingkungan.<ref name=":2" /><ref>{{Cite journal|last=dr. Armaidi Darmawan|first=M. Epid|date=2016|title=EPIDEMIOLOGI PENYAKIT MENULAR DAN PENYAKIT TIDAK MENULAR|url=https://online-journal.unja.ac.id/kedokteran/article/view/3593|journal=JAMBI MEDICAL JOURNAL "Jurnal Kedokteran dan Kesehatan"|language=en|volume=4|issue=2|doi=10.22437/jmj.v4i2.3593|issn=2580-6874}}</ref>
 
Perkembangan pencarian asal muasal penyakit sudah dimulai dari abad kuno, seperti dari teori miasma yang menjadi teori predominan mengenai penyebaran penyakit yang kemudian ditinggalkan. Kemudian, berkembang di beragam kebudayaan seperti Israel Kuno, Yunani dan Roma, India Kuno, serta penemuan beberapa tokoh dipada abad pertengahan dan periode modern awal.
 
Pada abad pertengahan, beberapa tokoh mulai mengusulkan bentuk awal dari teori kuman penyakit, seperti [[Ibnu Sina]] pada tahun 102 dan [[Girolamo Fracastoro]] pada tahun 1546. Akan tetapi, di Eropa, pandangan seperti ini tidak terlalu dipercayai; dokter dan ilmuwan masih lebih memandang tinggi [[teori miasma]] dari [[Galenus]]. Mereka menjadi tidak mampu memahami progresi penyakit akibat doktrin ini.
Baris 35:
Pada awal abad ke-16, Girolamo Fracastoro, seorang penyair, dokter, dan matematikawan, mencoba menganalisis konsep penularan dan infeksi. Di tahun 1546, ia menerbitkan tulisannya yang berjudul ''Contagious Diseases and Their Cure''. Beberapa ilmuwan seperti Edward Jenner, Ignaz Semmelweis, dan Robert Koch melakukan riset lebih lanjut terkait teori ini.<ref name=":3">{{Cite book|last=Gaynes|first=Robert P.|date=2011-01-01|url=http://www.asmscience.org/content/book/10.1128/9781555817220|title=Germ Theory: Medical Pioneers in Infectious Diseases|publisher=American Society of Microbiology|isbn=978-1-55581-529-5|language=en|doi=10.1128/9781555817220}}</ref> Pada abad ke-18 teori kuman penyakit pada awalnya hanyalah campuran teori dari pemikiran medis beberapa ahli. Pada abad ini teori kuman penyakit kembali mengalami kemajuan karena timbulnya penyakit cacar. Pada saat itu beberapa ilmuwan seperti Edward Jenner melakukan serangkaian metode ilmiah seperti membuat hipotesis, menguji, dan membuktikan teori vaksinasi.
 
Perkembangan pesat dari teori kuman penyakit tidak telepas dari perkembangan teknologi mikroskop. [[Mikroskop]] dengan memanfaatkan pembiasan cahaya yang melewati lensa, dapat membuat bayangan benda-benda kecil menjadi berkali-kali lipat ukuran aslinya. Oleh karena itu, objek-objek kecil yang tidak bisa dilihat dengan mata telanjang seperti keberadaan bakteri akhirnya akhirnya dapat diobservasi pertama kali oleh [[Antony van Leeuwenhoek|Anton van Leeuwenhoek]] pada 1676.<ref>{{Cite web|title=The discovery of bacteria {{!}} American Association for the Advancement of Science|url=https://www.aaas.org/discovery-bacteria|website=www.aaas.org|language=en|access-date=2021-10-18}}</ref> Pada akhirnya, dipada abad-19 teori kuman penyakit ini berkembang dan dikenal oleh masyarakat.<ref name=":3" />
 
[[Louis Pasteur]] menjadi salah satu tokoh utama yang berjasa untuk memperkenalkan [[bakteriologi]], ilmu yang mempelajari tentang bakteri. Berkat hasil kerjanya, ia berhasil mengaplikasikan [[inokulasi]] (vaksinasi) pada domba dan sapi untuk mencegah [[antraks]], [[Kolera unggas|kolera pada unggas]], dan juga [[rabies]] pada manusia dan anjing. Selanjutnya [[Robert Koch]] yang juga menjadi salah satu pionir bakteriologi, berhasil menunjukkan bahwa bakteri dapat dibudidayakan, diisolasi, dan diujikan di laboratorium. Ia kemudian pada tahun 1882 menemukan organisme penyebab [[tuberkulosis]] serta organisme penyebab kolera pada 1883.<ref name=":14" />
Baris 245:
Robert Koch dikenal sebagai pemrakarsa empat kriteria dasar (yang dikenal sebagai Postulat Koch) untuk menentukan bahwa suatu penyakit disebabkan oleh organisme tertentu. Postulat-postulat ini muncul dari karya seminalnya mengenai [[antraks]] menggunakan kultur murni patogen tersebut yang diisolasi dari binatang.
 
