Ahmadiyyah di Indonesia: Perbedaan antara revisi

Konten dihapus Konten ditambahkan
HsfBot (bicara | kontrib)
k Bot: di zaman → pada zaman (WP:BAHASA)
RXerself (bicara | kontrib)
kTidak ada ringkasan suntingan
Tag: halaman dengan galat kutipan VisualEditor
Baris 17:
 
=== Pembentukan ===
[[File:R. Muhyiddin.gif|thumb|right|250px|R. Muhyiddin. Presiden Pertama ''Jemaat Ahmadiyah Indonesia''.'' Meninggal tahun 1946.]]
Pada tanggal 2 Oktober 1925, dengan 13 anggota, di bawah pimpinan Rahmat Ali, cabang pertama gerakan ini didirikan di Tapaktuan. Beberapa bulan kemudian, pada tahun 1926, Rahmat Ali pindah ke [[Padang]], di pantai barat Sumatera dan mendirikan cabang gerakan kedua. Setelah ini, beberapa cabang gerakan didirikan di seluruh pulau. Pada tahun 1931, Rahmat Ali pindah ke [[Batavia]] (sekarang dikenal sebagai [[Jakarta]], ibu kota Indonesia), di pantai barat laut [[Pulau Jawa]].<ref name="75years"/> Meskipun Komunitas telah mendirikan sejumlah cabang di seluruh negeri, baru pada bulan Desember 1935 sebuah konferensi diadakan, struktur organisasi Komunitas didirikan.<ref name="Burhani143"/> R. Muhyiddin terpilih sebagai presiden pertama Jemaat Muslim Ahmadiyah di Indonesia.<ref name="75years"/> Cabang Indonesia mengadopsi nama Ahmadiyah Qadian Departemen Indonesia, yang kemudian diubah menjadi Anjuman Ahmadiyah Departemen Indonesia pada Juni 1937. Pada akhir tahun 1949, setelah Revolusi Indonesia, nama itu sekali lagi diubah menjadi Jemaat Ahmadiyah Indonesia (JAI), dengan demikian menekankan pada sifat organisasi Jemaat dan hubungannya dengan Jemaat Muslim Ahmadiyah di seluruh dunia.<ref name="Burhani143"/>
 
Baris 31:
 
===Pengaruh===
[[File:Soekarno Ahmadiyah.gif|thumb|250px|Presiden [[Soekarno|Presiden Soekarno]] dengan dua pemimpin Ahmadi: Presiden ''Jemaat Ahmadiyah Indonesia'' dan seorang misionaris, di [[Istana Merdeka|Istana Kepresidenan]], 1950.]]
 
Laporan oleh misionaris Muslim Ahmadiyah dan juga analis menunjukkan bahwa literatur Ahmadiyah tentang agama [[Kristen]] telah membantu memperkuat kepercayaan di antara penduduk Muslim arus utama dalam agama Islam, terutama ketika menghadapi [[Kristen di Indonesia|aktivitas misionaris Kristen]]. Dengan beberapa pengecualian, tidak ada literatur Indonesia yang memberikan analisis kritis terhadap agama Kristen dan agama lain selain Ahmadiyah.<ref name="Burhani145">{{cite book | title=Islam and Christian–Muslim Relations | chapter=The Ahmadiyya and the Study of Comparative Religion in Indonesia: Controversies and Influences | author=Ahmad Najib Burhani | volume=25 | issue=2 | page=145 | publisher=Taylor & Francis | date=December 18, 2013}}</ref> Berbeda dengan gerakan utama Ahmadiyah, kelompok kecil Ahmadiyah Lahore memfokuskan terjemahan literatur Ahmadiyah ke dalam [[bahasa Belanda]], bahasa kaum intelektual Indonesia pada masa itu.<ref name="Burhani147"/> Sehubungan dengan kegiatan dakwah Ahmadiyah, Presiden [[Soekarno]], presiden pertama Indonesia setelah kemerdekaan, konon mengatakan: