Ndalem Brontokusuman: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
Baris 21:
== Keadaan bangunan ==
 
Ndalem Brontokusuman didirikan tahun 1895 atau ketika [[Hamengkubuwana VII]] bertakhta. Komponen bangunan tersebut mengacu kepada [[Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|Keraton Yogyakarta]], yaitu berada dalam sebuah benteng dan memiliki struktur tata ruang rumah tradisional [[Jawa]] (pendopo, ''gledegan'', ''regol,'' ''pringgitan'', ''ndalem ageng,'' ''gandok kiwa'', ''gandok tengen'', ''seketheng'', ''gadri,'' dan ''pawon'').<ref name=":3">{{Cite web|url=https://kebudayaan.kemdikbud.go.id/bpcbyogyakarta/selayang-pandang-dalem-brantakusuman-pugeran/|title=Selayang Pandang Ndalem Brontokusuman (Pugeran)|last=Balai Pelestarian Cagar Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta|first=|date=23 Juni 2014|website=Balai Pelestarian Cagar Budaya Yogyakarta, Direktorat Jenderal Kebudayaan Republik Indonesia|access-date=28 Agustus 2019}}</ref><ref>{{Cite web|last=Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|first=|date=18 Desember 2017|title=Toponim Kampung Abdi Dalem Jaba Beteng|url=https://www.kratonjogja.id/tata-rakiting-wewangunan/7/toponim-kampung-abdi-dalem-njaba-beteng|title=Toponim Kampung Abdi Dalem Njaba Beteng|last=Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|first=|date=18 Desember 2017|website=Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat|access-date=1 September 2019}}</ref>
 
Bangunan ini pertama kali digunakan oleh G.B.R.Ay.{{efn|Gusti Bendoro Raden Ayu.}} Brontokusumo sebagai tempat kediamannya.<ref name=":2" /> Dia merupakan putri kedelapan Hamengkubuwana VII dari permaisurinya yang bernama G.K.R.{{efn|Gusti Kanjeng Ratu.}} Kencana (kemudian berganti nama menjadi G.K.R. Wardhan).<ref name=":4">{{Cite book|last=Sumintarsih|first=|last2=Adrianto|first2=Ambar|year=2014|url=https://ia801302.us.archive.org/0/items/DinamikaKampungKotaPrawirotaman/buku%201%20dinamika%20kampung%20kota.pdf|title=Dinamika Kampung Kota Prawirotaman dalam Perspektif Sejarah dan Budaya|location=Yogyakarta|publisher=Balai Pelestarian Nilai Budaya Daerah Istimewa Yogyakarta|isbn=978-602-1222-23-2|page=45|ref={{sfnref|Sumintarsih|Adrianto|2014}}|url-status=live}}</ref> Sebelum menikah, Brontokusumo bernama G.K.R. Condrokirono I, tetapi setelah menikah dengan K.R.T.{{efn|Kanjeng Raden Tumenggung.}} Brontokusumo, namanya diganti menjadi G.B.R.Ay. Brontokusumo. Adapun suami dari Brontokusumo merupakan putra dari K.R.T. Joyodipuro. Pada awalnya, ayahnya itu bertugas sebagai [[Kawedanan|wedana]] [[abdi dalem]] keraton dan merangkap Prentah Punakawan Keraton (Abdi Dalem Punakawan). Namun setelah meninggal, kedudukannya digantikan oleh K.R.T. Brontokusumo yang mendapatkan jabatan sebagai Bupati Nayaka Wedana Keparak Tengen.<ref name=":1">{{Cite web|url=https://pariwisata.jogjakota.go.id/detail/index/105|title=Kampung Wisata Dewa Bronto|last=Pemerintah Kota Yogyakarta|first=|date=5 Juni 2018|website=Dinas Pariwisata Kota Yogyakarta|access-date=1 September 2019}}</ref>
Baris 31:
== Penetapan cagar budaya ==
 
Ndalem Brontokusuman dipugar tahun 2017 karena tingkat kerusakan bagian belakang dari bangunan ini cukup parah akibat gempa bumi yang terjadi di Yogyakarta tanggal 27 Mei 2006.<ref>{{Cite web|last=Hanafi|first=Ristu|date=5 September 2017|title=Hampir Roboh Karena Gempa, Ndalem Brontokusuman Mulai Dipugar Gunakan Danais|url=https://jogja.sorot.co/berita-48397-hampir-roboh-karena-gempa-ndalem-brontokusuman-mulai-dipugar-gunakan-danais.html|title=Hampir Roboh karena Gempa, Ndalem Brontokusuman Mulai Dipugar Gunakan Danais|last=Hanafi|first=Ristu|date=5 September 2017|website=Sorot Jogja|access-date=28 Agustus 2019}}</ref><ref name=":0">{{Cite web|url=https://jogja.antaranews.com/berita/347297/ndalem-brontokusuman-oenuhi-syarat-cagar-budaya|title=Ndalem Brontokusuman Penuhi Syarat Cagar Budaya|last=Rusqiyati|first=Eka Arifa|date=3 Juli 2017|website=Antara Yogyakarta|access-date=28 Agustus 2019}}</ref><ref>{{Cite web|url=https://nasional.tempo.co/read/567952/rumah-bangsawan-keraton-yogya-dipugar-pakai-dana-keistimewaan/full&view=ok|title=Rumah Bangsawan Keraton Yogyakarta Dipugar Pakai Dana Keistimewaan|last=Rudiana|first=Pito Agustin|date=4 April 2014|website=Tempo Media Group|access-date=28 Agustus 2019}}</ref> Saat ini, bangunan tersebut telah ditetapkan sebagai salah satu bangunan cagar budaya, meskipun hanya melalui Surat Keputusan Wali Kota Nomor 798/KEP/2009. Keputusan tersebut tetap memiliki kekuatan hukum yang kuat dan pencabutan statusnya hanya bisa dilakukan oleh pemerintah pusat.<ref>{{Cite web|url=https://www.bernas.id/52248-bangunan-cagar-budaya-di-jogja-bertambah.html|title=Bangunan Cagar Budaya di Jogja Bertambah|last=Redaksi Bernas|first=|date=18 November 2017|website=Bernas|access-date=28 Agustus 2019}}</ref> Adapun dasar dalam menentukan bangunan warisan budaya adalah Perda Daerah Istimewa Yogyakarta No. 6 Tahun 2012, sedangkan penentuan untuk bangunan cagar budaya didasarkan atas Undang-Undang No. 11 Tahun 2010 tentang cagar budaya.<ref name=":0" />
 
== Galeri ==