Berita bohong: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Empat Tilda (bicara | kontrib)
Memperbaiki referensi
Tag: VisualEditor Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 5:
 
== Pengertian ==
Menurut [[Kamus Besar Bahasa Indonesia|KBBI]], Hoaks mengandung makna informasi atau berita bohong, berita tidak bersumber.<ref>{{Cite web|url=http://www.kbbionline.com/arti/gaul/hoax|title=Arti kata Hoax - Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) Online|last=Wijayanti|first=Sri|website=www.kbbionline.com|access-date=2018-07-08}}{{Pranala mati|date=Februari 2021 |bot=InternetArchiveBot |fix-attempted=yes }}</ref><ref>{{Cite web|date=2021-03-18|title=Hoax Adalah Berita Bohong, Kenali Ciri-Ciri, Jenis dan Cara Mengatasinya|url=https://www.merdeka.com/trending/hoax-adalah-berita-bohong-kenali-ciri-ciri-jenis-dan-cara-mengatasinya-kln.html|website=merdeka.com|language=en|access-date=2021-12-01}}</ref><ref>{{Cite web|last=KOMINFO|first=PDSI|title=Ini Cara Mengatasi Berita “Hoax” di Dunia Maya|url=https://kominfo.go.id/content/detail/8949/ini-cara-mengatasi-berita-hoax-di-dunia-maya/0/sorotan_media|website=Website Resmi Kementerian Komunikasi dan Informatika RI|language=en|access-date=2021-12-01}}</ref> Menurut Silverman (2015), hoaks merupakan sebagai rangkaian informasi yang memang sengaja disesatkan, tetapi “dijual” sebagai kebenaran.<ref>Silverman, Craig. (2015).Journalism: A Tow/Knight Report.{{Cite news|url=https://www.cjr.org/tow_center_reports/craig_silverman_lies_damn_lies_viral_content.php|title=Lies, Damn Lies, and Viral Content|newspaper=Columbia Journalism Review|language=en|access-date=2018-10-07}}</ref> Hoaks bukan sekadar ''misleading'' alias menyesatkan, informasi dalam ''fake news'' juga tidak memiliki landasan faktual, tetapi disajikan seolah-olah sebagai serangkaian fakta <ref name=":0">Allcott, Hunt & Gentzkow, Matthew. (2017). Social Media and Fake News in the 2016 Election.
 
Journal of Economic Perspectives Vol 31, No. 2, Spring 2017.</ref>
Baris 11:
 
== Sejarah ==
Meski baru mengambil peran utama dalam panggung diskusi publik Indonesia di beberapa dekade terakhir ini, hoaks sebetulnya punya akar sejarah yang panjang.<ref>{{Cite web|title=Sejarah Hoaks dan Andilnya dari Masa ke Masa|url=https://kumparan.com/kumparantech/sejarah-hoaks-dan-andilnya-dari-masa-ke-masa|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2021-12-01}}</ref>
 
Terdapat 2 versi terkait dengan sejarah hoaks. Pertama yang dicatat pada [[1661]]. Kasus tersebut adalah soal ''[[Drummer of Tedworth]]'', yang berkisah soal [[John Mompesson]] -seorang tuan tanah- yang dihantui oleh suara-suara drum setiap malam di rumahnya.<ref>{{Cite web|date=2020-06-19|title=Sejarah HOAX Atau Berita Bohong|url=https://coganews.co.id/2020/06/19/sejarah-hoax-atau-berita-bohong/|website=Informasi Terkini Berita Sumsel|language=id-ID|access-date=2021-12-01}}</ref> Ia mendapat nasib tersebut setelah ia menuntut William Drury - seorang drummer band gipsy- dan berhasil memenangkan perkara. Mompesson menuduh Drury melakukan guna-guna terhadap rumahnya karena dendam akibat kekalahannya di pengadilan. Singkat cerita, seorang penulis bernama [[Granville Stanley Hall|Glanvill]] mendengar kisah tersebut. Ia mendatangi rumah tersebut dan mengaku mendengar suara-suara yang sama. Ia kemudian menceritakannya ke dalam tiga buku cerita yang diakunya berasal dari kisah nyata. Kehebohan dan keseraman ''[[local horror story]]'' tersebut berhasil menaikkan penjualan buku Glancill. Namun, pada buku ketiga Glanvill mengakui bahwa suara-suara tersebut hanyalah trik dan apa yang ceritakan adalah bohong belaka.<ref name=":1" />
 