Postulat Koch dikembangkan dipada abad ke-19 dan berlaku sebagai metode dasar pengidentifikasian patogen yang dapat diisolasi dengan teknik yang tersedia pada masanya.<ref>{{cite journal|year=2006|title=Koch's postulates and infectious proteins|journal=Acta Neuropathologica|volume=112|issue=1|pages=1–4|doi=10.1007/s00401-006-0072-x|pmid=16703338|vauthors=Walker L, Levine H, [[Mathias Jucker (neuroscientist)|Jucker M]]}}</ref> Bahkan pada zaman Koch, orang sudah umum mengetahui bahwa beberapa agen infeksius memang menjadi penyebab penyakit, meskipun agen tersebut tidak memenuhi seluruh kriteria yang disebutkan postulat Koch.<ref name="Koch 18932">{{cite journal|author=Koch Robert|year=1893|title=Über den augenblicklichen Stand der bakteriologischen Choleradiagnose|url=https://zenodo.org/record/2077681|journal=Zeitschrift für Hygiene und Infektionskrankheiten|language=German|volume=14|pages=319–33|doi=10.1007/BF02284324}}</ref><ref name="Koch1884">{{cite book|title=Mittheilungen aus dem Kaiserlichen Gesundheitsamte|author=Koch Robert|year=1884|volume=2|pages=1–88|chapter=Die Aetiologie der Tuberkulose}}</ref> Di akhir abad ke-19, ada percobaan untuk menggunakan postulat Koch secara kaku untuk mendiagnosa penyakit viral. Pada masa itu, virus belum dapat terlihat atau diisolasi di dalam kultur. Percobaan ini diperkirakan menjadi penyebab mundurnya perkembangan bidang virologi.<ref>{{cite journal|author=Evans AS|date=May 1976|title=Causation and disease: the Henle-Koch postulates revisited|journal=Yale Journal of Biology and Medicine|volume=49|issue=2|pages=175–95|pmc=2595276|pmid=782050}}</ref><ref>{{cite book|title=Robert Koch: a life in medicine and bacteriology|author=Brock TD|publisher=American Society of Microbiology Press|year=1999|isbn=1-55581-143-4|location=Washington DC|author-link=Thomas D. Brock}}</ref> Di zaman sekarang, beberapa agen infeksius tetap dinyatakan sebagai penyebab penyakit meskipun tidak memenuhi seluruh postulat Koch.<ref>{{cite journal|year=2002|title=Natural history of ''Bartonella'' infections (an exception to Koch's postulate)|journal=Clinical and Diagnostic Laboratory Immunology|volume=9|issue=1|pages=8–18|doi=10.1128/CDLI.9.1.8-18.2002|pmc=119901|pmid=11777823|vauthors=Jacomo V, Kelly P, Raoult D}}</ref> Meskipun postulat Koch memiliki kepentingan sejarah dan sampai sekarang tetap digunakan untuk pendekatan diagnosis mikrobiologis, kini pemenuhan keempat kriteria dalam postulat tersebut tidak dibutuhkan untuk menggambarkan sebab-akibat.
 
Postulat Koch juga memengaruhi ilmuwan yang hendak meneliti patogenesis mikrobial dari sudut pandang molekuler. Pada tahun 1980-an, berkembang sebuah versi molekuler postulat Koch yang digunakan untuk mengidentifikasi gen mikrobial yang mengenkod faktor virulen.<ref>{{cite journal|author=Falkow S|year=1988|title=Molecular Koch's postulates applied to microbial pathogenicity|url=https://semanticscholar.org/paper/acbf3cc939b002c9eda19269219be1a42fc69b12|journal=Reviews of Infectious Diseases|volume=10|issue=Suppl 2|pages=S274–76|doi=10.1093/cid/10.Supplement_2.S274|pmid=3055197}}</ref>