Koperasi anjungan: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
InternetArchiveBot (bicara | kontrib)
Rescuing 3 sources and tagging 0 as dead.) #IABot (v2.0.8
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: seringkali → sering kali (bentuk baku)
Baris 2:
 
== Tipologi ==
Meskipun belum ada tipologi koperasi platform yang disepakati secara umum, para peneliti seringkalisering kali mengelompokkan koperasi platform berdasarkan kategori industrinya. Beberapa kategori potensial meliputi: transportasi, tenaga kerja panggilan (''on-demand''), jurnalisme, musik, proyek kreatif, bank waktu, film, perawat-ke-rumah, fotografi, koperasi data, lokapasar.<ref>{{Cite web|url=https://www.slideshare.net/secret/Jw8asCmKKrlujp|title=The Prospects of Platform Cooperativism|last=Scholz|first=Trebor|date=4 December 2016|website=Slideshare|access-date=10 December 2016}}</ref> Tipologi lain membedakan koperasi platform berdasarkan tata kelola atau struktur kepemilikan mereka.
 
== Contoh-contoh ==
Baris 93:
 
=== Dominasi Pemain Petahana ===
Beberapa kritikus dari kooperativisme platform mengklaim bahwa koperasi platform akan kesulitan menggusur platform petahana yang dimodali oleh modal ventura. Nick Smicek menulis bahwa, karena “sifat monopoli dari platform, dominasi efek jaringan, dan sumber daya melimpah di balik perusahaan-perusahaan ini ... bahkan apabila semua perangkat lunak dijadikan sumber terbuka (''open-source''), platform seperti Facebook masih akan memiliki nilai tinggi karena data yang mereka miliki, efek jaringan, dan sumber daya finansial untuk melawan kehadiran koperasi.”<ref>{{Cite book|url=|title=Platform Capitalism|last=Srnicek|first=Nick|date=2017|publisher=Polity|location=New York City|page=127}}</ref> Rufus Pollock menunjukkan keprihatinan serupa bahwa koperasi platform akan menghadapi tantangan besar untuk mencapai skala yang besar, terutama karena ketidakmampuan mereka untuk menggalang modal saham tradisional<ref>{{Citation|url=https://rufuspollock.com/2017/01/11/information-coops-collective-funding-of-information-goods-from-software-to-medicines/|title=Information Coops: Collective Funding of Information Goods from Software to Medicines}}</ref> Ditambah lagi, ia berargumen bahwa koperasi seringkalisering kali melalui proses pengambilan keputusan yang lambat dan tidak efisien sehingga akan menghambat mereka untuk bersaing dengan baik. Akhirnya, ia menyampaikan bahwa ada risiko koperasi platform akan menjadi tidak etis dengan menjadi klub eksklusf bagi anggota mereka (sebagai contoh, koperasi angkutan bersama mungkin akan dikontrol oleh pengemudi yang akhirnya mengeksploitasi pengguna jasa). Evgeny Morozov menulis bahwa “Usaha kooperativisme platform sebenarnya layak untuk diteruskan; terkadang, mereka menghasilkan proyek lokal yang impresif dan etis. Tidak ada alasan mengapa koperasi pengemudi di kota kecil tidak dapat membuat aplikasi yang membantu mereka mengalahkan Uber secara lokal. Namun, tidak ada alasan bagus untuk percaya bahwa koperasi lokal ini dapat membuat mobil tanpa pengemudi (''self-driving car''): upaya ini memerlukan investasi besar-besaran dan infrastruktur khusus untuk mengumpulkan dan menganalisis semua data. Kita bisa saja membuat koperasi kepemilikan data, namun daya saing mereka akan sulit untuk bisa setara dengan Google atau Amazon " <ref>{{Cite news|url=https://www.theguardian.com/commentisfree/2016/dec/04/data-populists-must-seize-information-for-benefit-of-all-evgeny-morozov|title=Data populists must seize our information – for the benefit of us all|last=Morozov|first=Evgeny|date=3 December 2016|work=The Guardian|access-date=12 December 2016|via=}}</ref>
 
Meskipun hal ini bisa jadi benar di sektor tertentu, Arun Sundarajan mengklaim bahwa, “Teori ekonomi mengimplikasikan bahwa koperasi pekerja lebih efisien dari korporasi berbasis saham ketika tidak ada perbedaan yang besar dalam hirarki kontribusi di antara para pekerja, yaitu ketika tingkatan kompetisi eksternal rendah dan tidak ada kebutuhan untuk adanya investasi berulang sebagai respon dari perubahan teknologi.” Menggunakan Uber sebagai contoh dari platform yang dominan, ia melanjutkan: “Para pengemudi taksi sebenarnya memberikan jasa yang kurang lebih seragam dalam industri yang tingkat persaingannya rendah. Saat teknologi angkutan berbasis daring menjadi komoditas, potensi untuk koperasi pekerja menjadi besar, karena tiap-tiap pasar lokal terbuka untuk persaingan."<ref>{{Cite book|title=The Sharing Economy: The End of Employment and the Rise of Crowd-Based Capitalism|last=Sundararajan|first=Arun|date=2016|publisher=MIT Press|location=Cambridge|page=197}}</ref>