Literasi informasi: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Amanda Amalia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Amanda Amalia (bicara | kontrib)
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: kemungkinan perlu pemeriksaan terjemahan VisualEditor
Baris 1:
{{kembangkan}}{{terjemah|Inggris}}
{{yatim}}
'''{{PAGENAME}}''' merupakan kemampuan untuk menemukan dan menggunakan informasi dalam kehidupan. Beberapa organisasi kepustakawanan memiliki definisi berbeda mengenai konsep literasi informasi. Menurut ''Chartered Institute of Library and Information Professionals'' (CILIP), literasi informasi adalah kemampuan berpikir secara kritis dan menarik penilaian secara berimbang terhadap seluruh informasi yang ditemukan dan digunakan. Kemampuan ini bermanfaat bagi seseorang untuk mencapai dan mengekspresikan pandangan yang berbasis informasi yang memadai serta untuk terlibat sepenuhnya dalam masyarakat.<ref>{{Cite web|url=https://infolit.org.uk/|title=Information Literacy Website – Brought to you by the CILIP Information Literacy Group|language=en-US|access-date=2020-02-05}}</ref> Sedangkan ''[[Asosiasi Perpustakaan Amerika Serikat|American Library Association]]'' (ALA) mendefinisikan literasi informasi sebagai serangkaian kemampuan yang dibutuhkan seseorang untuk menyadari kapan informasi dibutuhkan dan kemampuan untuk menempatkan, mengevaluasi, dan menggunakan informasi yang dibutuhkan secara efektif.
<ref>{{en}}
 
Baris 10:
</ref>
 
Beberapa upaya telah dilakukan untuk menghubungkan literasi informasi dengan beberapa konsep literasi lain yang berkelindan, antara lain literasi komputer, literasi digital, dan literasi berkaitan dengan pemanfaatan perpustakaan.<ref>{{Cite journal|date=2020-01-23|title=Information literacy|url=https://en.wiki-indonesia.club/w/index.php?title=Information_literacy&oldid=937197599|journal=Wikipedia|language=en}}</ref> Di Indonesia, misalnya, [[Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia|Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan]] memiliki program [[Gerakan Literasi Nasional]]. Gerakan ini berfokus pada pengembangan aspek literasi dasar yang terdiri atas enam aspek, yaitu literasi baca-tulis, numerasi, sains, finansial, digital, dan budaya dan kewargaan.
 
== Latar belakang ==
Baris 19:
Pada tahun 1998, Komite Kepresidenan untuk Literasi Informasi memperbarui laporan akhirnya. Laporan tersebut menguraikan enam rekomendasi dari laporan asli, dan memeriksa bidang tantangan dan kemajuan.<ref>{{Cite web|last=|date=2006-09-06|title=A Progress Report on Information Literacy: An Update on the American Library Association Presidential Committee on Information Literacy: Final Report|url=https://www.ala.org/acrl/publications/whitepapers/progressreport|website=Association of College & Research Libraries (ACRL)|language=en|access-date=2021-12-06}}</ref>
 
Pada tahun 1999, Society of College, National and University Libraries (SCONUL) di [[Inggris]], menerbitkan model ''"The Seven Pillars of Information Literacy"'' untuk "memfasilitasi pengembangan lebih lanjut dari ide-ide di antara para praktisi di lapangan ... merangsang perdebatan tentang ide-ide dan tentang bagaimana ide-ide itu dapat digunakan oleh perpustakaan dan staf lain di pendidikan tinggi yang peduli dengan pengembangan keterampilan siswa". Sejumlah negara lain telah mengembangkan standar literasi informasi sejak saat itu.<ref>Moira Bent (November 2007). [https://web.archive.org/web/20071028011653/http://www.sconul.ac.uk/groups/information_literacy/sp/model.html "The Seven Pillars of Information Literacy Original model"]. SCONUL. Diakses tanggal 2021-12-06.</ref>
 
Pada tahun 2003, Forum Nasional Literasi Informasi, bersama dengan [[Organisasi Pendidikan, Keilmuan, dan Kebudayaan Perserikatan Bangsa-Bangsa|UNESCO]] dan Komisi Nasional Perpustakaan dan Ilmu Informasi, mensponsori konferensi internasional di Praha dengan perwakilan dari dua puluh tiga negara untuk membahas pentingnya literasi informasi dalam konteks global. Deklarasi Praha yang dihasilkan menggambarkan literasi informasi sebagai "kunci pembangunan sosial, budaya, dan ekonomi bangsa dan komunitas, lembaga dan individu di abad ke-21" dan menyatakan perolehannya sebagai "bagian dari hak asasi manusia untuk belajar sepanjang hayat". <ref>{{Cite web|title=Arquivo.pt - pesquise páginas do passado!|url=https://arquivo.pt/wayback/20160513135303/http:/portal.unesco.org/ci/en/ev.php-URL_ID=15886&URL_DO=DO_TOPIC&URL_SECTION=201.html|website=arquivo.pt|language=pt|access-date=2021-12-06}}</ref>
 
