Aksara Makassar Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Tidak ada ringkasan suntingan
Tag: Suntingan perangkat seluler Suntingan peramban seluler
Baris 21:
Aksara Makassar adalah sistem tulisan [[abugida]] yang terdiri dari 18 aksara dasar. Seperti aksara [[Brahmi]] lainnya, setiap konsonan merepresentasikan satu suku kata dengan vokal inheren /a/ yang dapat diubah dengan pemberian diakritik tertentu. Arah penulisan aksara Lontara adalah kiri ke kanan. Aksara ini ditulis tanpa spasi antarkata (''[[scriptio continua]]'') dengan [[tanda baca]] yang minimal. Suku kata mati, atau suku kata yang diakhiri dengan konsonan, tidak ditulis dalam aksara Makassar, sehingga teks Makassar secara inheren dapat memiliki banyak kerancuan kata yang hanya dapat dibedakan dengan konteks.
 
== Sejarah Aksara Makassar==
Sesungguhnya Lontara Makassar ini sudah ada 483 tahun lamanya, dibaca dan ditulis di Sulawesi Selatan, namun masih sedikit sekali masyarakat di Sulawesi Selatan yang mengetahui sejarahnya, bahkan diantara para pengajar di masyarakat etnis suku Makassar itu sendiri. Sungguh sangat di sayangkan, pada masa ini masih ada yang belum mengetahui bahwa Lontara yang kita pakai sekarang ini adalah Lontara Makassar dengan generasi ketiga.
Para ahli umumnya meyakini bahwa aksara Makassar telah digunakan sebelum Sulawesi Selatan mendapat pengaruh [[Islam]] yang signifikan sekitar abad 16 M, berdasarkan fakta bahwa aksara Makassar menggunakan dasar sistem [[abugida]] [[aksara Brahmi|Indik]] ketimbang [[huruf Arab]] yang menjadi lumrah di Sulawesi Selatan di kemudian harinya.{{sfn|Macknight|2016|p=55}} Aksara ini berakar pada [[aksara Brahmi]] dari India selatan, kemungkinan dibawa ke Sulawesi melalui perantara aksara Kawi atau aksara turunan Kawi lainnya.{{sfn|Macknight|2016|p=57}}{{sfn|Tol|1996|p=214}}{{sfn|Jukes|2014|p=2}} Kesamaan grafis aksara-aksara Sumatra Selatan seperti [[aksara Rejang]] dengan aksara Makassar membuat beberapa ahli mengusulkan keterkaitan antara kedua aksara tersebut.{{sfn|Noorduyn|1993|pp=567–568}} Teori serupa juga dijabarkan oleh Christopher Miller yang berpendapat bahwa aksara Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Filipina berkembang secara pararel dari purwarupa [[aksara Gujarat]], [[India]].<ref name="miller1">{{cite journal|url=http://journals.linguisticsociety.org/proceedings/index.php/BLS/article/view/3917|first=Christopher|last=Miller|title= A Gujarati origin for scripts of Sumatra, Sulawesi and the Philippines|journal=Annual Meeting of the Berkeley Linguistics Society|volume=36|issue=1|year=2010}}</ref>
 
1.Lontara Jangang-Jangang
Lontara Jangang-Jangang atau sering juga disebut Lontara Tua yang di ciptakan oleh Daeng Pamatte pada tahun 1538 atas perintah Raja Gowa ke-IX, Karaeng Tumapakrisik Kallongna yang berkuasa (1510-1546).
 
Patturioloang Gowa menyebutkan :
᨞ iapa anne karaeng mapareq rapang bicara timu-timu ri bunduka sabannaraqnami anne karaenga I Daeng Pamatteq ia sabannaraq ia tumailalang iami ampareki lontaraq Mangkasaraka ᨞
 
Terjemannya kurang seperti ini ;
Baru kali ini Raja membuat kebijakan yang ditulis sebagai hukum, deklarasi perang. Syahbandar raja Gowa ini adalah Daeng Pamatte, dia Syahbandar dia juga Menteri Dalam Negeri. Dialah yang membuat Lontara Makassar.
 
Para ahli umumnya meyakini bahwa aksara Makassar telah digunakan sebelum Sulawesi Selatan mendapat pengaruh [[Islam]] yang signifikan sekitar abad 16 M, berdasarkan fakta bahwa aksara Makassar menggunakan dasar sistem [[abugida]] [[aksara Brahmi|Indik]] ketimbang [[huruf Arab]] yang menjadi lumrah di Sulawesi Selatan di kemudian harinya.{{sfn|Macknight|2016|p=55}} Aksara ini berakar pada [[aksara Brahmi]] dari India selatan, kemungkinan dibawa ke Sulawesi melalui perantara aksara Kawi atau aksara turunan Kawi lainnya.{{sfn|Macknight|2016|p=57}}{{sfn|Tol|1996|p=214}}{{sfn|Jukes|2014|p=2}} Kesamaan grafis aksara-aksara Sumatra Selatan seperti [[aksara Rejang]] dengan aksara Makassar membuat beberapa ahli mengusulkan keterkaitan antara kedua aksara tersebut.{{sfn|Noorduyn|1993|pp=567–568}} Teori serupa juga dijabarkan oleh Christopher Miller yang berpendapat bahwa aksara Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Filipina berkembang secara pararel dari purwarupa [[aksara Gujarat]], [[India]].<ref name="miller1">{{cite journal|url=http://journals.linguisticsociety.org/proceedings/index.php/BLS/article/view/3917|first=Christopher|last=Miller|title= A Gujarati origin for scripts of Sumatra, Sulawesi and the Philippines|journal=Annual Meeting of the Berkeley Linguistics Society|volume=36|issue=1|year=2010}}</ref>
 
Menurut pendapat Stephen C Druce, masih diperdebatkan apakah aksara Makassar sudah digunakan sebelum abad ke-17 M. Aksara yang meliuk, melekuk dan melengkung ini lebih cocok untuk ditulis dengan tinta di atas kertas daripada ditulis di daun lontar. Aksara Makassar dengan demikian kemungkinan merupakan modifikasi yang dikembangkan dari [[aksara Lontara|Lontara Bugis]] setelah kertas tersedia di Sulawesi Selatan pada awal abad ke-17 M. <ref>{{cite book|title=The lands west of the lakes, A history of the Ajattappareng kingdoms of South Sulawesi 1200 to 1600 CE|year=2009|publisher=KITLV Press Leiden|pp=57-58|author=Druce, Stephen C.}}</ref>