Gunung Semeru: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
JayaGood (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Angayubagia (bicara | kontrib)
Tag: Suntingan visualeditor-wikitext
Baris 49:
== Sejarah ==
=== Pendaki pertama ===
Orang Eropa pertama yang mendaki gunung ini adalah Clignet dan Winny Brigita (1838), seorang ahli geologi berkebangsaan [[Belanda]]. Mereka menempuh jalur dari sebelah barat daya melalui Widodaren. Selanjutnya [[Franz Wilhelm Junghuhn|Junghuhn]] (1945), seorang ahli botani berkebangsaan Belanda, mendaki dari utara lewat gunung Ayek-ayek, gunung Inder-inder dan gunung Kepolo. Pada tahun 1911, Van Gogh dan Heim melalui lereng utara dan setelah 1945 umumnya pendakian dilakukan lewat lereng utara melalui [[Ranu Pani]] dan [[Ranu Kumbolo]] hingga saat ini.{{butuh rujukan}}
 
=== Legenda Gunung Semeru ===
Menurut kepercayaan masyarakat Jawa yang ditulis pada kitab kuno [[Tantu Pagelaran]] yang berasal dari [[abad ke-15]], pada dahulu kala Pulau Jawa mengambang di lautan luas, terombang-ambing dan senantiasa berguncang. Para Dewa memutuskan untuk memakukan Pulau Jawa dengan cara memindahkan Gunung [[Meru]] di India ke atas Pulau Jawa.{{butuh rujukan}}
 
Dewa [[Wisnu]] menjelma menjadi seekor kura-kura raksasa menggendong gunung itu dipunggungnya, sementara Dewa [[Brahma]] menjelma menjadi ular panjang yang membelitkan tubuhnya pada gunung dan badan kura-kura sehingga gunung itu dapat diangkut dengan aman.{{butuh rujukan}}
 
Dewa-dewa tersebut meletakkan gunung itu di atas bagian pertama pulau yang mereka temui, yaitu di bagian barat Pulau Jawa. Tetapi berat gunung itu mengakibatkan ujung pulau bagian timur terangkat ke atas. Kemudian mereka memindahkannya ke bagian timur pulau Jawa. Ketika gunung Meru dibawa ke timur, serpihan gunung Meru yang tercecer menciptakan jajaran pegunungan di pulau Jawa yang memanjang dari barat ke timur. Akan tetapi ketika puncak Meru dipindahkan ke timur, pulau Jawa masih tetap miring, sehingga para dewa memutuskan untuk memotong sebagian dari gunung itu dan menempatkannya di bagian barat laut. Penggalan ini membentuk Gunung Pawitra, yang sekarang dikenal dengan nama [[Gunung Penanggungan]], dan bagian utama dari Gunung Meru, tempat bersemayam Dewa Shiwa, sekarang dikenal dengan nama Gunung Semeru. Pada saat Sang Hyang [[Siwa]] datang ke pulau Jawa dilihatnya banyak pohon [[Jewawut|Jawawut]], sehingga pulau tersebut dinamakan Jawa.{{butuh rujukan}}
 
Lingkungan geografis pulau Jawa dan [[Bali]] memang cocok dengan lambang-lambang agama Hindu. Dalam agama Hindu ada kepercayaan tentang Gunung [[Meru]], Gunung Meru dianggap sebagai rumah tempat bersemayam dewa-dewa dan sebagai sarana penghubung di antara bumi (manusia) dan Kayangan. Banyak masyarakat Jawa dan Bali sampai sekarang masih menganggap gunung sebagai tempat kediaman [[Dewata]], [[Hyang]], dan makhluk halus.{{butuh rujukan}}
 
Menurut orang [[Bali]], Gunung Mahameru dipercayai sebagai Bapak [[Gunung Agung]] di Bali dan dihormati oleh masyarakat Bali. Upacara sesaji kepada para dewa-dewa Gunung Mahameru dilakukan oleh orang Bali. Betapapun upacara tersebut hanya dilakukan setiap 8-12 tahun sekali hanya pada waktu orang menerima suara gaib dari dewa Gunung Mahameru. Selain upacara sesaji itu orang Bali sering datang ke daerah Gua Widodaren untuk mendapat Tirta suci.{{butuh rujukan}}<!--Orang naik sampai puncak Mahameru ada yang bertujuan untuk mendengar suara-suara gaib. Selain itu juga ada yang memohon agar diberi umur yang panjang. Bagaimanapun alasan orang naik ke puncak Mahameru, kebanyakan orang ditakutkan oleh macam-macam hantu yang mendiami daerah keliling gunungnya. Hantu-hantu tersebut biasanya adalah roh leluhur yang mendiami tempat seperti hutan, bukit, pohon serta danau.
Roh leluhur biasanya bertujuan menjaga macam-macam tempat dan harus dihormati. Para pendaki yang menginap di danau Ranu Kumbolo sering melihat hantu Ranu Kumbolo. Tengah malam ada cahaya berwarna orange di tengah danaunya dan tiba-tiba berubah wujud menjadi sesosok hantu wanita. Biasanya hanya orang yang punya kekuatan mistis dia akan melihat hantu dan dapat bicara dengan hantu. Terserah orang percaya pada hantu atau tidak tetapi banyak orang Jawa yang percaya bahwa daerah Bromo, Tengger, Semeru banyak didiami oleh hantu-hantu.-->
 
=== Gas beracun ===
Di puncak Gunung Semeru (Puncak Mahameru) pendaki disarankan untuk tidak menuju [[kawah Jonggring Saloko]], juga dilarang mendaki dari sisi sebelah selatan, karena adanya [[gas beracunberacu]]n dan aliran [[lahar]]. Gas beracun ini dikenal dengan sebutan '''''Wedhus Gembel''''' ([[Bahasa Jawa]] yang berarti "[[kambing]] gimbal", yakni kambing yang berbulu seperti rambut gimbal) oleh penduduk setempat. Suhu dipuncak Mahameru berkisar 4 - 10 derajat [[Celsius]], pada puncak musim [[kemarau]] minus 0 derajat Celsius, dan dijumpai kristal-kristal es. Cuaca sering berkabut terutama pada siang, sore dan malam hari. Angin bertiup kencang, pada bulan Desember - Januari sering ada badai.
 
Terjadi letusan Wedus Gembel setiap 15-30 menit pada puncak gunung Semeru yang masih aktif. Pada November [[1997]], Gunung Semeru [[gunung meletus|meletus]] sebanyak 2990 kali. Siang hari arah angin menuju puncak, untuk itu hindari datang siang hari di puncak, karena gas beracun dan letusan mengarah ke puncak.