Batalyon Infanteri 743: Perbedaan antara revisi
Konten dihapus Konten ditambahkan
k ~ kategori dipindahkan |
|||
Baris 35:
== Sejarah ==
Pembentukan Yonif 743/PSY hingga seperti sekarang ini mengalami beberapa kali perubahan. Dimulai dari tahun 1950 dengan nama Batalyon Infanteri 706 Organik Kopas C Sunda Kecil. Dua tahun kemudian, Yonif 706 Kopas C direorganisir menjadi Batalyon Infanteri 706 ROI-6/VII. Enam tahun setelah itu (1958) diubah lagi menjadi Yonif 712 ROI II /RI-26, di bawah pimpinan Kapten Inf JD.Fa’ah sebagai Komandan Batalyon. Selanjutnya pada 19 Maret 1965, Yonif 712 ROI II/RI-26 diresmikan menjadi Yonif 743 ROI-64, dengan markas berada di NTT. Tahun 1974 Yonif 743 ROI-64 menjadi Yonif 743/BS, dan pada 11 Desember 1985 satuan ini direorganisasi kembali, dari Batalyon Infanteri 743/BS menjadi Batalyon Infanteri Teritorial 743/Pradnya Samapta Yudha, yang berada di bawah Korem 161/Wirasakti. Akhirnya, pada tahun 2010, Yonif 743/PSY beralih kodal dari Korem 161/WS menjadi Yonif di bawah Brigif 21/Komodo,
hingga sekarang. Sepak terjang satuan ini dalam tugas operasi militer, berawal sejak tahun 1950 menghadapi pemberontak Republik Maluku Selatan (RMS), kemudian penumpasan pasukan DI/TII di Sulawesi Selatan (Sulsel) 1953, terus berlanjut hingga operasi penumpasan G30S/PKI 1965, yang semua itu berlangsung
Mayor Inf Sukrisno, lima prajurit Yonif 743/PSY gugur sebagai kesuma bangsa. Mereka adalah Pelda M. Lagawurin, Serma Matheus Mado, Kopda Paulus Bere Mau, Kopda Markus Loe, dan Prada I Wayan Rusmadi. Menurut catatan sejarah Yonif 743/PSY, satu tahun kemudian (1976) tiga orang prajurit kembali gugur dalam tugas operasi di Tim-Tim, yaitu Letda Inf Mukri Alwi, Kopda Nathan Pasu, dan Pratu Yahya M. Ali, 24 tahun kemudian, dua orang prajurit harus kehilangan nyawa demi menjaga Ibu Pertiwi di Tanah Timor, yakni Capa Yeskial Braste dan Kopda Wagiman.<ref name=palangan>PROFIL SATUAN, ''"BATALYON INFANTERI 743/PRADNYA SAMAPTA YUDHA"'', ''Palangan'', Volume 17 No. II Edisi Juni 2016, hlm. 39-44.</ref>
|