Aksara Makassar Kuno: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Azman Johar (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 19518865 oleh PAJAPPA BANGKENG (bicara)
Tag: Pembatalan
Azman Johar (bicara | kontrib)
Membalikkan revisi 19518839 oleh PAJAPPA BANGKENG (bicara)
Tag: Pembatalan
Baris 24:
Sesungguhnya Lontara Makassar ini sudah ada 483 tahun lamanya, dibaca dan ditulis di Sulawesi Selatan, namun masih sedikit sekali masyarakat di Sulawesi Selatan yang mengetahui sejarahnya, bahkan diantara para pengajar di masyarakat etnis suku Makassar itu sendiri. Sungguh sangat di sayangkan, pada masa ini masih ada yang belum mengetahui bahwa Lontara yang kita pakai sekarang ini adalah Lontara Makassar dengan generasi ketiga.
 
1.Lontara Jangang-Jangang
Lontara Jangang-Jangang atau sering juga disebut Lontara Tua yang di ciptakan oleh Daeng Pamatte pada tahun 1538 atas perintah Raja Gowa ke-IX, Karaeng Tumapakrisik Kallongna yang berkuasa (1510-1546).
 
Baris 32:
Terjemannya kurang seperti ini ;
Baru kali ini Raja membuat kebijakan yang ditulis sebagai hukum, deklarasi perang. Syahbandar raja Gowa ini adalah Daeng Pamatte, dia Syahbandar dia juga Menteri Dalam Negeri. Dialah yang membuat Lontara Makassar.
Menurut Dr. Kern, disebutkan dalam buku karangan Dr. H. Van Brink yang bernama Dr. Bonyamin Fredriks Matheus atau lebih dikenal dengan nama BF Matthes, zi jn Leven en Arboid In Dienst van het Nederlands Bijbelgenoot Schap. Dia pula yang memerintahkan penulisan ulang catatan harian raja-raja Gowa, Lontara Gowa Tallo "Dudste gesehiedeuis van Gowa, Tallo en andere van het Eiland Celebes 1883".
 
Dikatakan bahwa Lontara Tua itu dari huruf seperti Jangang-Jangang (Burung). Abjad Lontara tua hanya 18 buah huruf (tanpa huruf H) di pakai hingga akhir abad ke-16.
 
 
{{sfn|Macknight|2016|p=55}} Aksara ini berakar pada [[aksara Brahmi]] dari India selatan, kemungkinan dibawa ke Sulawesi melalui perantara aksara Kawi atau aksara turunan Kawi lainnya.{{sfn|Macknight|2016|p=57}}{{sfn|Tol|1996|p=214}}{{sfn|Jukes|2014|p=2}} Kesamaan grafis aksara-aksara Sumatra Selatan seperti [[aksara Rejang]] dengan aksara Makassar membuat beberapa ahli mengusulkan keterkaitan antara kedua aksara tersebut.{{sfn|Noorduyn|1993|pp=567–568}} Teori serupa juga dijabarkan oleh Christopher Miller yang berpendapat bahwa aksara Sumatra Selatan, Sulawesi Selatan, dan Filipina berkembang secara pararel dari purwarupa [[aksara Gujarat]], [[India]].<ref name="miller1">{{cite journal|url=http://journals.linguisticsociety.org/proceedings/index.php/BLS/article/view/3917|first=Christopher|last=Miller|title= A Gujarati origin for scripts of Sumatra, Sulawesi and the Philippines|journal=Annual Meeting of the Berkeley Linguistics Society|volume=36|issue=1|year=2010}}</ref>