=== Peradaban Islam klasik ===
Astrologi mulai masuk dalam kajian para pemikir Islam ketika jatuhnya kota Alexandria kepada Bangsa Arab dipada abad ke-7 Masehi, dan juga sejak berdirinya Kesultanan Abbasiyah pada abad ke-8 Masehi. Khalifah kedua dari kesultanan ini, Muhammad Al-Mansur mendirikan kota Baghdad sebagai pusat pembelajaran, termasuk di dalamnya terdapat perpustakaan sebagai pusat terjebahan yang dikenal juga sebagai ''Bayat al-Hikma'' "Rumah Kebijaksanaan", yang mana perpustakaan ini menerima banyak karya-karya astrologi dari periode Helenistik Eropa dan kemudian diterjemahkan dalam bahasa Arab.<ref name=":20">{{Cite web|url=https://www.metmuseum.org/toah/hd/astr/hd_astr.htm|title=Astronomy and Astrology in the Medieval Islamic World {{!}} Essay {{!}} Heilbrunn Timeline of Art History {{!}} The Metropolitan Museum of Art|last=Sardar|first=Author: Marika|website=The Met’s Heilbrunn Timeline of Art History|access-date=2017-12-15}}</ref> Salah satu penerjemah awal diantaranya [[Mashallah ibn Athari]], yang membantu memilih waktu pendirian kota Baghdad, dan Sahl ibn Bishr, yang karya-karyanya kemudian memberi pengaruh langsung terhadap ahli astrologi Eropa seperti Guido Bonatti pada abad ke-13 Masehi, dan William Lilly pada abad ke-17 Masehi. Literatur-literatur pengetahuan peradaban Islam klasik mulai dibawa masuk ke dalam kebudayaan Eropa pada abad ke-12 Masehi dan kemudian memberi pengaruh besar terhadap revolusi ilmiah yang terjadi di Eropa.<ref name=":20" />
Diantara nama-nama ahli astrologi dalam kebudayaan Arab, salah satu yang paling terkenal adalah Abu Maʿshar, dengan karyanya yang berjudul ''Kitāb al‐mudkhal al‐kabīr'' yang kemudian menjadi salah satu risalah astronomi terkenal di Eropa. Selain itu, nama Al-Khwarizmi tidak hanya dikenal sebagai ahli matematika, ia juga dikenal sebagai ahli astronomi, astrologi, dan geografi.<ref name=":20" />
Memasuki abad ke-13, astrologi telah menjadi bagian dari keseharian praktik-praktik medis di Eropa. Tabib-tabib menggabungkan metode pengobatan Galenus bersama dengan pengamatan bintang-bintang. Memasuki tahun 1500-an, ahli fisika di wilayah Eropa diharuskan untuk menghitung terlebih dahulu posisi bulan sebelum melakukan tindakan medis yang rumit seperti operasi atau yang menangani pendarahan.<ref name=":21" />
Karya-karya berpengaruh dipada abad ke-13 Eropa termasuk diantaranya yang ditulis oleh pendeta Inggris, Johannes de Sacrobosco dan ahli astrologi Italia, Guido Bonatti. Bonatti menyediakan layanan astrologinya secara umum kepada pemerintahan kota Firenze, Siena, dan Forli, sekaligus bertindak sebagai penasihat Federick II, Tahta Suci Roma. Buku astrologinya yang berjudul ''Liber Astronoiae'' (Buku astronomi) ditulis pada tahun 1277, dan mendapat reputasi sebagai "buku paling penting pada bidang astrologi yang terbit dalam bahasa Latin dipada abad ke-13". Sementara itu salah satu penulis pada abad pertengahan di Eropa menggambarkan Guido Bonatti sebagai penghuni neraka yang selalu melihat kebelakang dalam bukunya sebagai hukuman akibat kegiatan ramal-meramalnya.<ref name=":21" />
Pada era Renaisans, ahli astrologi lapangan akan melengkapi penggunaan data-data horoskop mereka dengan pengamatan dan penemuan astronomis. Banyak dari praktisi-praktisi astrologi yang saat kemudian menjadi sosok dibalik penjungkirbalikan gagasan-gagasan astronomi kuno seperti Tycho Brahe, Galileo Galilei, dan Johaness Kepler. Di akhir era Renaisans, astrologi mulai kehilangan tempatnya di bidang ilmu pengetahuan. Dengan jatuhnya fisika Aristotelian karena diganti oleh fisika Newtonian, dan juga terdapat penolakan terhadap gagasan pembagian alam bawah-alam atas pada teori geosentris sebelumnya yang mana menjadi dasar ilmu astrologi. Kemudian memasuki abad ke-18, ketertarikan kalangan intelektual terhadap astrologi hampir sepenuhnya tidak ditemukan.<ref name=":21" />
|