Di [[Amerika Serikat]], ILliterasi informasi dijadikan prioritas selama masa jabatan pertama [[Barack Obama|Presiden Barack Obama]], yang menetapkan Oktober sebagai Bulan Kesadaran Literasi Informasi Nasional. <ref>Barack Obama (2009). [https://web.archive.org/web/20121021192357/http://www.whitehouse.gov/assets/documents/2009literacy_prc_rel.pdf "National Information Literacy Awareness Month" (PDF)]. Diakses tanggal 2021-12-06.</ref>
 
Dalam tinjauan literatur yang diterbitkan dalam jurnal akademik pada tahun 2020, profesor Oral Roberts University Angela Sample mengutip beberapa gelombang konseptual definisi IL sejak sekitar tahun 1970.<ref>Behrens, Shirley J. (1 Juli 1994). [[doi:10.5860/crl_55_04_309|"A Conceptual Analysis and Historical Overview of Information Literacy"]]. College & Research Libraries. 55 (4): 309–322. doi:10.5860/crl_55_04_309.</ref> Beberapa dari pendekatan konseptual luas tersebut termasuk literasi informasi yang didefinisikan sebagai cara berpikir; literasi informasi didefinisikan sebagai seperangkat keterampilan, literasi informasi didefinisikan sebagai praktik sosial.<ref>Addison, Colleen; Meyers, Eric (September 2013). [https://eric.ed.gov/?id=EJ1044643 "Perspectives on Information Literacy: A Framework for Conceptual Understanding"]. Information Research: An International Electronic Journal. 18 (3). ERIC EJ1044643.</ref> Gelombang konsep ini di dunia akademik menyebabkan adopsi metaliteracy sebagai mekanisme konsep literasi informasi, dan penciptaan konsep ambang batas dan disposisi pengetahuan, yang akhirnya mengarah pada penciptaan Kerangka Literasi Informasi ALA. <ref>Sample, Angela (Maret 2020). [https://www.sciencedirect.com/science/article/abs/pii/S0099133319305026?via%3Dihub "Historical development of definitions of information literacy: A literature review of selected resources"]. ''The Journal of Academic Librarianship''. '''46''' (2): 102116. doi:10.1016/j.acalib.2020.102116.</ref>
 
== Aspek pendidikan ==
Metode dan praktik pendidikan, dalam masyarakat kita yang semakin berpusat pada informasi, harus memfasilitasi dan meningkatkan kemampuan siswa untuk memanfaatkan kekuatan informasi. Kunci untuk memanfaatkan kekuatan informasi adalah kemampuan untuk mengevaluasi informasi, untuk memastikan relevansinya, keasliannya, dan modernitasnya. Proses evaluasi informasi adalah keterampilan hidup dasar untuk pembelajaran sepanjang hayat. Menurut Lankshear dan Knobel, yang dibutuhkan dalam sistem pendidikan kita adalah pemahaman baru tentang literasi, literasi informasi dan pengajaran literasi. Pendidik perlu belajar untuk menjelaskan konteks masyarakat kita yang beragam secara budaya dan bahasa dan semakin mengglobal. Kita juga perlu memperhitungkan keragaman bentuk teks yang berkembang terkait dengan teknologi informasi dan multimedia.<ref name=":0">Fitzgerald, M. A. [https://web.archive.org/web/20100529090404/http://www.ala.org/ala/mgrps/divs/aasl/aaslpubsandjournals/slmrb/slmrcontents/volume21999/ALA_print_layout_1_202785_202785.cfm "Evaluating information: An information literacy challenge"]. School Library Media Research, 2. Diakses tanggal 2021-12-06.</ref>
 
Evaluasi terdiri dari beberapa komponen proses termasuk metakognisi, tujuan, disposisi pribadi, perkembangan kognitif, musyawarah, dan pengambilan keputusan. Ini adalah tantangan yang sulit dan kompleks dan menggarisbawahi pentingnya kemampuan berpikir kritis.
 
Berpikir kritis adalah hasil pendidikan yang penting bagi siswa. Lembaga pendidikan telah bereksperimen dengan beberapa strategi untuk membantu menumbuhkan pemikiran kritis, sebagai sarana untuk meningkatkan evaluasi informasi dan literasi informasi di kalangan siswa. Ketika mengevaluasi bukti, siswa harus didorong untuk berlatih argumentasi formal. Debat dan presentasi formal juga harus didorong untuk menganalisis dan mengevaluasi informasi secara kritis.<ref name=":0" />
 
== Rujukan ==