Ada juga kisah soal Benjamin Franklin yang pada tahun 1745 lewat harian Pennsylvania Gazette mengungkap adanya sebuah benda bernama “Batu China” yang dapat mengobati rabies, kanker, dan penyakit-penyakit lainnya.<ref>{{Cite web|date=2017-01-14|title=Ini Sejarah Hoax dari Masa ke Masa {{!}} Teknologi|url=https://teknologi.bisnis.com/read/20170114/105/619451/ini-sejarah-hoax-dari-masa-ke-masa|website=Bisnis.com|language=id|access-date=2021-12-01}}</ref> Sayangnya, nama Benjamin Franklin saat itu membuat standar verifikasi kedokteran tidak dilakukan sebagaimana standar semestinya.Meski begitu, ternyata batu yang dimaksud hanyalah terbuat dari tanduk rusa biasa yang tak memiliki fungsi medis apapun. Hal tersebut diketahui oleh salah seorang pembaca harian [[Pennsylvania Gazette]] yang membuktikan tulisan [[Benjamin Franklin]] tersebut. Hoaks-hoaks senada beberapa kali terjadi sampai adanya Badan Makanan dan Obat-obatan Amerika Serikat pada awal abad 20.<ref name=":1" />
 
Meskipun demikian, kata hoaks sendiri baru mulai digunakan sekitar tahun 1808. Kata tersebut dipercaya datang dari ''hocus'' yang berarti untuk mengelabui. Kata-kata ''hocus'' sendiri merupakan penyingkatan dari ''[[hocus pocus]]'', semacam mantra yang kerap digunakan dalam pertunjukan sulap saat akan terjadi sebuah ''[[Punchline (film)|punch line]]'' dalam pertunjukan mereka di panggung.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://kumparan.com/@kumparantech/sejarah-hoaks-dan-andilnya-dari-masa-ke-masa|title=Sejarah Hoaks dan Andilnya dari Masa ke Masa|website=kumparan|language=id-ID|access-date=2018-10-07}}</ref>
Baris 72:
 
== Alasan hoaks tetap ada ==
Berbagai cara telah dilakukan, baik oleh pemerintah maupun masyarakat yang peduli dengan maraknya hoaks di kehidupan masyarakat. Pemerintah misalnya telah membuat pagar hukum dengan menyetujui lahirnya Undang-undang Informasi dan Transaksi Elektonik, memblokir situs-situs yang menyebarkan hoaks, menangkap sindikat penyebar hoaks hingga membentuk lembaga siberkreasi yang berfokus dalam menangani hoaks. Tidak hanya itu, masyarakat juga turut serta dalam menekan peredaran hoaks dengan memberikan klarifikasi terhadap hoaks. Diantaranya adalah Mafindo (Masyarakat Anti Fitnah Indonesia) yang secara aktif dan peduli memberikan klarifikasi akan hoaks hingga melakukan literasi media, baik dikalangan masyarakat hingga jurnalis.<ref>{{Cite web|title=Website Dinas Kesehatan Provinsi Kepulauan Riau - Cegah Hoax : Ingat Selalu, Saring sebelum Sharing!|url=https://dinkes.kepriprov.go.id/index.php/9-berita/571-cegah-hoax-ingat-selalu-saring-sebelum-sharing|website=dinkes.kepriprov.go.id|access-date=2021-12-01}}</ref> Lantas muncul pertanyaan, sebenarya faktor apa saja yang mempengaruhi hoaks masih terus ada dan berkembang. Berikut beberapa alasan hoaks tetap ada.
 
* [[Jurnalisme]] yang lemah, jurnalisme yang lemah membuat konten hoaks terus berkembang karena tidak terbiasa dengan proses [[verifikasi]], cek dan recheck. Peran media profesional yang seharusnya membawa kecerahan dalam sebuah persoalan yang simpang siur di masyarakat semakin lama semakin tergerus.<ref>{{Cite web|last=Prasetya Utomo|first=Wisnu|date=2017-02-01|title=Jurnalisme Memproduksi Hoax - Remotivi|url=https://www.remotivi.or.id/mediapedia/356/jurnalisme-memproduksi-hoax|website=remotivi|language=id|access-date=2021-11-26}}</ref>